Wawancara Khusus Tribunnews Sultra
Kisah Perjuangan Suwandi Anak Pedagang Bakso di Buton Sulawesi Tenggara Jadi Wisudawan Terbaik IPDN
Suwandi pria berusia 22 tahun asal Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara meraih gelar wisudawan terbaik IPDN tahun 2025.
Penulis: Apriliana Suriyanti | Editor: Muhammad Israjab
Saya persiapan untuk tes jasmani sekitar empat sampai lima bulan, saya berhasil menorehkan sekitar tujuh putaran waktu itu sekitar 2.800 meter. Pelaksanaan tes jasmani itu dilakukan di Polda Sultra.
Kemudian masuk di tahapan antropometri atau pemeriksaan bentuk tubuh yang dilaksanakan di Polda Sultra.
Alhamdulillah satu kali pelaksanaan tes saya berhasil lolos di pemeriksaan berkas akhir.
Di sini ada yang menarik, di pemeriksaan berkas akhir ini kita membutuhkan ijazah dan SKCK pada waktu itu.
Kebetulan saya angkatan 2021, ijazah saya belum diterbitkan pada waktu itu karena menunggu proses dari Dikti.
Setelah itu, keluar pengumuman pantuhir kami diberikan waktu tiga hari untuk melengkapi berkas.
Saya dari Kota Kendari, paginya pengumuman, siangnya saya pesan kapal ke Pasarwajo, sampai sekitar jam 7 malam waktu itu.
Kebetulan orangtua tanya mau dijemput atau tidak, saya bilang tidak perlu dijemput biarkan saya mandiri.
Saya naik angkutan umum dari Kota Baubau ke Pasarwajo, besoknya saya langsung urus berkas seperti SKCK dan Ijazah saya.
Baca juga: Komitmen Nunuk Suryani Tingkatkan Kualitas Guru di Indonesia Lewat Program Prioritas Ditjen GTK
Alhamdulillah dimudahkan sama Tuhan Yang Maha Esa, setelah itu di hari yang sama sekitar jam 11 sudah selesai.
Waktu itu hari jumat, kapal berangkat setelah sholat jumat sekitar jam 1 siang jadi masih ada waktu dari Pasarwajo ke Baubau untuk naik kapal ke Kota Kendari.
Alhamdulillah SKCK dan Ijazah berhasil dikumpulkan, dinyatakan lulus berkas, dan dinyatakan lolos pantuhir.
Setelah pengumuman pantuhir saya berada di posisi ketiga untuk perangkingan calon Praja IPDN tahun 2021. Jadi rangkaiannya cukup panjang.
3. Orang tua Suwandi merupakan pedagang bakso di Pasarwajo, bagaimana reaksi mereka ketika mendengar kamu ingin mendaftar di IPDN?

Tentunya support yang maksimal karena tidak ada orang tua yang tidak mau melihat anaknya sukses.
Pastinya disupport, apapun yang saya bilang, saya mau ini, tentunya mereka mendukung.
Yang menjadi permasalahannya adalah saya anak tunggal, mereka punya pertimbangan-pertimbangan yang tidak ingin dilepas.
Tapi saya coba yakinkan bahwa sukses itu bukan cuma di Sulawesi Tenggara bisa di tempat lain.
Saya terus yakinkan mereka bahwa saya bisa untuk kuliah jauh dari mereka, saya bisa mandiri, saya mampu melaksanakan tahapan-tahapan perkuliahan.
Kebetulan waktu itu saya ingin berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), saya bilang ke orang tua ada ITB dan IPDN yang mau saya coba.
Akhirnya saya memutuskan untuk kuliah di IPDN saja.
Baca juga: Profil Ridho Jail Komika Asal Baubau, Ternyata ASN, Atlet Binaraga hingga Jadi Aktor Karena Hobi
Saya beri tahu mereka bahwa IPDN itu berasrama, tidak keluyuran, ada aturan yang membatasi, jadi insyaallah bisa aman dari pergaulan bebas yang ada di kota besar.
Kemudian mereka yakin terhadap saya bahwa saya bisa kuliah di luar Provinsi Sulawesi Tenggara dan alhamdulillah bisa diterima di IPDN.
4. Tekanan apa saja yang Suwandi rasakan ketika berkuliah di IPDN?
Kalau di IPDN ini dua itu pakai sistem paketan SKS. Kalau di universitas luar kan kita menawar SKS, kalau di IPDN kita ditargetkan SKS bahwa harus selesai dalam waktu empat tahun.
Apabila ada Praja IPDN yang selesai dalam waktu lima tahun berarti kemungkinan besar dia melakukan palanggaran atau beban SKS nya tidak terpenuhi.
Jadi kita ada beban SKS yang sudah dipadatkan, diatur sedemikian rupa.
Ada juga yang namanya siklus kehidupan praja mulai dari bangun tidur pukul 4.00 subuh sampai tidur lagi pukul 22.00, kita diatur bagaimana siklusnya.
Itu tentunya memerlukan mental yang sehat dan kuat untuk bisa menghadapi rangkaian daru siklus kehidupan praja itu.
Jadi mulai pukul 04.00 subuh kita melaksanakan ibadah, lalu kami melakukan olahraga aerobik mulai pukul 05.00-05.30.
Kemudian membersihkan diri, pelaksanaan upacara makan pagi, lalu apel pagi sekitar pukul 07.15.
Setelah itu kami bergerak menuju gedung perkuliahan dari jam 08.00-12.00 kemudian lanjut lagi sampai pukul 15.00 atau 16.00.
Ini memerlukan kesehatan mental tentunya untuk bisa menerima seluruh mata pelajaran, seluruh kegiatan pelatihan.
Kemudian pukul 18.00 kita diwajibkan untuk kembali ke wisma untuk bersih-bersih, lalu ibadah, makan malam, sholat isya, belajar mandiri, lalu pembelajaran kerohanian sampai di pukul 22.00 untuk istirahat.
5. Apa pesan dan harapan untuk anak muda khususnya pemuda di Kabupaten Buton yang mungkin punya mimpi yang sama dengan Suwandi?
Saya dengar kabar kemarin setelah saya jadi lulusan terbaik itu banyak adik-adik saya yang ingin tes di IPDN.
Saya bilang kepada mereka, memang kita berada di daerah yang cukup jauh dari ibukota tetapi itu bukan suatu halangan dan batasan untuk kita bisa meraih kesuksesan.
Kalian latihan SKD dengan baik, jaga kesehatan, jangan merokok, jangan minum minuman beralkohol, jangan begadang agar kondisi tubuh kalian bisa sehat dan fit.
Kemudian jaga pola makan, jaga kondisi fisik, jadi saya bilang itu ke mereka.
Jadi jarak yang jauh dari ibukota, bukan suatu keterbatasan bagi kita untuk meraih mimpi
Saya bukan anak siapa-siapa di daerah, bukan anak pejabat, tetapi bisa menjadi lulusan terbaik, bisa lulus IPDN.
Saya harap kalian juga mampu dan bisa mengikuti jejak saya, bisa masuk di IPDN, bisa masuk di sekolah-sekolah lain dan menjadi lulusan terbaik.
6. Setelah lulus IPDN, apa target yang ingin dicapai?
Kami ada istilah kapur barus artinya kakak purna baru lulus, tentunya ingin mengabdi di lokasi sesuai SK penempatan yang diberikan kepada kami.
Kebetulan kemarin pada momen pelantikan, kami itu dikumpulkan seluruh purna praja angkatan 32 untuk dibacakan tempat kami mengabdi.
Baca juga: Bocah 15 Tahun Asal Kendari Penakluk Lintasan Balap, Ini Sosok Kevin Gemari Road Race Bareng Kakak
Kami pasti akan menempati instansi pusat, tetapi kami belum tahu apakah kami di Kementerian Dalam Negeri, atau KemenRB, atau kementerian lain yang membutuhkan.
Sampai saat ini kami belum menerima SK penempatan.
Harapan saya setelah mendapatkan SK nanti, saya bisa memiliki lingkungan kerja yang baik, yang bisa meningkatkan kemampuan dan kompetensi saya sebagai lulusan baru.
Tentunya kita harus banyak belajar dari senior-senior, dari orang-orang yang sudah kerja lama.
Selian itu juga saya bermimpi untuk kuliah di luar negeri seperti pesan dari Bapak Mendagri kemarin waktu kami pelantikan bahwa lulusan IPDN bisa mendapatkan beasiswa keluar negeri.
Sehingga bisa memotivasi lagi orang-orang yang ada di daerah bahwa meskipun memiliki keterbatasan tetapi bisa mencapai tujuan atau cita-citanya.
Sehingga bisa membangun Indonesia, daerah, dan membangun generasi-generasi muda. (*)
(TribunnewsSultra.com/Apriliana Suriyanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.