Berita Sulawesi Tenggara

10 Komoditas Penyumbang Inflasi di Sulawesi Tenggara, Beras, Rokok hingga Transportasi

Sebanyak 10 komoditas memiliki andil terbesar inflasi September 2023 untuk gabungan dua kota di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

TribunnewsSultra.com/ Amelda Devi Indriyani
Kepala BPS Sultra, Agnes Widiastuti saat ditemui di Kantor Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara, Senin (2/10/2023). 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Sebanyak 10 komoditas memiliki andil terbesar inflasi September 2023 untuk gabungan dua kota di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Berdasarkan data rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra, pada Sepetember, Sultra mengalami inflasi sebesar 0,36 persen dengan demikian infasi tahun ke tahun (yoy) tercatat 3,46 persen.

"Ini masih dalan rentan target nasional 3 plus minus 1 persen, paling rendah 2 persen atau paling tinggi 4 persen," kata Kepala BPS Sultra Agnes Widiastuti saat ditemui di Kantor BPS, Senin (2/10/2023).

Bahkan berdasarkan inflasi month to month September 2023 kota-kota di Sulawesi, Kota Kendari berada urutan pertama dengan angka 0,38 persen disusul Baubau 0,28 persen dan Bulukumba 0,28 persen.

Perbandingan inflasi yoy pada September 2023 dari 13 kota Indeks Harga Konsumen atau IHK di Sulawesi semua mengalami inflasi dengan angka tertinggi ada di Kota Luwuk 4,37 persen, disusul Kota Baubau dengan 3,92 persen, dan Kota Kendari 3,30 persen.

Sampai September ini kita masih terkendali, untuk kota IHK cukup tinggi yaitu Baubau 3,92 persen. Ini perlu strategi khusus untuk mengendalikan harga tiga bulan terakhir supaya masih dalam koridor plus minus 1 persen.

Ia menyebutkan penyumbang utama inflasi bulanan ada 10 komoditas dengan andil terbesar inflasi bulan ke bulan September 2023 untuk gabungan dua kota di Sultra, pertama ada beras dengan persentase sebesar 0,30 persen.

Baca juga: Sultra Masuk 10 Provinsi Inflasi Tertinggi di Indonesia, 5 Komoditas Penyumbangnya, Bensin Pertama

Lalu, rokok kretek filter 0,14 persen, disusul ikan solar atau ikan tude 0,05 persen, rokok putih 0,05 persen, daun kelor 0,03 persen, angkutan udara 0,02 persen, ikan kembung, ikan bandeng, kacang panjang hingga jeruk nipis masing-masing sebesar 0,01 persen.

Sedangkan penyumbang utama inflasi tahunan di antaranya adalah komoditas beras sebesar 0,84 persen, angkutan udara 0,45 persen, rokok kretek filter 0,32 persen, ikan layang atau ikan bengkel 0,16 persen dan mobil dengan andil sebesar 0,15 persen.

Tentu saja beras menjadi komoditas penyumbang inflasi tertinggi saat ini, apalagi selama beberapa bulan terakhir harga beras terus mengalami kenaikan.

Agnes Widiastuti mengatakan kenaikan harga beras itu disebabkan saat ini belum musim tanam hingga harga gabah juga ikut naik.

Selain itu, musim kemarau atau el nino yang melanda saat ini juga berpengaruh terhadap hasil panen, adanya kekeringan juga bisa menyebabkan gagal panen sehingga produksi berkurang.

Namun BPS Sulawesi Tenggara sendiri masih berupaya mengukur seberapa besar dampak dari kekeringan ini terhadap hasil produksi petani.

"Beras mengalami kenaikan 6,31 persen dibandingkan Agustus. Sharenya terhadap inflasi cukup tinggi 0,30 persen. Beras ini mudah-mudahan bisa dikendalikan, karena semua masyarakat Indonesia kan konsunsi beras terurama Sultra," ujarnya.

Baca juga: Bantuan Beras Disalurkan Bulog Sultra dan Dinas Ketahanan Pangan Antisipasi Lonjakan Harga & Inflasi

Sementara untuk rokok kretek filter dan rokok putih, pada September 2023 menjadi penyumbang inflasi cukup tinggi di Sulawesi Tenggara.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved