UPDATE Hari Ke-48 Perang Rusia Vs Ukraina: Zelenskyy Salahkan Barat hingga Kuburan Massal di Bucha

sederet kejadian pada hari ke-48 perang Rusia Vs Ukraina: Presiden Zelenskyy salahkan negara barat hingga penggalian kuburan masal di Bucha.

Penulis: Nina Yuniar | Editor: Wahid Nurdin
Kolase The Guardian | France24
Kiri: Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy saat pidato kenegaraan pada Senin (14/3/2022) atau hari ke-19 perang. Kanan: Presiden Rusia Vladimir Putin 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Terhitung pada Selasa (12/4/2022), perang antara pasukan militer Rusia melawan Ukraina telah berlangsung selama 48 hari.

Konflik bersenjata di antara kedua negara bertetangga ini diketahui dimulai sejak 24 Februari 2022 lalu.

Yakni setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukan militernya untuk melancarkan serangan berskala penuh ke Ukraina.

Dilansir TribunnewsSultra.com dari The Guardian, berikut sederet kejadian yang perlu diketahui pada hari ke-48 perang Rusia dengan Ukraina:

Baca juga: Ukraina Kembali Temukan Kuburan Massal Warga Sipil yang Diduga Jadi Korban Pasukan Rusia di Buzova

- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyuarakan keprihatinan bahwa pasukan Rusia dapat menggunakan senjata kimia di Ukraina.

Tetapi tidak mengonfirmasi apakah itu telah digunakan dalam pidato video hariannya pada Senin (11/4/2022) malam waktu setempat.

"Hari ini, penjajah mengeluarkan pernyataan baru, yang membuktikan persiapan mereka untuk tahap baru teror terhadap Ukraina dan pembela kami," ujar Zelenskyy.

“Salah satu juru bicara penjajah menyatakan bahwa mereka dapat menggunakan senjata kimia terhadap para pembela Mariupol. Kami menganggap ini seserius mungkin.” imbuhnya.

Baca juga: UPDATE Hari Ke-47 Invasi Rusia di Ukraina: Putin Angkat Jenderal Perang Baru hingga Tambah Pasukan

- Sebelumnya, pada Senin malam, pihak berwenang Ukraina mengklaim Rusia menjatuhkan pesawat tak berawak yang membawa zat beracun di kota tenggara Mariupol.

Ivanna Klympush, seorang anggota parlemen Ukraina dan ketua komite parlemen tentang integrasi Ukraina ke UE, mengatakan zat yang tidak diketahui itu 'kemungkinan besar' adalah senjata kimia.

Namun Laporan tersebut sejauh ini belum dikonfirmasi.

- Resimen Azov Ukraina, sebuah unit Garda Nasional Ukraina, menuduh Rusia menggunakan senjata kimia yang 'tidak diketahui asalnya'.

Baca juga: Rusia dan Ukraina Sepakat Lakukan Pertukaran Tahanan Perang dan Buka 9 Koridor Kemanusiaan

Senjata itu dijatuhkan melalui kendaraan udara tak berawak (UAV) pada warga sipil di Mariupol.

Pemimpin Azov Andriy Biletsky mengatakan kepada Kyiv Independent bahwa tiga orang memiliki tanda-tanda keracunan bahan kimia.

Tetapi tampaknya tidak ada 'konsekuensi bencana' bagi kesehatan mereka.

- Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan pekerjaan sedang dilakukan untuk memverifikasi rincian dugaan serangan senjata kimia Rusia di Ukraina tersebut.

Baca juga: Ukraina: Serangan Roket Rusia di Stasiun Kramatorsk Tewaskan 50 Warga Sipil Termasuk Anak-anak

"Setiap penggunaan senjata semacam itu akan menjadi eskalasi yang tidak berperasaan dalam konflik ini dan kami akan meminta pertanggungjawaban Putin dan rezimnya." kata Truss.

Juru bicara Pentagon John Kirby menambahkan bahwa dia mengetahui laporan tersebut tetapi tidak dapat mengonfirmasi saat ini.

- Lebih dari 10.000 warga sipil tewas di Mariupol, kata sang Wali Kota Mariupol, Vadym Boychenko.

Boychenko menyebutkan jumlah korban tewas bisa melampaui 20.000 akibat serangan berminggu-minggu.

Baca juga: Hari Ke-46 Perang Rusia Vs Ukraina: Kunjungan Dadakan Boris Johnson hingga Koridor Kemanusiaan

- Zelenskyy menyalahkan hilangnya nyawa Ukraina sebagian pada negara-negara barat yang tidak mengirim senjata ke Ukraina untuk mendukung upaya perang melawan Rusia.

“Sayangnya, kami tidak mendapatkan (bantuan senjata) sebanyak yang kami butuhkan untuk mengakhiri perang ini lebih cepat,” beber Zelenskyy.

“Waktu sedang hilang. Nyawa orang Ukraina sedang hilang. Dan ini juga merupakan tanggung jawab mereka yang masih menyimpan senjata yang dibutuhkan Ukraina di gudang senjata mereka.” imbuhnya.

- Pihak berwenang Ukraina memperingatkan orang-orang untuk tidak mendekati apa yang mereka katakan sebagai ranjau darat yang dijatuhkan di Kharkiv.

Baca juga: Temui Zelenskyy, PM Inggris Boris Johnson Beri Ukraina Paket Bantuan Baru untuk Lawan Rusia

Kharkiv sendiri merupakan kota terbesar kedua di Ukraina.

Zelenskyy juga berbicara tentang 'ratusan ribu benda berbahaya' termasuk ranjau dan peluru yang tidak meledak yang ditinggalkan oleh pasukan Rusia di wilayah utara Ukraina.

- Tugas 'mengerikan' yakni menggali mayat korban warga sipil Ukraina dari kuburan massal di pinggiran Kyiv, yakni di Bucha dimulai pada Senin (11/4/2022).

Lebih dari 5.800 kasus dugaan kejahatan perang oleh pasukan Rusia sedang diselidiki, kata Jaksa Agung Ukraina, Iryna Venediktova kepada CNN.

Baca juga: Tanggapi Kekejaman di Ukraina, Majelis Umum PBB Nyatakan Rusia Ditangguhkan dari Dewan HAM

- Pada Senin (11/4/2022), Badan Anak-anak PBB menyatakan hampir dua pertiga dari semua anak Ukraina telah meninggalkan rumah mereka dalam enam minggu sejak invasi Rusia.

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga telah memverifikasi kematian 142 anak, meskipun jumlahnya hampir pasti jauh lebih tinggi.

- PBB semakin banyak mendengar laporan pemerkosaan dan kekerasan seksual di Ukraina.

Serta menyerukan penyelidikan atas kekerasan terhadap perempuan dan peningkatan perlindungan bagi anak-anak Ukraina.

Baca juga: UPDATE Hari Ke-44 Perang di Ukraina: Rusia Akui Alami Kerugian hingga Ditangguhkan Dewan HAM PBB

“Kombinasi perpindahan massal dengan hasil tekanan besar dari wajib militer dan tentara bayaran dan kebrutalan yang ditampilkan terhadap warga sipil Ukraina telah mengangkat semua bendera merah.” ucap Direktur Eksekutif UN Women, Sima Bahous kepada Dewan Keamanan PBB

- Ombudswoman Ukraina untuk hak asasi manusia mengaku telah merekam tindakan mengerikan kekerasan seksual oleh pasukan Rusia di Bucha dan di tempat lain di Ukraina.

Termasuk kasus di mana perempuan dan anak perempuan ditahan di ruang bawah tanah selama 25 hari, New York Times melaporkan.

Sembilan dari korban itu sekarang hamil, menurut Ombudswoman, Lyudmyla Denisova.

Baca juga: Bicara soal Batalion Azov Neo-Nazi dalam Perang Rusia-Ukraina, Zelenskyy Tuai Kecaman

- Tiga orang tewas dan delapan warga sipil terluka oleh serangan Rusia di wilayah Donetsk, Ukraina.

Hal itu diungkapkan oleh Gubernur Donetsk, Pavlo Kyrylenko dalam sebuah posting di aplikasi pesan Telegram.

- Kota Kharkiv di timur Ukraina berada di bawah serangan berat pada Senin (11/4/2022) hingga mengakibatkan banyak korban temasuk seorang anak, kata Wali Kota Kharkiv, Ihor Terekhov.

- Aktivis oposisi terkemuka Rusia Vladimir Kara-Murza Jr telah ditahan di Moskow dengan tuduhan tidak mematuhi perintah polisi.

Baca juga: Intelijen Jerman Mengaku Kantongi Bukti Pasukan Rusia Bantai Warga Sipil Ukraina di Bucha

Hal ini disampaikan oleh pengacaranya kepada outlet berita independen Sota Vision pada Senin (11/4/2022) malam waktu setempat.

- Kementerian Luar Negeri Prancis telah menyatakan enam agen Rusia beroperasi di bawah 'perlindungan diplomatik' sebagai persona non grata.

Keenam agen itu dituduh bekerja melawan kepentingan nasional Prancis setelah penyelidikan, lapor Reuters.

- Pasukan Rusia fokus pada wilayah Donbas, kata pejabat Pentagon Amerika Serikat, tetapi belum melancarkan serangan.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-43 Perang: Rusia Disebut Alami Kerugian Signifikan di Ukraina

"Mereka memposisikan ulang, mereka memfokuskan kembali pada Donbas," kata Juru Bicara Pentagon John Kirby kepada wartawan.

- Para pejabat Barat mengatakan mereka menduga Rusia akan mencoba 'menggandakan atau mungkin bahkan tiga kali lipat' pasukannya di Donbas, dalam beberapa minggu mendatang.

Karena Rusia telah menggeser pasukan dari Ibu kota Ukraina, Kyiv dan tempat lain.

- Kanselir Austria, Karl Nehammer, mengadakan pembicaraan yang 'langsung, terbuka dan keras' dengan Putin di Moskow pada Senin (11/4/2022) kemarin.

Baca juga: UPDATE Hari Ke-43 Perang: Sanksi Baru Barat hingga Ukraina Sebut Rusia Tutupi Kekejaman di Mariupol

Dalam sebuah pernyataan, Nehammer mengatakan bahwa pembicaraan dengan Putin itu 'bukan pertemuan persahabatan'.

Untuk diketahui, Nehammer merupakan pemimpin Uni Eropa (UE) pertama yang bertemu dengan Putin sejak invasi Rusia di Ukraina.

(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved