Kisah Seorang Polisi di Kendari: Didik 65 Anak Jalanan, Sisihkan Gaji Rp2 Juta Perbulan

Polisi berpangkat Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda) itu mendidik 65 anak putus sekolah dan anak jalanan sejak 2016 lalu.

Penulis: Fadli Aksar | Editor: Fadli Aksar
Fadli Aksar/Tribunnewssultra.com
Aipda Madukala Kundoro tengah mengajar sejumlah anak jalanan di rumah bimbingan belajar, di kawasan pemukiman Jl Veteran, Kelurahan Bonggoeya, Kecamatan Wuawua, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) 

Istri Madukala sendiri khusus mengajar baca tulis Al-Qur'an dan pendidikan agama.

Istri Aipda Madukala Kundoro, Dini Riskawati (32) tengah mengajar sejumlah anak jalanan.
Istri Aipda Madukala Kundoro, Dini Riskawati (32) tengah mengajar sejumlah anak jalanan. (Fadli Aksar/Tribunewssultra.com)

Mereka terkadang dibantu relawan dari kalangan mahasiswa dan dosen.

"Pernah saya coba mahasiswa, dosen mereka tidak sanggup. Karena katanya siswa saya aktif bertanya," kata Madukala sembari tertawa.

Mahasiswa yang mengajar tidak bertahan lama, bahkan hanya datang saat menjalani kuliah kerja nyata (KKN) di wilayah itu.

Sehingga, Madukala dan istrinya menjadi pengajar tetap di sana.

Mereka kerap membawa anaknya ke tempat bimbingan belajar tersebut.

Rehabilitasi 20 Anak

Aipda Madukala tidak tinggal diam setelah tahu anak didiknya pernah mengkonsumsi narkoba saat hidup di jalanan.

Dia pun berupaya melakukan rehabilitasi 20 orang anak tersebut di Klinik Pratama Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sultra dan BNN Kota Kendari.

Rehabilitasi itu berawal setelah beberapa anak bercerita mengenai pengalaman pernah mengkonsumsi narkoba.

Mereka ingin sembuh dari kontaminasi barang haram itu.

Madukala pun menyambut keinginan mereka.

"Mereka curhat, pak guru kami mau sehat, bagaimana supaya kami tidak ketergantungan obat-obatan semacam itu," kata Madukala meniru ucapa anak-anak itu.

Madukala mengatakan, jika ingin sembuh dan terhindar dari dunia hitam itu, maka mereka harus memperdalam ilmu agama.

Apalagi, polisi muda ini memang mewajibkan setiap anak untuk bisa baca tulis Al-Qur'an, menghafal dan memahami isinya.

"Sewaktu-waktu saya tidak ada di dunia, mereka lah yang lanjutkan saya punya ilmu pengetahuan," tegasnya.

Dua kali dalam sebulan, Madukala membawa 20 orang anak tersebut ke klinik BNN untuk menjalani rehabilitasi.

Sekira 6 bulan, dia melihat hampir semua anak itu sembuh.

"Sekarang narkoba itu jadi musuh mereka, sudah alergi terhadap barang haram itu," katanya.

Madukala Kundoro berharap 65 anak itu mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra dan Kota Kendari.

Dia ingin 65 anak ini punya ijazah melalui ujian paket C yang diselenggarakan pemerintah.

Mimpi terbesar Madukala Kundoro, kegiatan sosial yang dilakukan sampai ke mata dan telinga orang nomor 1 di Indonesia.

"Saya ingin Presiden Joko Widodo tahu kegiatan seperti ini ada di dalam kota Kendari," tutupnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved