OPINI
OPINI Teknologi Hijau dan Tugas Negara: Transisi Energi Harus Didukung Inovasi
Kita tahu, cadangan energi fosil semakin menipis, sementara kebutuhan energi nasional terus meningkat.
Jika Pertamina berani menaruh modal di depan, investor lain baik swasta maupun global akan lebih percaya diri untuk ikut terjun.
Baca juga: OPINI: Pemuda Merdeka, Sultra Aman, Sejahtera dan Religius
Namun, membangun ekosistem teknologi hijau bukan hanya soal perusahaan besar. Perguruan tinggi harus jadi “pabrik ide” yang melahirkan riset aplikatif.
Bayangkan jika setiap kampus besar di Indonesia punya laboratorium energi hijau yang terkoneksi dengan industri, maka teknologi yang lahir bisa langsung diuji dan dipasarkan.
Lebih jauh lagi, pemerintah bisa memberikan insentif pajak atau kemudahan paten agar hasil riset tidak berhenti di rak perpustakaan.
Pada titik ini, kita juga perlu jujur: transisi energi tanpa inovasi hanya akan jadi impor teknologi besar-besaran. Jika itu terjadi, kita hanya menggeser ketergantungan: dari impor BBM ke impor baterai atau turbin.
Inilah kenapa keberanian negara dalam membiayai riset, memberikan insentif, dan melibatkan generasi muda sangat penting.
Kita butuh insinyur, peneliti, dan wirausaha muda yang percaya diri mengembangkan teknologi hijau karya anak bangsa.
Momentum ini juga bisa dilihat sebagai bentuk kemerdekaan baru. Setelah 80 tahun merdeka, kita bukan hanya ditantang menjaga kedaulatan politik, tapi juga kedaulatan energi.
Baca juga: OPINI: Catatan Kritis Penanganan Tindak Pidana Judi Online dalam Perspektif Prospektif
Jika dulu kemerdekaan diraih dengan bambu runcing, kini kedaulatan itu bisa diperkuat dengan inovasi teknologi hijau. Negara harus hadir agar energi bersih tidak hanya jadi slogan, tapi kenyataan yang memberi listrik murah, udara bersih, dan peluang ekonomi baru bagi seluruh rakyat.
Transisi energi adalah tugas sejarah. Dan sejarah selalu berpihak pada mereka yang berani berinovasi.
Indonesia punya modal besar: sumber daya alam melimpah, generasi muda kreatif, dan lembaga riset yang terus tumbuh.
Pertanyaannya hanya satu: apakah negara siap menjahit semua potensi ini menjadi ekosistem teknologi hijau yang kokoh? Jika jawabannya ya, maka masa depan energi Indonesia bukan hanya bersih, tapi juga berdaulat.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.