Berpotensi Picu Perang Dunia III, Begini Duduk Permasalahan Konflik Rusia Vs Ukraina

Pakar menyebut konflik dan serangan yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina dapat memicu terjadinya Perang Dunia Ketiga (PD III).

Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
Kolase Tangkapan Layar YouTube Kompas TV
Situasi terkini kota-kota besar di Ukraina setelah diserang oleh Rusia pada Kamis (24/2/2022) waktu setempat. Pakar menyebut konflik dan serangan yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina dapat memicu terjadinya Perang Dunia Ketiga (PD III). 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Pengamat Indonesia menyebut konflik serangan antara Rusia dan Ukraina dapat memicu terjadinya Perang Dunia Ketiga (PD III).

Hal itu disamapaikan oleh Guru Besar Hukum Internasional di Fakultas Hukum Universitas Indonesia sekaligus Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani, Hikmahanto Juana.

Hikmahanto pun menjelaskan duduk perkara konflik antara kedua negara tersebut.

Konflik ini bermula dari kelompok pemberontak di kota wilayah Ukraina bagian timur yang memisahkan diri dari pemerintah Ukraina.

Kelompok pemberontak di Donbas, yakni masyarakat yang berasal dari Kota Donetsk dan Luhansk, Ukraina itu kemudian mendirikan negara sendiri.

Baca juga: Presiden Zelenskyy Sebut Dirinya Jadi Target Nomor 1 Rusia untuk Gulingkan Pemerintahan Ukraina

"Jadi narasi yang disampaikan oleh Rusia, di Donbas, terutama di Donetsk dan Luhansk itu ada masyarkatnya sebagian masyarkat yang kemarin mendeklarasikan kemerdekaan dari Ukraina," ungkap Hikmahanto, Kamis (24/2/2022) seperti dilansir TribunnewsSultra.com dari YouTube KompasTV.

Presiden Rusia Vladimir Putin disebut pihak Amerika Serikat tak akan menghentikan serangannya ke Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin disebut pihak Amerika Serikat tak akan menghentikan serangannya ke Ukraina. (Kolase AFP/ALEXEY NIKOLSKY | Tangkapan Layar YouTube Kompas TV)

"Mereka ini adalah para pemberontak dari Ukraina yang ingin mendirikan negara baru," sebutnya.

Adanya negara baru tersebut telah diakui oleh Rusia.

Bahkan Presiden Rusia Vladimir Putin akan melindungi kelompok pemberontak tersebut dari tindakan pemerintah Ukraina.

"Rusia sudah mengakui keberadaan negara baru ini." beber Hikmahanto.

Baca juga: Amerika Serikat Sebut Vladimir Putin Tak Berencana Hentikan Serangan Rusia ke Ukraina

"Presiden Rusia sekarang menjamin bahwa kalau mereka para pemberontak ini akan dilakukan tindakan penyerangan dari pemerintah Ukraina, maka Rusia akan melindungi masyarakat di Donbas ini," lanjutnya.

Kiri: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta warganya yang mempunyai pengalaman bertempur untuk bergabung dengan kekuatan militer guna melindungi pertahanan negara mereka di tengah agresi Rusia. Kanan: Situasi negara Ukraina setelah diserang Rusia, Kamis (24/2/2022) waktu setempat.
Kiri: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta warganya yang mempunyai pengalaman bertempur untuk bergabung dengan kekuatan militer guna melindungi pertahanan negara mereka di tengah agresi Rusia. Kanan: Situasi negara Ukraina setelah diserang Rusia, Kamis (24/2/2022) waktu setempat. (Kolase Tangkapan Layar YouTube Kompas TV)

Dijelaskan pula alasan Putin melindungi kelompok pemberontak di Donbas sebab telah terikat perjanjian dengan Rusia.

Putin juga menganggap masyarakat yang tergabung ke dalam kelompok pemberontak itu telah lama menderita akibat dugaan kekejaman pemerintah Kiev, ibukota Ukraina.

"Karena menurut Putin bahwa mereka ini sudah lama sekali menderita akibat kekejaman dari pemerintah Kiev yang melakukan mungkin disebut sebagai genosida," jelas Hikmahanto.

Sementara itu, Ukraina menganggap tindakan Rusia dan kelompok pemberontak di Donbas ini merupakan hal yang tidak benar.

Baca juga: Buntut Serangan Militer Vladimir Putin ke Ukraina, Presiden AS Joe Biden Beri Sanksi Bank-bank Rusia

Oleh karena itu, Ukraina tentunya melawan Rusia karena telah mendukung kelompok pemberontak Donbas tersebut.

"Pemerintah Ukraina tentu tidak menginginkan bagian dari wilayahnya itu kemudian memberontak dan kemudian didukung oleh suatu negara apalagi dengan menggunakan kekerasan," papar Hikmahanto.

Hikmahanto juga menyatakan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tak seperti para pemimpin terdahulu.

Sebab, Presiden Zelenskyy disebut sebagai pemimpin negara yang anti terhadap Rusia.

"Presiden Ukraina sekarang ini, dia itu tidak seperti presiden sebelumnya. Presiden sebelumnya itu sangat pro terhadap Rusia." kata Hikmahanto.

Baca juga: Kemlu RI Ungkap Kondisi Terkini hingga Nasib 138 WNI di Ukraina Pasca Serangan Pertama Rusia

"Presiden sekarang ini, anti terhadap Rusia sehingga dia menginginkan bahwa kita akan serang kalau mereka ada yang memberontak," sambungnya.

Lebih lanjut, Hikmahanto menerangkan bahwa Ukraina membutuhkan kekuatan militer lebih untuk melawan Rusia.

Situasi terkini kota-kota besar di Ukraina setelah diserang oleh Rusia pada Kamis (24/2/2022) waktu setempat.
Situasi terkini kota-kota besar di Ukraina setelah diserang oleh Rusia pada Kamis (24/2/2022) waktu setempat. (Tangkapan Layar Kompas TV)

Dalam hal ini, Ukraina meminta bantuan militer ke Amerika Serikat dan negara-negara barat lainnya.

Pasalnya, Ukraina merasa pasukan militernya tak mampu untuk melawan kekuatan militer Rusia sendirian.

Bahkan Ukraina diketahui juga sampai meminta agar dapat masuk sebagai anggota NATO.

Baca juga: Chernobyl Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Direbut Rusia, Ukraina: Ancaman Paling Serius di Eropa

Tetapi hingga saat ini, Ukraina belum dapat menjadi anggota NATO.

Hikmahanto juga menuturkan bahwa Rusia mengancam akan menyerang Ukraina, apabila negara yang dipimpin Presiden Zelenskyy itu masuk NATO.

Sebab, apabila Ukraina menjadi anggota NATO, maka musuh yang menjadi ancaman Rusia semakin banyak.

Hikmahanto berpendapat bahwa konflik Rusia dan Ukraina ini agar diselesaikan melalui majelis umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Baca juga: Presiden Ukraina Minta Warganya yang Berpengalaman Tempur untuk Gabung Militer Lawan Rusia

"Harus dibawa ke majelis umum Perserikatan Bangsa-bangsa tidak ke dewan keamanan PBB, sehingga tidak ada veto di situ, dan pengambilan keputusan berdasarkan mayoritas," terang Hikmahanto.

"Karena apa yang terjadi sekarang di Ukraina bisa menjadi pemicu bagi perang dunia ketiga." tegasnya.

(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved