Tribun UMKM

Kisah Asma Lestarikan Tenun Sulawesi Tenggara, Bina Puluhan Perajin di Kendari hingga Hasilkan Cuan

Penulis: Apriliana Suriyanti
Editor: Aqsa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sosok Asma (baju orange) pemilik Rumah Tenun Manual Khas Sultra atau Asma Tenun di Jalan Bunga Kamboja, Kelurahan Lahundape, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Asma memperlihatkan berbagai jenis kain tenun yang diproduksi maupun dipasarkannya di galeri tersebut, begitupun aktivitas para penenun di galerinya belum lama ini.

Apalagi, kata Asma, saat ini peminat tenun khas Sultra semakin meningkat.

Terutama hasil tenunan yang diproduksi secara manual.

“Sebagai upaya pelestarian tenun khas Sultra, kami berharap pemerintah daerah bisa menambahkan pembelajaran menenun di sekolah-sekolah kejuruan,” harapnya.

Kendati demikian, Rumah Tenun Manual Khas Sultra milik Asma masih terkendala bahan produksi dan pemasaran.

Baca juga: Makna Mendalam Motif dan Warna Tenun Masalili Asal Muna Sultra, Bercerita Sejarah dan Kelestarian

Dia menyebut harga benang di Kota Kendari terbilang mahal sehingga harus memesan di Surabaya.

Tak hanya itu, Asma juga masih kesulitan menggunakan media sosial sebagai sarana pemasaran atau promosi.

“Kami masih belajar bagaimana caranya memasarkan produk-produk kami secara online,” kata Asma.

Cerita Penenun

Salah satu kain tenun khas Sulawesi Tenggara yakni tenun masalili asal Kabupaten Muna.

Daerah inipun punya kampung tenun di Desa Masalili, Kecamatan Kontunaga.

Aktivitas menghani atau menyusun benang di Rumah Tenun Manual Khas Sultra atau Asma Tenun di Jalan Bunga Kamboja, Kelurahan Lahundape, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

Tak heran, banyak perajin tenun di Kota Kendari yang berasal dari daerah tersebut.

Seperti salah seorang perajin yang bekerja di Rumah Tenun Asma yakni Nirna (37).

Dia mengaku belajar menenun secara otodidak sejak usianya masih 14 tahun.

Kini, terhitung 23 tahun dirinya menggeluti dunia tenun.

“Bekerja di Ibu Asma sudah hampir dua tahun, sebelumnya saya menenun di Raha tapi saya berhenti, setelah itu ketemu Ibu Asthma,” kata Nirna.

Halaman
1234