Wawancara Khusus Tribunnews Sultra

Kisah Perjuangan Suwandi Anak Pedagang Bakso di Buton Sulawesi Tenggara Jadi Wisudawan Terbaik IPDN

Suwandi pria berusia 22 tahun asal Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara meraih gelar wisudawan terbaik IPDN tahun 2025.

Dok TribunnewsSultra
WISUDAWAN TERBAIK IPDN 2025 - Tangkapan layar wawancara khusus TribunnewsSultra.com bersama wisudawan terbaik IPDN 2025, Suwandi asal Pasarwajo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui virtual. (YouTube Tribunnews Sultra Official). 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Suwandi berhasil meraih gelar wisudawan terbaik Institut Pemerintahan Dalam Negeri atau IPDN 2025.

Pria berusia 22 tahun ini mendapatkan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) 3,769 dengan predikat pujian.

Dia lahir di Pasarwajo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) pada 2 Desember 2003.

Atas pencapaiannya, Suwandi mendapatkan penghargaan Kartika Astha Brata untuk Program Sarjana Ilmu Pemerintahan (D-IV).

Baca juga: Andi Ady Aksar Siap Angkat Sulawesi Tenggara Lewat Prestasi Olahraga, Perkuat Fasilitas, Bina Atlet

Seperti apa sosok dan kisah Suwandi sebagai putra daerah yang berprestasi? Bagaimana perjalanannya selama menempuh pendidikan di IPDN?

TribunnewsSultra.com merangkum hasil wawancara khusus bersama Suwandi secara virtual, Rabu (30/7/2025).

1. Bagaimana perasaan Suwandi sebagai wisudawan terbaik IPDN 2025?

Perasaannya sangat senang, sangat bangga menjadi perwakilan putra daerah Sulawesi Tenggara yang mampu bersaing di kancah nasional untuk menjadi lulusan terbaik IPDN 2025 atau angkatan 32.

2. Bagaimana masa kecil Suwandi di tanah kelahirannya, di Pasarwajo? Sampai akhirnya tercetus mimpi untuk melanjutkan pendidikan di IPDN?

Tentunya masa kecil saya seperti anak-anak pada umumnya, kebetulan saya lahir tahun 2003, tanggal 2 Desember.

Tentunya itu generasi Z ya belum terkontaminasi dengan gadget dan smartphone pada waktu itu.

Masa kecil saya bahagia, sama seperti anak-anak pada umumnya, senang bermain, senang untuk mengetahui hal-hal baru.

Kemudian beranjak ke TK, SD, dan SMP mulailah saya menargetkan sesuatu. Awalnya saya bukan bercita-cita untuk masuk IPDN tapi ingin masuk ke dunia teknik.

Baca juga: Cerita Alif Abdi Ar Razak Pemuda Asal Kendari Sulawesi Tenggara Jual Risol hingga Raup Omset Jutaan

Setelah lulus SMP masuk SMA Negeri 1 Pasarwajo, setelah itu masuk tahun 2018 ada purna (sebutan untuk senior IPDN) angkatan 24 namanya Kak Nur Gomantaidi dari Gorontalo itu yang menjadi motivasi saya untuk melanjutkan pendidikan di IPDN.

Beliau sering bercerita kepada kami bahwa ada satu sekolah di Indonesia ini yang pendidikannya gratis tanpa dipungut biaya tanpa sepeser pun.

WISUDAWAN TERBAIK IPDN - Suwandi asal Buton, Sulawesi Tenggara, menjadi wisudawan terbaik Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) tahun 2025.
WISUDAWAN TERBAIK IPDN - Suwandi asal Buton, Sulawesi Tenggara, menjadi wisudawan terbaik Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) tahun 2025. (Istimewa)

Kemudian kami anak-anak SMA pada waktu itu mulai menargetkan bahwa saya harus bisa mengikuti jejak kak Goman.

Tahun 2021 saya lulus SMA, saya mulai menargetkan apa yang menjadi mimpi-mimpi saya.

Tentunya mimpi pertama tadi menjadi mahasiswa teknik, saya mendaftar di jurusan Teknik Geofisika di Universitas Halu Oleo namun bukan rejekinya waktu itu untuk lulus.

Saya tidak putus asa, kebetulan sekolah IPDN juga buka waktu itu jadi berbeda tahapan tesnya.

Kalau tes Geofisika tadi saya mengambil jalur SNMPTN pada waktu itu, kemudian IPDN waktu itu mendaftar lebih awal mulai dari administrasi sampai dengan tes pantuhir.

Untuk IPDN sendiri karena kebetulan saya tidak lolos Teknik Geofisika maka saya daftar ke IPDN.

Bukan bermaksud menjadi second choice atau pilihan kedua, tapi kita sebagai manusia pasti punya harapan-harapan yang ingin dicapai.

Saya ingin menargetkan IPDN tadi untuk saya bisa seperti Kak Goma tadi untuk lolos.

Tentunya belajar dari pengalaman Kak Goman bahwa persiapan untuk mengikuti tes IPDN itu cukup panjang.

Tidak bisa singkat, ujug-ujug kita mau tes dan mau gembling, seperti berjudi itu tidak boleh. Jadi kita harus persiapkan diri dengan matang.

Saya di tahun 2021 itu kita tahu bersama ada badai Covid-19 yang melanda Indonesia, itu tentunya menjadi hambatan namun bukan menjadi suatu permasalahan utama.

Jadi di tahun 2021 covid, anak SMA itu diliburkan dan saya belajar persiapan tes sekitar enam sampai tujuh bulan sebelum pelaksanaan tes.

Saya belajar SKD (Seleksi Kompetensi Dasar) yang merupakan tahapan awal setelah administrasi yang menjadi pintu gerbang.

Nah saya latihan try out sekitar dua sampai tiga kali dalam satu hari, jadi betul-betul latihan soal.

Baca juga: Hugua Fokus Program Pro Rakyat, Unggul Quick Count Pilkada Sulawesi Tenggara 2024 Usai 2 Kali Kalah

Supaya terbiasa dengan pelaksanaan SKD yang menggunakan waktu dan belajar betul bagaimana proses penyelesaian soal.

Itu menjadi kunci dasar bagi saya untuk bisa mencapai skor SKD secara maksimal.

Setelah itu tiba dipelaksanaan tes, saya berangkat dari Pasarwajo untuk melaksanakan tes SKD di BKD Provinsi Sulawesi Tenggara.

WISUDAWAN TERBAIK - Suwandi asal Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra), menerima ijazah sebagai wisudawan Institut Pendidikan Dalam Negeri (IPDN) dari Mendagri Tito Karnavian saat wisuda di Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat (Jabar), Rabu (23/07/2025). Suwandi menjadi wisudawan terbaik Program Sarjana Terapan Ilmu Pemerintahan IPDN 2025 sekaligus meraih penghargaan Kartika Astha Brata dan Kartika Sapta Abdi Praja. (Kolase foto tangkapan layar akun YouTube Humas IPDN dan akun IG Suwandi)
WISUDAWAN TERBAIK - Suwandi asal Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra), menerima ijazah sebagai wisudawan Institut Pendidikan Dalam Negeri (IPDN) dari Mendagri Tito Karnavian saat wisuda di Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat (Jabar), Rabu (23/07/2025). Suwandi menjadi wisudawan terbaik Program Sarjana Terapan Ilmu Pemerintahan IPDN 2025 sekaligus meraih penghargaan Kartika Astha Brata dan Kartika Sapta Abdi Praja. (Kolase foto tangkapan layar akun YouTube Humas IPDN dan akun IG Suwandi) (Kolase foto tangkapan layar akun YouTube Humas IPDN dan akun IG Suwandi)

Saya dari Pasarwajo ke Kendari itu membutuhkan waktu sekitar enam sampai tujuh jam perjalanan menggunakan kapal cepat.

Tiba dipelaksanaan tes SKD alhamdulillah di tes pertama ini saya mendapatkan hasil yang tertinggi pada saat itu, 446 nilai SKD saya. Dan merupakan nilai tertinggi ke sembilan di Provinsi Sultra.

Waktu itu kuota Provinsi Sultra sebanyak 39 orang, jadi yang masuk seleksi selanjutnya sekitar 110 orang karena 3 kali dari kebutuhan kuota.

Saya lolos SKD, terus lanjut di tes kesehatan tahap satu yaitu pemeriksaan fisik bagian luar jadi mulai dari tinggi badan, berat badan, THT, itu dicek satu per satu oleh dokter dari Biddokes Polda Sultra.

Alhamdulillah pelaksanaan tes kesehatan lancar, nah sebelum mengikuti tes ini saya melakukan medical check up itu alhamdulillah belangsung lancar.

Kemudian masuk di tes psikologi untuk menilai psikologis seseorang apakah dia bisa melaksanakan pendidikan empat tahun di IPDN dengan segala macam tekanannya dan beban kerjanya itu harus diketahui.

Alhamdulillah juga saya berhasil lolos pada tahap tes psikologi itu.

Selanjutnya tes kesehatan tahap kedua yang merupakan bagian dari tes IPDN untuk menilai kesehatan tubuh dari dalam mulai dari detak jantung, denyut nadi, dan lain sebagainya.

Jadi alhamdulillah juga di tes kesehatan tahap kedua saya berhasil lulus dengan kesehatan yang baik tanpa ada gangguan sedikit pun.

Baca juga: dr Firman Dullah Ungkap Cara Ketahui Kondisi Jantung dan Pertolongan Pertama pada Henti Jantung

Kemudian masuk ke ke tahap pantuhir, ini ada seleksi berkas akhir, ada seleksi jasmani dan seleksi antropometri.

Yang saya lihat pola-polanya sekarang itu banyak yang memfokuskan untuk di tes kesehatan jasmani.

Jadi mereka push betul lari mereka, pull up dan sit up mereka, sebaiknya kalau mau tes IPDN jangan terlalu di push bagian itu.

Karena pelaksanaan tes jasmani di IPDN itu merupakan tes bagian akhir jadi persiapkan dulu SKD nya.

Saya persiapan untuk tes jasmani sekitar empat sampai lima bulan, saya berhasil menorehkan sekitar tujuh putaran waktu itu sekitar 2.800 meter. Pelaksanaan tes jasmani itu dilakukan di Polda Sultra.

Kemudian masuk di tahapan antropometri atau pemeriksaan bentuk tubuh yang dilaksanakan di Polda Sultra.

Alhamdulillah satu kali pelaksanaan tes saya berhasil lolos di pemeriksaan berkas akhir.

Di sini ada yang menarik, di pemeriksaan berkas akhir ini kita membutuhkan ijazah dan SKCK pada waktu itu.

Kebetulan saya angkatan 2021, ijazah saya belum diterbitkan pada waktu itu karena menunggu proses dari Dikti.

Setelah itu, keluar pengumuman pantuhir kami diberikan waktu tiga hari untuk melengkapi berkas.

Saya dari Kota Kendari, paginya pengumuman, siangnya saya pesan kapal ke Pasarwajo, sampai sekitar jam 7 malam waktu itu.

Kebetulan orangtua tanya mau dijemput atau tidak, saya bilang tidak perlu dijemput biarkan saya mandiri.

Saya naik angkutan umum dari Kota Baubau ke Pasarwajo, besoknya saya langsung urus berkas seperti SKCK dan Ijazah saya.

Baca juga: Komitmen Nunuk Suryani Tingkatkan Kualitas Guru di Indonesia Lewat Program Prioritas Ditjen GTK

Alhamdulillah dimudahkan sama Tuhan Yang Maha Esa, setelah itu di hari yang sama sekitar jam 11 sudah selesai.

Waktu itu hari jumat, kapal berangkat setelah sholat jumat sekitar jam 1 siang jadi masih ada waktu dari Pasarwajo ke Baubau untuk naik kapal ke Kota Kendari.

Alhamdulillah SKCK dan Ijazah berhasil dikumpulkan, dinyatakan lulus berkas, dan dinyatakan lolos pantuhir.


Setelah pengumuman pantuhir saya berada di posisi ketiga untuk perangkingan calon Praja IPDN tahun 2021. Jadi rangkaiannya cukup panjang.

3. Orang tua Suwandi merupakan pedagang bakso di Pasarwajo, bagaimana reaksi mereka ketika mendengar kamu ingin mendaftar di IPDN?

Suwandi Pasarwajo Buton IPDN 2025
Potret tangkapan layar Youtube YouTube Tribunnews Sultra Official. Saat Suwandi menghadiri wawancara ekslusif bersama tim media TribunnewsSultra.com, pada Rabu (30/7/2025).

Tentunya support yang maksimal karena tidak ada orang tua yang tidak mau melihat anaknya sukses.

Pastinya disupport, apapun yang saya bilang, saya mau ini, tentunya mereka mendukung.

Yang menjadi permasalahannya adalah saya anak tunggal, mereka punya pertimbangan-pertimbangan yang tidak ingin dilepas.

Tapi saya coba yakinkan bahwa sukses itu bukan cuma di Sulawesi Tenggara bisa di tempat lain.

Saya terus yakinkan mereka bahwa saya bisa untuk kuliah jauh dari mereka, saya bisa mandiri, saya mampu melaksanakan tahapan-tahapan perkuliahan.

Kebetulan waktu itu saya ingin berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), saya bilang ke orang tua ada ITB dan IPDN yang mau saya coba.

Akhirnya saya memutuskan untuk kuliah di IPDN saja.

Baca juga: Profil Ridho Jail Komika Asal Baubau, Ternyata ASN, Atlet Binaraga hingga Jadi Aktor Karena Hobi

Saya beri tahu mereka bahwa IPDN itu berasrama, tidak keluyuran, ada aturan yang membatasi, jadi insyaallah bisa aman dari pergaulan bebas yang ada di kota besar.

Kemudian mereka yakin terhadap saya bahwa saya bisa kuliah di luar Provinsi Sulawesi Tenggara dan alhamdulillah bisa diterima di IPDN.

4. Tekanan apa saja yang Suwandi rasakan ketika berkuliah di IPDN?

Kalau di IPDN ini dua itu pakai sistem paketan SKS. Kalau di universitas luar kan kita menawar SKS, kalau di IPDN kita ditargetkan SKS bahwa harus selesai dalam waktu empat tahun.

Apabila ada Praja IPDN yang selesai dalam waktu lima tahun berarti kemungkinan besar dia melakukan palanggaran atau beban SKS nya tidak terpenuhi.

Jadi kita ada beban SKS yang sudah dipadatkan, diatur sedemikian rupa.

Ada juga yang namanya siklus kehidupan praja mulai dari bangun tidur pukul 4.00 subuh sampai tidur lagi pukul 22.00, kita diatur bagaimana siklusnya.

Itu tentunya memerlukan mental yang sehat dan kuat untuk bisa menghadapi rangkaian daru siklus kehidupan praja itu.

Jadi mulai pukul 04.00 subuh kita melaksanakan ibadah, lalu kami melakukan olahraga aerobik mulai pukul 05.00-05.30.

Kemudian membersihkan diri, pelaksanaan upacara makan pagi, lalu apel pagi sekitar pukul 07.15.

Setelah itu kami bergerak menuju gedung perkuliahan dari jam 08.00-12.00 kemudian lanjut lagi sampai pukul 15.00 atau 16.00.

Ini memerlukan kesehatan mental tentunya untuk bisa menerima seluruh mata pelajaran, seluruh kegiatan pelatihan.

Kemudian pukul 18.00 kita diwajibkan untuk kembali ke wisma untuk bersih-bersih, lalu ibadah, makan malam, sholat isya, belajar mandiri, lalu pembelajaran kerohanian sampai di pukul 22.00 untuk istirahat.

5. Apa pesan dan harapan untuk anak muda khususnya pemuda di Kabupaten Buton yang mungkin punya mimpi yang sama dengan Suwandi?

Saya dengar kabar kemarin setelah saya jadi lulusan terbaik itu banyak adik-adik saya yang ingin tes di IPDN.

Saya bilang kepada mereka, memang kita berada di daerah yang cukup jauh dari ibukota tetapi itu bukan suatu halangan dan batasan untuk kita bisa meraih kesuksesan.

Kalian latihan SKD dengan baik, jaga kesehatan, jangan merokok, jangan minum minuman beralkohol, jangan begadang agar kondisi tubuh kalian bisa sehat dan fit.

Kemudian jaga pola makan, jaga kondisi fisik, jadi saya bilang itu ke mereka.

Jadi jarak yang jauh dari ibukota, bukan suatu keterbatasan bagi kita untuk meraih mimpi

Saya bukan anak siapa-siapa di daerah, bukan anak pejabat, tetapi bisa menjadi lulusan terbaik, bisa lulus IPDN.

Saya harap kalian juga mampu dan bisa mengikuti jejak saya, bisa masuk di IPDN, bisa masuk di sekolah-sekolah lain dan menjadi lulusan terbaik.

6. Setelah lulus IPDN, apa target yang ingin dicapai?

Kami ada istilah kapur barus artinya kakak purna baru lulus, tentunya ingin mengabdi di lokasi sesuai SK penempatan yang diberikan kepada kami.

Kebetulan kemarin pada momen pelantikan, kami itu dikumpulkan seluruh purna praja angkatan 32 untuk dibacakan tempat kami mengabdi.

Baca juga: Bocah 15 Tahun Asal Kendari Penakluk Lintasan Balap, Ini Sosok Kevin Gemari Road Race Bareng Kakak

Kami pasti akan menempati instansi pusat, tetapi kami belum tahu apakah kami di Kementerian Dalam Negeri, atau KemenRB, atau kementerian lain yang membutuhkan.

Sampai saat ini kami belum menerima SK penempatan.

Harapan saya setelah mendapatkan SK nanti, saya bisa memiliki lingkungan kerja yang baik, yang bisa meningkatkan kemampuan dan kompetensi saya sebagai lulusan baru.

Tentunya kita harus banyak belajar dari senior-senior, dari orang-orang yang sudah kerja lama.

Selian itu juga saya bermimpi untuk kuliah di luar negeri seperti pesan dari Bapak Mendagri kemarin waktu kami pelantikan bahwa lulusan IPDN bisa mendapatkan beasiswa keluar negeri.

Sehingga bisa memotivasi lagi orang-orang yang ada di daerah bahwa meskipun memiliki keterbatasan tetapi bisa mencapai tujuan atau cita-citanya.

Sehingga bisa membangun Indonesia, daerah, dan membangun generasi-generasi muda. (*)

(TribunnewsSultra.com/Apriliana Suriyanti)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved