Berita Wakatobi
Tradisi, Budaya, dan UMKM Perempuan Meriahkan Festival Wowine Wakatobi 2025 pada 22–24 Agustus
Festival Wowine 2025 di Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) akan berlangsung selama tiga hari, 22–24 Agustus 2025.
Penulis: Dewi Lestari | Editor: Desi Triana Aswan
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI – Festival Wowine 2025 di Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) akan berlangsung selama tiga hari, 22–24 Agustus 2025.
Event yang masuk dalam Kharisma Event Nusantara (KEN) 2025 ini akan dipusatkan di Alun-alun Merdeka Wangiwangi, ibu kota Wakatobi.
Lokasi ini berada tepat di depan Kantor Bupati Wakatobi. Menjadi titik pusat kota di Pulau Wanci ini.
Festival Wowine merupakan perayaan tradisi, budaya, sekaligus penghargaan terhadap peran penting perempuan maritim di Wangiwangi, Kaledupa, Tomia,dan Binongko.
Kata wowine berarti perempuan, dan dalam konteks maritim menggambarkan sosok perempuan pesisir yang tangguh.
Walaupun kepala keluarga berlayar selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun untuk mencari nafkah.
Mereka memikul peran ganda, mendidik dan merawat anak-anak sekaligus mencari penghasilan demi menopang ekonomi keluarga.
Pembina Komunitas Wowine, Eliati Haliana, menjelaskan ajang ini menjadi bentuk apresiasi bagi perempuan maritim.
Mereka mampu bertahan hidup dengan memanfaatkan potensi lingkungan pesisir.
Baca juga: Kadis Pariwisata Sultra Ungkap Keunikan Festival Wowine Wakatobi hingga Masuk Event Terbaik KEN 2025
Menurutnya, perempuan maritim adalah figur mandiri, tidak manja, dan memiliki semangat juang tinggi.
Semangat ini memberi makna perempuan yang tidak lekang oleh waktu.
Rangkaian kegiatan festival meliputi atraksi hekente’a, tradisi kansoda’a, atraksi budaya, expo UMKM perempuan.
Pameran foto perempuan, pengobatan gratis, hiburan rakyat, dan bincang perempuan.
Kansoda’a merupakan prosesi adat tahunan yang biasanya dilaksanakan setelah Lebaran.
Dalam tradisi ini perempuan yang beranjak dewasa diarak berkeliling kampung oleh kerabat laki-laki.
Dengan mengenakan busana adat lengkap dan aksesoris berwarna cerah yang didominasi warna emas.
Sementara straksi hekente’a memperlihatkan aktivitas perempuan maritim yang melaut untuk mencari ikan atau makanan laut.
Peserta mengenakan busana khas daerah dan memakai hebura bae, bedak dingin dari beras yang berfungsi melindungi kulit dari terik matahari.
Seluruh peserta tradisi ini adalah ibu-ibu yang menunjukkan ketangguhan perempuan pesisir.
Bincang perempuan akan menghadirkan kepala keluarga perempuan untuk berbagi pengalaman serta mendorong peserta mengenali dan mengembangkan potensi yang dimiliki.
Tujuannya agar potensi tersebut dapat menjadi sumber penghasilan bagi keluarga.
“Kegiatan ini juga menekankan peran ibu sebagai pendidik utama anak dalam masa tumbuh kembangnya,” kata Eliati Haliana, Selasa (13/8/2025).
Eliati menyampaikan selain menjadi media edukasi, Festival Wowine juga menjadi ajang promosi budaya dan pariwisata Wakatobi.
Ke depannya, konsep festival akan dikembangkan untuk menampilkan tradisi dari pulau lain seperti Kaledupa, Tomia, dan Binongko.
Persiapan festival ini telah mencapai 80 persen, sedangkan sisanya berkaitan dengan kelengkapan properti dari Pemprov Sultra dan penyiapan tenaga pengisi acara.
Adapun tantangan utama pelaksanaan adalah minimnya sponsor di Wakatobi, sehingga dukungan pemerintah daerah dan provinsi sangat diharapkan.
Tahun ini merupakan penyelenggaraan Festival Wowine yang keempat.
Ia berharap festival tahun ini mampu menarik pengunjung dari daerah, nasional, hingga mancanegara.
Terlebih pelaksanaannya berdekatan dengan perayaan 17 Agustus yang biasanya ramai wisatawan.
“Festival ini unik, tidak ada di tempat lain, dan merupakan festival perempuan pertama di Indonesia. Jadi sangat direkomendasikan untuk hadir difestival ini,” jelasnya. (*)
(Tribunnewssultra.com/Dewi Lestari)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.