Berita Konawe Utara
Penyebab Abrasi Pantai Desa Laimeo Sawa Konawe Utara Dikaji, Status Siaga Bencana Segera Diusulkan
Insiden abrasi pantai di Desa Laimeo, Konawe Utara, sejak Senin (15/9/2025) siang kemarin, kini menjadi perhatian serius berbagai pihak.
Penulis: Nursaida | Editor: Sitti Nurmalasari
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KONAWE UTARA – Insiden abrasi pantai di Desa Laimeo, sejak Senin (15/9/2025) siang kemarin, kini menjadi perhatian serius berbagai pihak.
Desa ini berada di Kecamatan Sawa, Kabupaten Konawe Utara (Konut), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Fenomena alam yang telah mengikis bibir pantai sekitar 21 meter ini, kini telah ditinjau langsung oleh sejumlah instansi, Selasa (16/9/2025).
Dalam peninjauan tersebut, hadir jajaran Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi IV Kendari.
Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Sultra, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Konut, dan Basarnas Konawe Utara.
Baca juga: Abrasi Pantai Kikis Daratan hingga 20 Meter di Laimeo Konawe Utara, BPBD Imbau Warga Tak Mendekat
Kepala Stasiun Geofisika Kendari, Rudin saat diwawancarai TribunnewSultra.com, menjelaskan abrasi pantai diduga kuat akibat pengaruh arus laut dan kondisi geologi pantai.
“Karena pengaruh gelombang laut yang masuk dari luar ke dalam. Karena ini teluk, jadi berputar dari utara menuju ke selatan. Jadi kemungkinan di bawah ada gerusan pasir sehingga di atasnya ikut turun,” jelasnya.
Sementara itu, Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi IV Kendari melalui PPK OP SDA I, Yasser, mengatakan salah satu langkah awal yang akan dilakukan adalah observasi kondisi dasar laut.
“Salah satu langkah yang akan kami lakukan dalam waktu dekat ini adalah pengukuran batimetri. Pengukuran batimetri dilakukan untuk mengetahui kondisi topografi yang ada di dasar laut,” jelasnya.
BWS juga menyiapkan upaya mitigasi jangka pendek, dengan menempatkan geobag berisi pasir dan timbunan batu sepanjang 100 meter di bibir pantai sebagai penahan abrasi.
Baca juga: Pantai Nambo Kendari Jadi Tempat Wisata Pilihan Meski Cuaca Mendung, Pengunjung Main Air hingga Bola
Kepala BPBD Konawe Utara, Muhammad Aidin, menegaskan pihaknya telah melakukan koordinasi lintas sektor dan segera menetapkan langkah kesiapsiagaan.
“Desa Laimeo ini kita akan tetapkan sebagai desa tangguh bencana, kemudian kita akan bentuk posko kesiapsiagaan di desa ini. Dan selanjutnya kita akan lakukan pelatihan simulasi tentang penanggulangan bencana,” jelasnya.
Aidin menambahkan, BPBD akan segera mengusulkan status siaga bencana kepada Bupati Konawe Utara agar penanganan dapat dilakukan secara menyeluruh, termasuk pembuatan tanggul.
Mengingat, hingga hasil pengukuran terbaru menunjukkan masih adanya penambahan area pengikisan sekitar 1 meter, dengan kedalaman 10 meter dari yang sebelumnya 15 meter.
Sementara itu, peneliti dari BRIDA Sultra, Hedianto, menilai fenomena abrasi tersebut merupakan kombinasi antara arus laut, material pasir yang mudah larut, serta pengaruh angin timur yang bersifat musiman pada Juli hingga September.
Baca juga: Cara Evakuasi Korban Tenggelam Disimulasikan di Pantai Nambo Kendari, Latih Relawan Tanggap Bencana
500 Bibit Mangrove Ditanam di Pesisir Bungkutoko Kendari, Bisa Jadi Objek Wisata hingga Cegah Abrasi |
![]() |
---|
550 Bibit Mangrove Ditanam di Lowu-Lowu dan Kolese Lea-Lea Baubau Sulawesi Tenggara, Cegah Abrasi |
![]() |
---|
1.000 Bibit Mangrove Ditanam Perum Bulog Bareng LDC FPIK UHO di Desa Tapulaga Konawe Cegah Abrasi |
![]() |
---|
3 Rumah Warga di Kolaka Utara Terancam Ambruk Akibat Abrasi Laut, Pemda Sudah Anggarkan Bangun Talud |
![]() |
---|
200 Bibit Pohon Mangrove Ditanam di Kabangka Muna Sulawesi Tenggara Guna Cegah Terjadinya Abrasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.