Kuliner Khas Sulawesi Tenggara

Mengenal Tuli-Tuli Camilan Tradisional Khas Kota Baubau Sulawesi Tenggara, Berbahan Singkong Parut

Mengenal Tuli-tuli camilan khas asal Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Tuli-tuli merupakan makanan khas berbentuk angka delapan berbahan singkong parut.

(TribunnewsSultra.com/Harni Sumatan)
TULI-TULI BAUBAU - Tuli-tuli camilan khas asal Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra), dijajakan pedagang gorengan di Jalan Hayam Wuruk, Kelurahan Ngaganaumala, Kecamatan Murhum, Kota Baubau, Sultra, Sabtu (12/7/2025). Tuli-tuli merupakan makanan khas berbentuk angka delapan yang hingga kini masih menjadi favorit masyarakat. 

Jika telah matang akan diangkat untuk disajikan.

Disajikan bersama teh hangat dan kumpul-kumpul rekan kerja ataupun keluarga di sore hari.

Camilan tradisional ini dapat dikonsumsi tanpa sambal sekalipun.

“Rasanya tetap enak jika adonan atau Kaopi didiamkan terlebih dahulu sebelum diolah agar tidak kecut,” celetuk Penjual Tuli-Tuli, Wa Ati.

Kata dia, Kaopi atau ubi parut kering harus dijemur selama semalam.

“Dalam keadaan sudah dihancurkan Kaopinya, agar nanti tidak terasa kecut dan asam saat dimakan,” ungkapnya, Sabtu (12/7/2025).

Kata dia, garam berperan penting dalam segi rasa, sebab jika penyedap seperti micin terlalu banyak akan menghilangkan cita rasa Tuli-tuli.

Menurutnya, rasa khas Tuli-tuli berasal dari ubi itu sendiri, sehingga jika penyedap rasa terlalu banyak dapat menghilangkan cita rasa ubi yang menjadi ciri khas tuli-tuli.

“Bisa juga ditaruhkan bawang supaya dia harum,” tambahnya.

Wa Ati mendapatkan resep dan cara pembuatan Tuli-tuli dari orang tua.

Dahulu ia selalu melihat orang tuanya membuat tuli-tuli sehingga tertarik untuk ikut membuat.

Kini sekira 9 tahun ia menjual Tuli-tuli dengan aneka gorengan lainnya.

Ia membuka lapak sejak sore sekira pukul 15.30 Wita di Jalan Hayam Wuruk, Kelurahan Ngaganaumala, Kecamatan Murhum, Kota Baubau, Sultra.

Baca juga: Cara Membuat Sinonggi Kuliner Khas Suku Tolaki Populer di Sulawesi Tenggara, Bahan Mudah Didapatkan

“Dijual Rp5.000 per empat biji, semua gorengan termasuk Tuli-tuli,” bebernya.

Menurutnya Tuli-tuli meskipun makanan tradisional masih sangat diminati oleh masyarakat Kota Baubau.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA
Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved