Para Analis Ungkap Kedekatan Rusia dengan Cina hingga Peran Beijing dalam Invasi di Ukraina

Penulis: Nina Yuniar
Editor: Ifa Nabila
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Preside China Xi Jinping mengatakan bahwa tidak ada bidang kerja sama yang 'terlarang'.

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Para ahli menganalisis kedekatan antara Cina dan Rusia dan posisi Beijing dalam invasi Moskow ke Ukraina.

Di bawah pemerintahan Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin, Beijing dan Moskow menjadi semakin terisolasi dari barat hingga semakin dekat satu sama lain.

Dilansir TribunnewsSultra.com dari The Guardian, invasi Rusia ke Ukraina terjadi hanya beberapa hari setelah Xi dan Putin memperkuat kemitraan yang signifikan di sela-sela Olimpiade Musim Dingin Beijing.

Yaitu dalam pertemuan bilateral pertama yang dihadiri Xi sejak pandemi dimulai.

Sebuah pernyataan bersama dari kedua pemimpin itu mengatakan ikatan antara kedua negara 'tidak memiliki batas' dan 'tidak ada bidang kerja sama yang terlarang'.

Baca juga: Update Hari Ke-22 Perang Rusia Vs Ukraina, Kremlin Hancurkan Sinyal TV dan Radio, Pengungsian Dibom

Hal ini merupakan seruan untuk Barat agar 'meninggalkan pendekatan ideologis perang dingin'.

Serta untuk menyatakan dukungan untuk sikap satu sama lain di Ukraina dan Taiwan.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping. (Russian Presidential Press and Information Office)

Analis pun menjelaskan bahwa para pemimpin kedua negara itu percaya bahwa mereka lebih kuat jika bersatu.

“Alasan Beijing dalam hubungan Cina-Rusia adalah bahwa kedua negara menghadapi barat yang bermusuhan dan keduanya akan lebih mampu menahan tekanan barat dengan berdiri bersama daripada terpisah,” kata seorang Sarjana Brookings Institute Studi Cina dan Asia, Ryan Hass.

“Tanpa Rusia, pemikiran itu berlanjut, Cina akan sendirian menghadapi musuh barat yang bertekad untuk menghalangi kebangkitan Cina.” jelasnya.

Baca juga: Vladimir Putin Sebut Sanksi atas Invasi Ukraina hanya Modus Blok Barat untuk Hancurkan Rusia

“Perlu diingat bahwa Cina dan Rusia tidak memiliki kepentingan yang selaras secara sempurna,” ujar Hass.

“Cina memiliki lebih banyak kerugia daripada Rusia. Cina melihat dirinya sebagai negara yang sedang bangkit dengan momentum di belakangnya. Rusia pada dasarnya sedang melawan gelombang penurunan.” lanjutnya.

Apakah Cina tahu tentang invasi Rusia di Ukraina sebelumnya?

Waktu kemitraan yang ditandatangani antara Rusia dan Cina telah menimbulkan pertanyaan tentang apa yang diketahui pemerintah Cina tentang invasi tersebut.

Baca juga: Rudal Rusia Hantam Apartemen di Ibu Kota Ukraina: 1 Korban Tewas, 30 Orang Dievakuasi

Beberapa analis dan pejabat AS telah menduga kemungkinan Beijing mengetahui rencana Rusia untuk Ukraina.

Namun hal itu dibantah Beijing.

Menurut laporan Washington Post pada Rabu (16/3/2022) Duta Besar Cina untuk AS mengatakan setiap pernyataan yang diketahui, disetujui atau diam-diam mendukung perang ini adalah murni disinformasi.

Salah satu tanda pertama bahwa mungkin ada batasan pada kemitraan datang pada 25 Februari 2022 lalu.

Baca juga: Sisi Lain Perang Rusia Vs Ukraina sebagai Penguji Hubungan AS dan Cina yang Goyah

Yakni ketika Cina abstain dari pemungutan suara pada resolusi Dewan Keamanan PBB yang akan mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.

Sedangkan, Rusia menggunakan hak vetonya untuk membatalkan resolusi tersebut.

Tetapi keputusan Cina untuk tidak secara aktif mendukung veto tersebut dianggap sebagai tanda positif oleh pejabat barat.

Profesor di Universitas Macquarie dan rekan sejawat di Chatham House, Dr Courtney J Fung menyebut Cina menginginkan pengakuan sebagai negara besar yang bertanggung jawab.

Tetapi menerapkan hal itu secara selektif ketika datang ke invasi ke Ukraina.

Baca juga: Sempat Tolak Komunikasi dengan Joe Biden, Arab Saudi Undang Presiden Cina Xi Jinping saat Ramadan

“Cina berfokus pada masalah tingkat kedua yang dihasilkan dari invasi Rusia, seperti bantuan kemanusiaan, perlindungan sipil, evakuasi dan sementara ini tentu saja menjadi perhatian penting, Cina menghindari upaya untuk menengahi atau menyelesaikan krisis itu sendiri.” jelas Dr Courtney J Fung.

Tanggapan Cina tentang Perang Rusia Vs Ukraina

Pemerintah dan aparatur negara Cina sebagian besar tidak menyebutnya sebagai invasi atau perang.

Meskipun pembacaan resmi panggilan telepon bilateral dalam bahasa Inggris oleh Presiden Xi dan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi menyebutkan kata 'perang'.

Baca juga: Cina Putuskan untuk Beri Bantuan Ekonomi ke Rusia selama Perang di Ukraina, Amerika Serikat Panik

Sebelumnya, Cina menyebutnya sebagai 'situasi', 'krisis', atau kadang-kadang 'konflik', dan telah menekankan 'latar belakang dan konteks historis kompleks'.

Hal ini disebut sebagai langkah Cina yang telah menyatakan dukungan untuk kedaulatan Ukraina dan 'masalah keamanan' Rusia.

Berbicara kepada media setelah pertemuan tahunan "dua sesi" Jumat lalu, Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan Cina sangat prihatin dan berduka atas konflik tersebut.

"Di Ukraina, memang situasi saat ini sangat parah," sebut Li Keqiang.

“Tugas mendesak sekarang adalah mencegah ketegangan meningkat atau bahkan lepas kendali.” imbuhnya.

Baca juga: Bertemu di Roma, AS Peringatkan Cina akan Ada Konsekuensi Jika Bantu Invasi Rusia ke Ukraina

Beijing telah berusaha untuk menampilkan dirinya sebagai pihak yang netral.

Serta mengisyaratkan bahwa Cina dapat bertindak sebagai mediator.

Tetapi media Cina telah memperkuat teori propaganda dan konspirasi Rusia.

Sementara itu, juru bicara pemerintah Cina juga telah mendukung narasi anti-Barat, menyalahkan AS dan NATO karena mengobarkan ketegangan.

Baca juga: Kondisi Hari Ke-19 Perang Rusia Vs Ukraina: Pimpinan Chechnya Ancam Kyiv, Cina Disebut Bantu Putin

Cina telah berjuang untuk menavigasi jalan antara kemitraannya dengan Rusia dan kecaman global yang besar atas invasi tersebut.

“Cina terus mendukung Rusia melalui kemitraan strategis yang komprehensif dan untuk menentang ekspansi NATO dan sanksi terhadap Rusia,” ungkap Paul Haenle dari Carnegie Endowment for International Peace kepada Cina File.

Apa yang diinginkan Rusia dari Cina?

Menurut laporan di media AS yang mengutip pejabat pemerintah, Rusia telah meminta peralatan militer dan dukungan dari Cina.

Serta bantuan ekonomi karena sanksi global dan pengabaian sektor swasta mulai menggigit Rusia.

Baca juga: Sederet Peristiwa Hari Ke-19 Perang Rusia Vs Ukraina: AS Ancam Cina Jika Bantu Putin

Laporan awal tidak merinci jenis senjata yang dicari Rusia atau tanggapan Cina.

Tetapi kabar itu telah menarik peringatan dari Amerika Serikat bahwa Cina akan menghadapi 'konsekuensi' jika setuju memberi bantuan kepada Rusia.

Laporan berikutnya, mengutip jaringan diplomatik AS kepada sekutu, menyebutkan bahwa Rusia telah meminta peralatan militer ke Cina.

Termasuk drone, kendaraan lapis baja dan rudal permukaan-ke-udara.

Disebutkan juga bahwa Cina telah mengisyaratkan kesediaan untuk setuju atas permintaan Rusia itu.

Baca juga: Amerika Serikat: Rudal Rusia Hujani Ukraina hingga Sebut Putin Minta Bantuan Senjata ke Cina

Pejabat Cina dengan marah menolak klaim tersebut sebagai disinformasi yang berbahaya.

Liu Pengyu selaku Juru Bicara Kedutaan Besar Cina di Washington, AS mengatakan dia belum pernah mendengar permintaan seperti itu.

Apakah Cina akan membantu Rusia?

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping. (Dmitry Lovetsky/AFP)

Para pejabat AS khawatir Cina telah memutuskan untuk memberi Rusia dukungan ekonomi dan keuangan.

Pejabat AS juga khawatir bahwa Cina sedang mempertimbangkan untuk mengirim pasokan militer seperti drone bersenjata ke Rusia.

Baca juga: Rangkuman Terkini Perang Rusia Vs Ukraina: Wartawan AS Dibunuh, Putin Andalkan Cina untuk Bantu

Hubungan Cina dengan Rusia tetap penting bagi Presiden Xi.

Dan Presiden Cina Xi Jinping tidak mungkin membuang hubungannya pada Rusia demi menyelaraskan dengan Barat yang kini telah merenggang.

Hal itu disampaikan Direktur Program Asia di Dana Marshall Jerman Amerika Serikat, Bonnie Glaser kepada Cina File.

Lebih lanjut dikatakan bahwa, namun Cina harus memutuskan sejauh mana dia akan membantu ekonomi Rusia ketika sanksi yang telah lama ditentang Beijing mulai berlaku.

Baca juga: Menlu Ukraina Minta Bantuan Cina untuk Mediasi Serangan Rusia: Sampai Gencatan Senjata

“Cina kemungkinan akan menemukan cara untuk membantu Moskow mengurangi dampak sanksi, tanpa secara terang-terangan melanggarnya. Buku pedoman yang digunakannya untuk membantu Iran dan Korea Utara menghindari sanksi memberikan kemungkinan tindakan yang dapat diambil Cina.” beber Bonnie Glaser.

Ilmuwan Politik di Universitas Nasional Australia, Wen-Ti Sung pun menilai bahwa Cina memiliki sedikit insentif untuk memberikan bantuan militer langsung ke Rusia.

“Preferensi Beijing adalah; satu, stabilitas internasional; dua, untuk memastikan ekonomi dan pemerintahan Rusia tidak runtuh di bawah beban sanksi internasional; dan tiga, untuk tidak dilihat sebagai pemicu agresi Rusia yang terbuka.”

(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)