Berita Konawe Utara

Akibat Pertambangan, Terumbu Karang Wisata Labengki Konawe Utara dan Pulau Sambori Terancam Habis

Konawe Utara (Konut) merupakan daerah yang memiliki wilayah pertambagan nikel terbesar di Sulawesi Tenggara namun wilayah lautnya berpotensi rusak.

Penulis: Bima Saputra Lotunani | Editor: Muhammad Israjab
Istimewa
Nampak dari atas pencemaran air laut di wilayah pertambangan Kabupaten Konawe Utara terjadi akibat tidak adanya pembatas tanah olahan dengan laut. 

Ketua Bidang Marine Naturevolution Indonesia itu juga menjelaskan, bahwa ketika semua paham dan mengerti akan masa depan generasi, itu semua bisa di hindari.

Katanya, harusnya para penambang memahami dan membuat pembatas seperti tembok, agar material dari hasil olahan mereka berada di luar tembok dan tidak jatuh ke laut.

Nampak Gambar yang di tandai Habib Nadjar Buduha. Pendiri/Ketua Tim Konservasi Kima Tolitoli-Labengli yang terumbuh karangnya terancam Habis.
Nampak Gambar yang di tandai Habib Nadjar Buduha. Pendiri/Ketua Tim Konservasi Kima Tolitoli-Labengli yang terumbuh karangnya terancam Habis. (Istimewa)

Sehingga tanah dan sedimen tidak langsung ke laut, "kalaupun sudah bikin temboknya dan masih ada yang keluar itu sudah menjadi resiko. Akan tetapi tidak terlalu terdampak seperti saat ini,".

"Kalau saya tidak salah undang- undang pertambangan itu ditegaskan, tetapi kita lihat saat ini, itu tidak kita temukan perusahaan yang membuat," imbuhnya.

Ia juga mengatakan saat ini pembangunan jeti juga sangat tidak karuan, hanya mengunakan batu dan ditimbun tanah di atas. 

"Nah tanah timbunan itulah yang akan kembali jatuh ke laut. Akibatnya laut kita rusak dan terumbuh karang kita mati," tambahnya.

Ia bergumam, kalau ini terus dibiarkan, maka secara tidak langsung kita sedang membunuh masa depan generasi kita.

Baca juga: Kades Mandiodo Konut Dituding Kerap Terima Upeti Perusahaan Tambang, Kejari Konawe Diminta Telusuri

"Sekarang mungkin belum terlalu terasa, tetapi nelayan sudah merasakan itu, tempat cari ikan makin jauh, mancing juga makin jauh, terumbuh karang juga mati karena ekosistem dilaut sudah rusak," bebernya.

Ia mengajak seluruh stakeholder agar memikirkan bagimana 10-20 tahun ke depan, sama halnya sedang membuatkan musibah masa depan untuk generasi kita.

Ia berharap besar siapapun baik penambang, dan semua stakeholder yang terlibat, ia meminta moralitas dan tidak memikirkan diri sendiri saja.

"Jangan hanya memikirkan menambang dan mendapatkan hasil yang berlimpah, tetapi punyalah moralitas juga untuk memikirkan masyarakat dan generasi kita kedepan, masa kita mau sisakan bencana ke mereka nantinya," harapnya.

Ia juga inginkan, Pemda Konut mengatur para penambang untuk membuat tembok pembatas agar pencemaran dan kerusakan terumbuh karang tidak bertambah.

"Dengan cara seperti itu masih ada kesempatan untuk memperbaiki kerusakan, dan mungkin juga  teman-teman penambang bisa berkolaborasi untuk traspaltasi kembali tempat terumbu karang yang rusak,"tutupnya.

(TribunnewsSultra.com/Bima Saputra Lotunani)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved