Motif tersebut seperti hasil pertanian ubi jalar, wisata bahari berupa ombak, layangan, dan lainnya.
Melalui gerainya, Asma pun tak hanya menjual bahan kain tenun saja.
Tapi juga pakaian berbahan tenun hingga beragam aksesorisnya.
Menariknya, di dalam gerainya pengunjung bisa melihat langsung proses penenunan menggunakan alat tradisional.
“Kebetulan alat tenun tradisional ini bapak saya yang membuat, kami sekeluarga memang perajin,” jelas Asma.
Bina Perajin, Hasilkan Cuan
Baca juga: Irfan Hakim Kenakan Pakaian Kain Tenun Konasara Konawe Utara Sulawesi Tenggara Karya Defrico Audy
Lahir dari keluarga penenun, keterampilan menenun diturunkan kepada anak-cucu termasuk Asma sedari ia kecil.
Kini, untuk melestarikan tenun dia mengajari anak-anak mulai dari menyusun benang atau disebut menghani.
Asma juga memberdayakan puluhan ibu-ibu untuk menghasilkan kain tenun.
Dengan begitu, perajin binaannya dapat memperoleh upah dari hasil menjual kain tersebut.
“Alhamdulillah saat ini perajin tenun binaan saya berjumlah 30 orang, kebetulan mereka kelompok tani yang ada di Mangga Dua,” ujarnya.
Tenunan milik Asma dibanderol mulai dari Rp500 ribu sampai dengan Rp4 juta per kain berukuran 4 centimeter (cm) x 75 cm.
Semakin rumit motif pada kain tenun maka semakin tinggi pula harga jual, begitu pula sebaliknya.
Tidak hanya itu, pewarnaan alam juga menjadi salah satu indikator nilai jual sehelai kain tenun cukup tinggi.
Dalam satu bulan, Asma Tenun dapat meraih omset kurang lebih Rp20 juta.