Sisi Lain Perang Rusia Vs Ukraina sebagai Penguji Hubungan AS dan Cina yang 'Goyah'
Perang Rusia melawan Ukraina yang saat ini masih berlangsung disebut sebagai titik balik untuk menguji hubungan Amerika Serikat-China yang goyah
Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Perang Rusia melawan Ukraina yang saat ini masih berlangsung disebut sebagai titik balik untuk menguji hubungan Amerika Serikat dengan Cina yang goyah.
Dilansir TribunnewsSultra.com dari Al Jazeera, para analis menyebut sikap Beijing terhadap invasi Rusia ke Ukraina dapat menentukan hubungan masa depan dengan Washington.
Dalam beberapa hari terakhir, beberapa pejabat tinggi di AS telah mencegah Cina untuk mendukung Rusia dalam perangnya di Ukraina.
Seruan AS itu datang di tengah laporan bahwa Moskow telah meminta bantuan militer dari Beijing.
Sedangkan para pejabat Cina tak menggubris laporan tersebut.
Baca juga: Bertemu di Roma, AS Peringatkan Cina akan Ada Konsekuensi Jika Bantu Invasi Rusia ke Ukraina
Para ahli mengatakan, seruan tekanan publik AS di Cina dapat menentukan hubungan yang sudah goyah antara kedua negara untuk tahun-tahun mendatang.
“Ini berpotensi menjadi titik balik dalam hubungan AS-Cina,” ujar Profesor Ilmu Politik di Boston College, Robert Ross kepada Al Jazeera.
Sejak Rusia melancarkan invasi habis-habisan ke Ukraina pada 24 Februari 2022 Lalu, Cina telah mengambil sikap netral di depan umum.
Yakni dengan mendukung perundingan damai antara Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri konflik mematikan dan Cina mendesak 'pengekangan maksimum' dan de-eskalasi.
Tetapi setelah pembicaraan selama berjam-jam antara pejabat senior AS dan Cina pada Senin (14/3/2022) lalu, Washington memperingatkan Beijing tentang 'konsekuensi' jika memberikan bantuan militer atau keuangan ke Moskow.
Baca juga: Sederet Peristiwa Hari Ke-19 Perang Rusia Vs Ukraina: AS Ancam Cina Jika Bantu Putin
Peringatan itu datang setelah media AS, mengutip pejabat Amerika yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa Rusia telah meminta bantuan militer dari Cina.
Namun tuduhan tersebut tampaknya dibantah oleh Beijing.
Para pejabat AS telah berulang kali menekankan bahwa Rusia menghadapi kemunduran dalam invasinya.
Meskipun pemboman terus-menerus terjadi di kota-kota Ukraina.
PBB pun mencatat bahwa sejauh ini, perang ini telah mendorong lebih dari tiga juta orang meninggalkan Ukraina.
Baca juga: Sempat Tolak Komunikasi dengan Joe Biden, Arab Saudi Undang Presiden Cina Xi Jinping saat Ramadan