Derap Nusantara
Menyelami Dunia Bunyi Siswa Tunarungu
Mereka adalah para siswa SLB B Karnnamanohara. Meski tidak mendengar, bocah-bocah itu terampil memainkan angklung sesuai notasi yang tepat.
Selain menjajakan bakmi, warung yang ia beri nama "Maju Tak Gentar" memang saban Kamis rutin menyuguhkan pertunjukan musik jaz sekaligus mempersilakan siapa saja yang datang untuk "sinau" atau belajar musik jaz secara cuma-cuma.
Penjual bakmi yang juga musisi jaz itu pun heran pertunjukan yang digelar secara mendadak, bahkan tanpa latihan khusus, itu berbuah manis hingga mendapat respons positif dari banyak orang.
Apalagi memainkan musik jaz cenderung lebih rumit ketimbang genre pop.
Lebih dari sekadar pentas, baginya ada pelajaran amat berharga mengenai arti keikhlasan hakiki yang dituai dari penampilan malam itu.
Jika para musikus umumnya puas sembari menikmati setiap musik yang dimainkan, para siswa itu merasa gembira cukup dengan melihat orang terhibur lewat permainan musik yang tidak mereka dengar sendiri. "Inilah makna ikhlas yang sebenarnya," ucap dia.
Dodo yang telah malang melintang di dunia musik sejak 1990 itu pun bertekad memberikan ruang ekspresi yang lebih luas bagi anak-anak penyandang disabilitas di warung bakminya.
Keterbatasan fisik maupun indera memang bukan tembok penghalang untuk terus mengukir prestasi, termasuk berkiprah lebih di dunia musik.
Ludwig van Beethoven, komponis kenamaan asal Jerman, setidaknya telah membuktikan bahwa kehilangan indera pendengaran tak menyurutkan langkahnya mencipta karya-karya besar nan mendunia.
Begitu pula anak-anak tunarungu itu.(*)
(Antara/Luqman Hakim/Jumat, 26 Juli 2024)