Apalagi, kata Asma, saat ini peminat tenun khas Sultra semakin meningkat.
Terutama hasil tenunan yang diproduksi secara manual.
“Sebagai upaya pelestarian tenun khas Sultra, kami berharap pemerintah daerah bisa menambahkan pembelajaran menenun di sekolah-sekolah kejuruan,” harapnya.
Kendati demikian, Rumah Tenun Manual Khas Sultra milik Asma masih terkendala bahan produksi dan pemasaran.
Baca juga: Makna Mendalam Motif dan Warna Tenun Masalili Asal Muna Sultra, Bercerita Sejarah dan Kelestarian
Dia menyebut harga benang di Kota Kendari terbilang mahal sehingga harus memesan di Surabaya.
Tak hanya itu, Asma juga masih kesulitan menggunakan media sosial sebagai sarana pemasaran atau promosi.
“Kami masih belajar bagaimana caranya memasarkan produk-produk kami secara online,” kata Asma.
Cerita Penenun
Salah satu kain tenun khas Sulawesi Tenggara yakni tenun masalili asal Kabupaten Muna.
Daerah inipun punya kampung tenun di Desa Masalili, Kecamatan Kontunaga.
Tak heran, banyak perajin tenun di Kota Kendari yang berasal dari daerah tersebut.
Seperti salah seorang perajin yang bekerja di Rumah Tenun Asma yakni Nirna (37).
Dia mengaku belajar menenun secara otodidak sejak usianya masih 14 tahun.
Kini, terhitung 23 tahun dirinya menggeluti dunia tenun.
“Bekerja di Ibu Asma sudah hampir dua tahun, sebelumnya saya menenun di Raha tapi saya berhenti, setelah itu ketemu Ibu Asthma,” kata Nirna.