Berita Baubau

Makna Filosofis Baju Adat Kesultanan Buton Dolomani, Bakal Dikenakan Presiden Jokowi HUT RI ke-77

Pemerintah Kota Baubau telah mengirimkan pakaian adat ke Istana Negara yang rencananya akan dipakai Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Penulis: La Ode Muh Abiddin | Editor: Sitti Nurmalasari
Istimewa
Baju Adat Kesultanan Buton Dolomani Dikenakan Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Monianse. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, BAUBAU - Pemerintah Kota Baubau telah mengirimkan pakaian adat ke Istana Negara yang rencananya akan dipakai Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Seperti diketahui, pakaian adat Sultan Buton yang disebut Dolomani memiliki makna filosofis serta mempunyai tata cara dalam pemakaiannya.

Dolomani merupakan nama dari pakaian adat Sultan Buton yang terdiri dari baju, celana, sarung, dan kopiah.

Dalam mengenakan pakaian ini dilengkapi dengan kotango (baju dalaman), sulepe (ikat pinggang), ewanga (keris atau badik), dan katuko (tongkat).

Makna Filosofis Dolomani

Baca juga: Presiden Jokowi Bakal Pakai Baju Adat Kesultanan Buton Upacara HUT RI, Pemkot Baubau Kirim Dolomani

Dolomani merupakan salah satu pakaian kebesaran Sultan Buton saat menghadiri upacara-upacara resmi kesultanan.

Pakaian ini dihiasi dengan sulaman benang emas atau perak, di mana pada pinggiran baju dan kerah baju dihiasi dengan sulaman bermotif bunga rongo.

Selain itu pada sisi kanan dan kiri baju juga dilengkapi dengan sulamam randa yang berupa ornament ake.

Begitu pula pada sisi kanan dan kiri celana Dolomani yang membentuk strip dari atas ke bawah dihiasi dengan sulaman bermotif bunga rongo pula.

Kopiah, sepanjang pinggiran bawah dihiasi motif bakena uwa, atas kopiah dihiasi bunga kambamanuru dan depan dihiasi kaligrafi dalam bahasa arab berbunyi “MAULANA” yang berarti pemimpin umat.

Baca juga: Sultan Buton Deklarasi Pembentukan Provinsi Kepulauan Buton, 4 Maklumat Pemekaran Sulawesi Tenggara

Adapun beberapa motif yang disulam dengan benang emas atau perak menujukan kebesaran dan keagungan yang dimiliki pemimpin akan berkilauan menerangi seantero negeri.

Sulur bunga menghiasi baju dan celana dolomani yang berupa bunga rongo menunjukkan tumbuhan menjalar dari tanah ke pepohonan yang tinggi lalu menjalar kembali ke bawah.

Hal ini berarti bahwa seorang pemimpin menjejaki karier dari bawah ke atas suatu saat akan kembali ke bawah lagi karena jabatan adalah amanah dan suatu saat kekuasaan atas jabatan itu akan berakhir pula.

Sulaman randa bermotif ake pada sisi kanan dan kiri baju menggambarkan dua ekor burung, satu memandang ke kiri dan satunya ke kanan.

Ini mengandung makna filosofis seorang pemimpin senantiasa waspada terhadap bahaya yang mengancam negeri dari manapun datangnya.

Baca juga: Presiden Jokowi Disiapkan Baju Adat Tolaki Babu Ngginasami Ulusala untuk Upacara Hari Kemerdekaan RI

Kopiah Dolomani yang dihiasi ornament bakena uwa, di mana bakena uwa adalah merupakan buah dari tumbuhan sangat indah untuk dipandang, tetapi ketika menyentuh akan memimbulkan sensasi gatal.

Hal ini menujukkan negeri yang indah nan elok yang hendak dikuasai musuh wajib kiranya seorang pemimpin bersama-sama rakyatnya harus melakukan perlawanan.

Lalu, depan kopiah Dolomani disulam kaligrafi “MAULANA” menunjukkan pemimpin adalah sebenar-benar pemimpin, harus melekat sifat kepemimpinan mengutamakan kepentingan rakyat bukan pribadi.

Bagian atas kopiah Dolomani terdapat sulaman kamba manuru merupakan nama bunga dalam bahasa setempat (Wolio), “kamba” berarti bunga dan “manuru” berarti “sejahtera”.

Hal ini mengandung filosofis seorang pemimpin memiliki tugas utama untuk mensejahterakan rakyatnya.

Baca juga: Baju Adat Suku Culambacu Konut Warnai Pembukaan Porseni 17 Agustus di Wiwirano Konawe Utara Sultra

Tata Cara Mengenakan Dolomani

Selengkapnya, TribunnewsSultra.com bagikan untuk Anda tata cara mengenakan baju adat Dolomani sebagai berikut:

1. Mengenakan celana Dolomani sebagaimana mengenakan celana umumnya

2. Mengenakan kotango sebagaimana umumnya mengenakan baju dalaman

3. Mengenakan sarung hingga lutut di atas celana dan kotango

4. Setelah mengenakan sarung maka pinggang diikat dengan sulepe (ikat pinggang)

5. Ewanga (keris atau badik) dimasukan ke dalam sarung yang berada pada sisi kiri pengguna hingga hulu ewanga terlihat mengarah ke depan

6. Baju Dolomani dikenakan sebagaimana mengenakan baju umumnya

7. Kopiah dikenakan sebagaimana umumnya mengenakan kopiah, di mana sulam emas atau perak berada tepat di kening yang mengenakan

8. Tongkat dipegang dengan tangan kanan pada hulunya sebagaimana memegang tongkat pada umumnya. (*)

(TribunnewsSultra.com/La Ode Muh Abiddin)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved