Update Perang Rusia Vs Ukraina Hari Ke-92: Zelenskyy Tolak Beri Putin Wilayah sebagai Imbalan Damai

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak gagasan untuk menyerahkan wilayah negaranya untuk Rusia sebagai imbalan damainya perang.

Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
Kolase Tangkapan Layar US News | France24
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (Kiri) menolak gagasan untuk menyerahkan wilayah negaranya sebagai imbalan damainya perang ke Presiden Rusia Vladimir Putin (Kanan). 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Perang antara pasukan militer Rusia dengan Ukraina hingga hari ini, Kamis (26/5/2022) terhitung telah berlangsung 92 hari lamanya.

Invasi yang diluncurkan Presiden Rusia Vladimir Putin ini bertujuan untuk memberantas 'genosida' di Donbas, serta demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina.

Adapun konflik bersenjata di antara dua negara Eropa bertetangga ini dimulai sejak Kamis, 24 Februari 2022 lalu.

Invasi Rusia di Ukraina hingga kini masih berlangsung panas dan belum juga ada tanda-tanda untuk berakhir ataupun damai.

Dilansir TribunnewsSultra.com dari The Guardian, berikut sederet kejadian yang perlu diketahui pada hari ke-92 perang Rusia dengan Ukraina:

Baca juga: Gawat, Invasi Ukraina oleh Rusia Disebut Bisa Awali Perang Dunia Ketiga dan Peradaban akan Berakhir

- Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menuduh NATO “tidak melakukan apa-apa” dalam menghadapi invasi Rusia ke negaranya.

Berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Kuleba memuji Uni Eropa atas keputusan "revolusioner" untuk mendukung Kyiv tetapi mengatakan aliansi militer NATO telah "benar benar dikesampingkan".

- Ukraina kembali meminta lebih banyak senjata, termasuk beberapa sistem peluncuran roket untuk menandingi daya tembak Rusia.

“Kami membutuhkan bantuan mitra kami, terutama, senjata untuk Ukraina. Bantuan penuh, tanpa pengecualian, tanpa batas, cukup untuk menang,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato nasionalnya.

Baca juga: Perang Tak Kunjung Selesai, Rusia Kini Waspadai Ancaman Nuklir dari Ukraina, Sebut AS Terlibat

Sang Menlu Kuleba menambahkan negaranya “sangat” membutuhkan beberapa sistem peluncuran roket untuk menandingi daya tembak Rusia.

- Zelenskyy menolak gagasan bahwa negaranya harus menyerahkan wilayah untuk berdamai dengan Rusia.

"Tajuk rencana mulai muncul di beberapa media barat yang menyatakan bahwa Ukraina harus diduga menerima apa yang disebut kompromi sulit dengan menyerahkan wilayah sebagai imbalan perdamaian," tegas Zelenskyy.

"Mereka yang menyarankan Ukraina untuk menyerahkan wilayah gagal melihat orang-orang biasa yang benar-benar tinggal di wilayah yang mereka usulkan untuk ditukar dengan ilusi perdamaian.” sebut Zelenskyy.

Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-91: Putin Disebut Orang Gila hingga Temuan 200 Mayat di Mariupol

Penasihat Zelenskyy, Oleksiy Arestovych menambahkan:

“Tidak ada yang akan memperdagangkan satu gram kedaulatan kami atau satu milimeter wilayah kami. Anak-anak kami sekarat, tentara dihancurkan oleh peluru, dan mereka menyuruh kami mengorbankan wilayah. Enyah. Itu tidak akan pernah terjadi."

- Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan rencana Moskow untuk menyederhanakan proses penyerahan kewarganegaraan Rusia kepada penduduk wilayah Ukraina yang diduduki Rusia melanggar hukum internasional.

Pernyataan ini muncul setelah Putin menandatangani dekrit tentang penyederhanaan proses penyerahan kewarganegaraan Rusia kepada penduduk wilayah Kherson dan Zaporizhzhia yang diduduki Rusia di Ukraina.

Baca juga: Daftar Senjata Ilegal yang Dipakai Rusia di Ukraina Termasuk Bom FAB-250: Bukti Kejahatan Perang

- Pasukan Rusia telah meluncurkan serangan baru di kota-kota di timur Ukraina, dengan kota Sievierodonetsk semakin dalam bahaya dikepung.

Gubernur Luhansk Serhiy Haidai, mengatakan daerah itu sekarang tanpa pasokan gas dan memiliki air dan listrik yang terbatas setelah stasiun pasokan gas terakhir dihantam serangan.

- Polisi di Lysychansk sedang mengumpulkan mayat orang-orang yang terbunuh untuk dikuburkan di kuburan massal, kata Gubernur Luhansk Serhiy Haidai.

Menurut Haidai, sekitar 150 orang telah dimakamkan di kuburan massal di satu distrik Lysychansk, lapor Reuters.

Baca juga: Diplomat Veteran Rusia di Markas PBB Mundur gegara Malu, Sudah Niat sejak Awal Invasi ke Ukraina

- Anggota parlemen Rusia telah memilih untuk menyetujui undang-undang baru yang akan menghilangkan batasan usia untuk tentara kontrak militer.

Pakar militer mengatakan Rusia menghadapi kerugian pasukan dan peralatan yang tidak berkelanjutan di Ukraina setelah serangkaian kemunduran militer yang memaksa Moskow untuk mengurangi tujuan perangnya.

Zelenskyy menjawab:

“(Mereka/Rusia) tidak lagi memiliki cukup banyak pemuda, tetapi mereka masih memiliki keinginan untuk bertarung.”

Baca juga: Akhiri 15 Tahun Berbisnis, Starbucks Keluar dari Rusia: Tutup 130 Gerai dan Berhentikan 2000 Pegawai

- Seorang pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mengunjungi Moskow dalam beberapa hari mendatang untuk membahas menghidupkan kembali ekspor pupuk, kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia.

Nebenzia menekankan bahwa pembicaraan itu tidak terkait dengan dimulainya kembali pengiriman biji-bijian Ukraina, Reuters melaporkan.

- Dua tersangka pejuang Grup Wagner dari Belarus telah dituduh membunuh warga sipil di dekat Kyiv.

Ini menjadikan mereka tentara bayaran internasional pertama yang menghadapi tuduhan kejahatan perang di Ukraina.

Baca juga: Tentara Rusia yang Bunuh Kakek-kakek Ukraina Divonis Penjara Seumur Hidup, Pengacara Tak Terima

Jaksa Ukraina telah merilis nama dan foto delapan orang yang dicari karena tuduhan kejahatan perang, termasuk pembunuhan dan penyiksaan di desa Motyzhyn.

Beberapa diantara DPO itu diyakini telah bertempur di Suriah.

- Wakil Menlu Rusia Andrei Rudenko mengatakan Moskow siap menyediakan koridor kemanusiaan bagi kapal yang membawa makanan untuk meninggalkan Ukraina, dengan imbalan pencabutan beberapa sanksi.

Sebagaimana diketahui, Pelabuhan Laut Hitam Ukraina telah diblokir sejak Rusia menginvasi, dengan lebih dari 20 juta ton biji-bijian terjebak dalam silo di negara itu.

Baca juga: Update Perang Rusia Vs Ukraina Hari Ke-90: Zelenskyy Ingin Ketemu Putin hingga Minta Perberat Sanksi

Menlu Ukraina Kuleba lantas mencemooh klaim Moskow dan menuduh Rusia mencoba "memeras dunia".

- Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas mengatakan akan "jauh lebih berbahaya menyerah pada Putin daripada memprovokasi dia" dalam pidatonya di Stockholm dan memperingatkan:

"Semua konsesi yang tampaknya kecil kepada agresor ini mengarah pada perang besar. Kami telah melakukan kesalahan ini sudah tiga kali: Georgia, Krimea, dan Donbas.”

- Juru Bicara Kemlu Rusia Maria Zakharova, mengatakan rencana perdamaian Italia untuk Ukraina adalah "fantasi".

“Anda tidak dapat memasok Ukraina dengan senjata dengan satu tangan dan membuat rencana untuk penyelesaian situasi secara damai dengan tangan yang lain.” ujar Zakharova.

(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved