TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KONAWE UTARA - Mahasiswa Teknik Pertambangan Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK) bersama siswa Sekolah Menengah Kejuruan Swasta (SMKS) Pertambangan Nur Watukila melakukan praktikum lapangan.
Kegiatan tersebut berlangsung pada Kamis (13/2/2025) di Desa Mataiwoi, Kecamatan Molawe, dan Desa Watukila, Kecamatan Lasolo, Konawe Utara (Konut), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Di mana, dalam praktikum yang dilakukan di tiga lokasi (stasiun), mereka berhasil menemukan berbagai jenis batuan.
Di antaranya, batuan metamorf dengan nama batuan meta gamping, batuan metamorf jenis schist, dan batuan beku intrusif bernama peridotit yang mengandung unsur nikel.
Mahasiswa UM Kendari, Muhammad Ikhwan Alfansyah menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami proses identifikasi singkapan batuan serta data geologi.
Baca juga: UM Kendari Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru Rekognisi Pembelajaran Lampau 2025, Link dan Syarat
“Untuk kegiatan hari ini berupa studi lapangan, di sini kita mencari singkapan,” ujarnya saat diwawancarai oleh TribunnewsSultra.com.
"Kami akan membimbing para siswa bagaimana cara mereka mengetahui terkait data singkapan, data litologi, data morfologi, dan data struktur," lanjutnya.
"Sehingga siswa-siswi bisa paham terkait data-data yang harus dipelajari pada saat bertemu dengan singkapan," tambahnya.
Muhammad Alfatah yang juga merupakan mahasiswa Teknik Pertambangan UM Kendari menjelaskan dalam kegiatan tersebut, mereka menemukan singkapan batuan metamorf berupa meta gamping di stasiun satu.
“Di sini seperti kita lihat saat ini, kita mendapatkan singkapan batuan metamorf berupa jenis batuan metamorf dan nama batuan meta gamping di stasiun satu ini,” jelasnya.
Baca juga: Prof Nurdin, Akademisi Sultra Masuk Daftar 2 Persen Top Saintis Dunia Lagi, Sosok Rektor UM Kendari
Sebelum praktikum dilakukan, mahasiswa telah melakukan pengecekan lokasi terlebih dahulu untuk mengetahui potensi temuan yang ada di lapangan.
“Satu hari sebelum turun lapangan kami melakukan yang namanya ceklok. Cek lokasi bertujuan untuk kami mengetahui terkait apa yang akan kami temukan,” katanya.
Muhammad Alfatah mengungkapkan bahwa dalam praktik ini terdapat tiga stasiun yang menjadi titik pengamatan.
“Jadi totalnya ada tiga stasiun, pada stasiun pertama kami temukan berupa batuan metamorf dengan nama batuannya meta gamping."
"Lalu stasiun kedua kami temukan batuan metamorf jenis schist, dan pada stasiun ketiga kami temukan batuan beku jenis batuan beku intrusif dengan nama batuan peridotit," ungkapnya.
Baca juga: Desain Komunikasi Visual Jadi Program Studi Baru yang Diluncurkan UM Kendari Sulawesi Tenggara