Siapa Sosok AKBP B Saksi Kunci Dosen Untag Meninggal Tanpa Busana Dalam Kamar Kos Hotel di Semarang
Siapa sosok AKBP B, jadi saksi kunci kematian dosen Universitas 17 Agustus 1945 atau Untag Semarang, Jawa Tengah (Jateng).
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Desi Triana Aswan
Polisi ini yang pertama kali melaporkan kemarin korban.
Padahal, antara mereka berdua tidak ada ikatan saudara.
“Korban merupakan perempuan lajang sebaliknya polisi ini sudah berkeluarga,” jelasnya.
Pihaknya tidak mau berspekulasi lebih jauh soal dugaan hubungan antara korban dengan polisi berinisial B tersebut.
Ia hanya ingin kasus kematian korban diungkap secara transparan, tuntas, dan berkeadilan.
“Kami harap kasus ini dibuka secara terang benderang tanpa ada kesan kepolisian melindungi oknum atau institusi tertentu,” ujarnya.
Sementara, pihak keluarga baru mengetahui bahwa korban tercatat satu kartu keluarga (KK) dengan AKBP B.
“Iya korban satu KK dengan saksi pertama (AKBP B), katanya sebagai saudara,” kata Tiwi salah seorang kerabat korban.
Ia mengaku mulai curiga ketika mendapati alamat korban dan AKBP B tercantum sama.
“Kecurigaan muncul saat adik saya menanyakan alamat korban, ternyata mereka tercatat dalam KK yang sama,” jelasnya.
Tiwi menduga pencantuman korban ke KK polisi tersebut dilakukan agar proses perpindahan KTP ke Semarang menjadi lebih mudah.
Namun, korban semasa hidupnya tidak pernah menceritakan hubungannya dengan AKBP B.
Semasa hidupnya, korban merupakan sosok pendiam.
Korban merantau ke Semarang setelah kedua orang tuanya meninggal dan mulai menjadi dosen Untag sekitar 2021 atau 2022.
“Korban masih sendiri (lajang), ia kuliah hingga jadi dosen tetap di Untag belum lama sekitar 2021 atau 2022,” ujarnya.
Korban juga memiliki kamar kos sendiri dekat lokasi hotel, namun belakangan disebut sering keluar-masuk hotel tempatnya meninggal.
“Ya kabarnya korban sering keluar masuk kostel itu akhir-akhir ini,” kata Tiwi.
Pihak keluarga pun mempertanyakan ketidakhadiran AKBP B yang satu-KK dengan korban saat proses autopsi dilakukan di rumah sakit.
“Kalau namanya saudara harusnya hadir karena sebagai saudara harusnya hadir, tapi sampai sore dia (polisi) itu tidak datang,” jelasnya.
Kejanggalan Versi Keluarga
Pihak keluarga pun membeberkan sejumlah dugaan kejanggalan dalam kematian korban.
Korban ditemukan pukul 05.30 WIB, namun pihak keluarga baru diberi tahu pada sore hari.
Keterlambatan ini membuat keluarga semakin curiga terhadap kronologi kejadian.
Korban juga ditemukan dalam keadaan telanjang, tergeletak telentang di lantai kamar mandi tanpa alas.
Foto yang diterima keluarga menunjukkan wajah korban tampak berbeda dari kondisi semasa hidup.
“Informasinya keluar darah dari hidung dan mulut korban. Kemudian sekilas dari foto korban yang kami terima, ada bercak darah keluar dari bagian intim korban,” kata Tiwi.
“Nah ini yang masih membuat keluarga korban masih merasa janggal atas kematian ini,” jelasnya menambahkan.
Selama empat tahun tinggal di Semarang, korban juga tidak memiliki riwayat penyakit tertentu.
“Korban dari dulu kelihatan sehat tidak ada tanda-tanda sakit," ujarnya.
Meski sejumlah anggota keluarga ingin menempuh jalur hukum, kata Tiwi, mereka masih menunggu keputusan keluarga besar.
“Sebenarnya keluarga sudah menggebu-gebu, tapi silakan nanti keluarga terutama kakak kandung korban,” ujarnya.
Dugaan kejanggalan juga disampaikan Ketua Umum Komunitas Muda Mudi Alumni Untag Semarang, Jansen Henry Kurniawan.
Menurutnya, korban ditemukan tewas bersama seorang oknum polisi yang menjadi saksi kunci dan ada di tempat kejadian perkara.
“Kami melihat kejadian ini janggal karena ada oknum polisi bagian Dalmas yang tidak ada kaitannya dengan tindak pidana justru menemukan korban pertama kali,” katanya.
“Oknum polisi ini yang mengabarkan kematian korban ke resepsionis hotel, Polsek Gajahmungkur dan tim Inafis Polrestabes Semarang,” jelasnya menambahkan.
Sementara, ratusan mahasiswa Untag Semarang menggeruduk Markas Polda Jawa Tengah buntut kematian dosen Untag berinisial DLL (35).
Mahasiswa mendatangi polda untuk mengetahui perkembangan penanganan kasus tersebut.
Mereka datang dengan membawa spanduk bertuliskan Justice For Levi.
Foto korban mengenakan jilbab motif bunga-bunga juga turut dibawa mahasiswa.
Mereka juga melakukan orasi dan berbagai aksi smbolik untuk mengenang almarhumah.
Polda Jateng kemudian mengajak mahasiswa Untag untuk beraudiensi di Gedung Borobudur Semarang.
Dalam audiensi itu ada tiga polisi yang menemui mahasiswa yakni Dirreskrimum Polda Jateng, Kombes Pol Dwi Subagio.
Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan (Kabidpropam) Saiful Anwar dan Kabid Humas Kombes Pol Artanto.
Selama audiensi dengan polisi, mahasiswa mempertanyakan sejumlah kejanggalan atas kematian dosen mereka.
“Kami menuntut Polda Jateng lebih ke transparan atas kronologi kasus kematian dosen kami, usut kasus ini dengan seterang-terangnya dan seadil-adilnya,” kata Perwakilan Mahasiswa Untag, Antonius Fransiskus Polu, kepada Tribun seusai audiensi.
Menurut Frans, mahasiswa menuntut kasus ini dibuka secara terang benderang karena masih ada sejumlah kejanggalan yang ditemukan oleh mereka.
Kejanggalan itu meliputi korban meninggal dunia dalam kondisi telanjang bulat dengan kondisi tubuh di lantai.
Kemudian ada saksi kunci dari kejadian ini merupakan polisi berpangkat AKBP.
Antara korban dengan saksi kunci ini juga tercantum dalam satu Kartu Keluarga (KK).
“Hubungan Bu Levi (korban) dengan Saksi kunci (polisi), kami belum mengetahuinya. Nah, di situ kita perlu usut tuntas," ujarnya.
Kejanggalan berikutnya, kata Frans, berupa dugaan ada sejumlah barang pribadi korban yang hilang. Mahasiswa takut barang bukti tersebut sengaja dihilangkan dari kasus ini.
Terlebih, ada jeda waktu sangat lama saat korban ditemukan meninggal hingga proses pelaporan ke pihak kampus dan keluarga.
“Kejanggalan-kejanggalan itulah yang coba kami tanyakan ke polisi, kami harap ada titik temu dari proses penyelidikan yang sedang dilakukan polisi,” katanya.(*)
(TribunnewsSultra.com/Desi Triana Aswan, TribunJateng.com/iwan Arifianto/Moh Anhar)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sultra/foto/bank/originals/Sosok-dosen-Untag-meninggal-dunia-tersebut-adalah-Dwinanda-Linchia-Levi-35.jpg)