Berita Baubau

Intip Mahirnya Penenun di Kampung Tenun Sulaa Baubau Sulawesi Tenggara, Belajar Turun Temurun

Mengintip suasana Kampung Tenun Sulaa, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Penulis: Harni Sumatan | Editor: Sitti Nurmalasari
TribunnewsSultra.com/Harni Sumatan
TENUN SULAA - Seorang ibu saat melakukan aktivitas tenun di Galeri Tenun Kelurahan Sulaa, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Minggu (26/10/2025). (TribunnewsSultra.com/Harni Sumatan) 

Dalam sarung tradisi terdapat perbedaan motif lurik yakni untuk laki-laki menggunakan garis mendatar sementara perempuan membentuk kotak-kotak.

Kampung Tenun Sulaa tidak hanya sebagai tempat wisata, sarung yang dipajang dapat dibeli dengan harga dimulai Rp800 ribu bukan bahan katun sementara dengan bahan katun dibanderol mulai dari Rp1,5 juta.

“Bahan katun mahal sebab kami warnai sendiri menggunakan pewarna alami, kalau yang satunya pewarna yang dibeli dari toko,” jelasnya.

Untuk pemesanan dapat dilakukan jauh hari sebelum pemakaian, sebab jika motif pesanan cukup susah pembuatan bisa memakan 12-15 hari pengerjaan.

Musida juga berpendapat, profesi penenun banyak tidak digandrungi anak muda.

Baca juga: Tenun Buatan Warga Bone-Bone Kota Baubau Mentas di Lippo Plaza Buton Bisa Langsung Dibeli Pengunjung

“Sekarang generasi muda itu sudah banyak yang tidak mau belajar ini semua rata-rata 30-an ke atas umurnya,” ujarnya.

Ia berharap ke depannya tenun masih terus mendapatkan dukungan penuh serta minat anak muda meningkat untuk belajar menenun. (*)

(TribunnewsSultra.com/Harni Sumatan)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved