Pulau Buton juga kerap disebut Negeri Seribu Benteng karena banyak benteng-benteng kecil tersebar di seluruh wilayah kepulauan itu.
4. Satu-satunya Penghasil Aspal
Pulau Buton di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) adalah satu-satunya daerah penghasil aspal di Indonesia.
Produksi aspal alam tersebut hanya dua di dunia.
Baca juga: Pengaspalan Jalan Wisata Kendari-Toronipa Gunakan Aspal Buton, Gubernur Sultra Manfaatkan Hasil SDA
Pulau Buton di Provinsi Sultra serta Trinidad, negara kepulauan yang terletak di laut Karibia bagian selatan.
Melansir KompasTV, kualitas aspal Buton tak kalah dengan kualitas aspal yang selama ini diimpor oleh Indonesia.
Sayangnya, Indonesia masih harus mengimpor 1,3-1,4 juta ton aspal yang menguras cadangan devisa hingga Rp40-46 triliun per tahun.
Bupati Buton, La Bakry, mengatakan, kualitas aspal Buton (Asbuton) telah diakui.
Aspal Buton ramah lingkungan dengan tingkat kemurnian lebih tinggi dari aspal minyak (aspal hotmix).
Aspal tersebut bahkan telah diuji coba di Jalan Tol Cipularang kilometer 18 yang mengubungkan Jakarta-Bandung.
Bahkan, pernah dilakukan uji gelar di Surabaya untuk ketahanan, khusus penggunaan pada jalur padat dan berat.
“Kualitasnya tetap diakui. Tetapi bukan lagi dari tambang yang dihampar, sudah melewati tahapan pengolahan yang sama dengan preses hotmix,” kata La Bakry, beberapa waktu lalu.
Dengan demikian, katanya, Asbuton bukan kalah pamor hanya saja tak dikelola dengan baik termasuk tak adanya dukungan anggaran hingga regulasi dari pemerintah pusat.
5. Patung Naga ‘Terpanjang’
Salah satu keunikan Kepulauan Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), yakni berdirinya patung naga ‘terpanjang’ di Kota Baubau.
Baca juga: 5 Rekomendasi Tempat Wisata di Baubau Sulawesi Tenggara, Benteng Keraton Buton hingga Pantai Kamali
Patung naga berwarna hijau yang menjadi salah satu icon kota tersebut pun lekat dengan legenda cerita rakyat.
Keunikannya karena patung kepala naga dan ekor naga tersebut berdiri terpisah hingga sekitar 5 kilometer (km).
Kepala naganya setinggi 5 meter berdiri di Pantai Kamali, Jalan Mayjen Sutoyo, Kelurahan Wale, Kecamatan Wolio.
Sedangkan, ekor naga setinggi sekitar 7 meter berdiri di depan Kantor Wali Kota Baubau, Jalan Raya Palagimata, Kelurahan Lipu, Kecamatan Betoambari.
Patung naga tersebut dibuat berkaitan cerita rakyat naga Lawero yang sejak dulu hidup di sekitar wilayah Kesultanan Buton.
Selain cerita itu, kabarnya kehadiran patung naga itu sebagai simbol hubungan persahabatan dan perdagangan antara Kesultanan Buton dengan bangsa China yang sudah terjalin sejak lama.
6. Keragaman Hayati
Pulau Buton di Sulawesi Tenggara (Sultra) juga menjadi salah satu paru-paru dunia dengan Hutan Lambusango.
Hutan ini menjadi ‘benteng’ terakhir keragaman hayati Bioregion Wallacea.
Dengan hewan endemik yang hanya dijumpai di daerah ini.
Beberapa satwa di antaranya burung julang, kuskus, monyet ochreata brunescens, dan tarsius sebagai primata terkecil di dunia.(*)
(TribunnewsSultra.com/Laode Abiddin/Risno Mawandili/Husni Husain, Kompas.com)