Sehingga, kombinasi lauk dan kasoami menciptakan harmoni rasa khas Sulawesi Tenggara.
Saat pembuatannnya, kuliner berbahan utama singkong ini, akan dibentuk seperti kerucut atau gunungan mirip tumpeng.
Cetakannya terbuat dari anyaman daun kelapa, bambu atau seng bentuk kerucut. Warna kasoami putih kekuningan, tergantung jenis singkong dan proses fermentasi ringan.
Pembuatan kasoami dimulai dengan memarut singkong segar. Parutan singkong kemudian diperas, mengurangi kadar air dan racun alami seperti sianida.
Baca juga: Gurihnya Ayam Parende Khas Muna Sulawesi Tenggara, Kuliner Sederhana yang Bikin Nagih
Ampas singkong didiamkan agar mengalami fermentasi ringan, lalu disaring untuk memisahkan bagian halus dan kasar.
Parutan halus dimasukkan ke dalam cetakan kerucut dan dikukus sekira 15-30 menit hingga padat sempurna.
Proses ini membutuhkan ketelatenan dan kesabaran, serta menjadi ajang gotong royong keluarga.
Singkong sebagai bahan utama kasoami kaya karbohidrat, serat, dan vitamin B. Sehingga kuliner khas ini rendah lemak dan bebas gluten, cocok gaya hidup sehat dan alami.
Karena tidak menggunakan minyak atau pengawet, kasoami dinilai lebih sehat dibanding makanan olahan modern.
Kasoami dapat bertahan hingga 14–20 hari dalam suhu ruang, bahkan 30 hari jika belum dikukus.
Baca juga: Mengenal Kue Tradisional Karasi Khas Sulawesi Tenggara: Cita Rasa, Sejarah dan Filosofi
Keawetannya menjadikannya bekal ideal bagi nelayan dan pelaut yang berlayar jauh.
Meski jarang dijual di toko oleh-oleh karena daya tahan terbatas, kasoami tetap populer di pasar lokal dan rumah tangga.
Era modern, kasoami mulai kembali digemari sebagai bagian gaya hidup sehat dan kuliner lokal.
Komunitas kuliner dan pemerintah daerah mendorong pelestarian kasoami melalui festival dan promosi wisata kuliner.
Di sisi lain pasar tradisional Kendari, Baubau, dan Raha, kuliner kasoami masih dijajakan pelaku UMKM. (*)