Sosok 2 Pahlawan Nasional Asal Sulawesi Tenggara, Jenderal Polisi Pendiri Brimob, dan Sultan Buton

Ia memainkan peran penting dalam berbagai peristiwa bersejarah, termasuk Pertempuran Surabaya.

Penumpasan pemberontakan PKI di Madiun hingga menjaga kedaulatan negara dari berbagai ancaman separatis.

Komjen Moehammad Jasin lahir di Kota Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra), pada 9 Juni 1920.

Dia lahir dari pasangan pasangan H Mekah (asal Bone) dan Siti Rugayah (asal Maros).

Pendidikan formalnya dimulai di Volkschool di Baubau, berlanjut ke HIS di Makassar, hingga ke MULO.

Pada tahun 1941, ia melanjutkan pendidikan ke Sekolah Polisi di Sukabumi, Jawa Barat. 

Dikutip dari TribrataNews, karier awalnya sebagai instruktur di Sekolah Polisi di Gresik dan Surabaya dengan melatih Polisi Istimewa dan Seinendan. 

Dari sinilah kiprah perjuangannya, termasuk aksi heroik merebut senjata dari Jepang di Surabaya pasca-Proklamasi. 

Dalam Pertempuran 10 November 1945, M Jasin memutuskan untuk memiliterisasi Polisi Istimewa dan ikut bertempur bersama pejuang lainnya.

Setelah jatuhnya Surabaya, dia memindahkan markas ke Sidoarjo dan melanjutkan perjuangan secara gerilya di sekitar Gunung Wilis saat Agresi Militer Belanda berlangsung. 

Pada 1946, melalui Konferensi Djawatan Kepolisian Negara di Purwokerto, ia diangkat sebagai Komandan Mobiele Brigade Besar (MBB) Jawa Timur, cikal bakal Korps Brimob saat ini.

Di bawah kepemimpinannya, Mobrig ikut serta dalam operasi-operasi besar.

Di luar kepolisian, M Jasin juga aktif dalam diplomasi dan politik.

Pernah menjabat Duta Besar Indonesia untuk Tanzania (1967-1970), anggota MPR, anggota DPA, dan pimpinan organisasi veteran.

M Jasin wafat pada 3 Mei 2012 di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.(*)

(TribunnewsSultra.com/Sri Rahayu)