USN Kolaka

Program Kosabangsa 2025 USN Kolaka: Teknologi, Ikan dan Harapan Baru dari Pesisir

Kosabangsa 2025 pemberdayaan masyarakat di pesisir Desa Muara Lapao-Pao, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra).

|
Istimewa
USN KOLAKA - Dosen dan mahasiswa Universitas Sembilanbelas November atau USN Kolaka bersama mitra Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, menggelar Kosabangsa 2025 Pemberdayaan Masyarakat Zona Aktif Pertambangan dalam Penangangan Stunting Melalui Integrasi Teknologi Gizi NutriKukis dan Neurolearning di Desa Muara Lapao-Pao, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka. 

Cookies invensi ini dalam 100 g mempunyai kandungan zat gizi total energi (458.03 Kcal); Lemak (17. 27  persen); Protein (8.70  persen); Vitamin E (2.62 mg), Vitamin A (29.74 mg); Magnesium (106.3 mg); Fe (2.63 mg) dan Zink (2.29 mg).

Dengan adanya invensi ini maka dapat dimanfaatkan sebagai alternatif makanan tambahan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Baca juga: Rektor Kampus USN Kolaka Sultra Dukung Penuh Dosen PPPK Kategori BAST Bisa Diangkat PNS

Serta mencegah masalah kekurangan gizi pada anak balita. Selain itu, kelompok ini juga mengolah limbah ikan menjadi pupuk organik cair.

Digunakan kader posyandu untuk kebun gizi desa, sehingga tercipta siklus ekonomi sirkular, limbah dari laut kembali memberi manfaat bagi tanah dan tanaman.

Berkat pelatihan pengemasan dan pemasaran digital, sebagian besar anggota kelompok kini memasarkan produk mereka di pasar sore Kecamatan Wolo.

Berlokasi di pinggiran pantai Babarina serta pemasaran melalui media sosial seperti Facebook. Pendapatan bulanan pun meningkat dari Rp1,2 juta menjadi Rp2,1 juta per orang. 

"Sekarang kami tidak lagi bergantung pada tengkulak. Kami punya usaha sendiri," ujar salah satu anggota kelompok, Bandri.

Kekuatan program ini terletak kolaborasi lintas bidang. Mahasiswa terlibat aktif pendampingan digitalisasi posyandu dan produksi olahan pangan.

Pemerintah desa mendukung fasilitas pelatihan, sementara LPPM universitas memfasilitasi administrasi dan pendanaan.

"Kami ingin menciptakan model pemberdayaan yang bisa direplikasi di desa pesisir lain," terang Roslina.

Model integratif ini tidak hanya meningkatkan ekonomi keluarga, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri masyarakat untuk mandiri. 

Mereka belajar teknologi bukan ancaman, melainkan alat untuk memperkuat tradisi dan potensi lokal.

Kini, setiap kali angin laut bertiup membawa aroma asin dan suara anak-anak bermain di halaman posyandu, masyarakat Muara Lapao-Pao punya alasan untuk tersenyum.

Desa yang dulu dikenal dengan kemiskinan dan ketertinggalan, kini perlahan berubah menjadi contoh sukses pemberdayaan berbasis teknologi dan kearifan lokal. (*)

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved