OPINI

OPINI: Donor Darah: Menolong Sesama, Menjaga Kesehatan Diri 

Donor darah sering kali dipandang sebagai bentuk kepedulian kemanusiaan untuk menyelamatkan nyawa.

Istimewa
PENULIS OPINI : dr Erik Sam, Kepala Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara (UTD PMI Sultra). Penulis opini Donor Darah: Menolong Sesama, Menjaga Kesehatan Diri. 

Oleh: dr Erik Sam

Kepala Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara (UTD PMI Sultra)

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Donor darah sering kali dipandang sebagai bentuk kepedulian kemanusiaan untuk menyelamatkan nyawa.

Namun sejatinya, donor darah juga membawa banyak manfaat langsung bagi pendonornya. 

Di balik setiap tetes darah yang diberikan, ada keuntungan kesehatan yang bisa dirasakan secara nyata.

Donor darah menawarkan berbagai manfaat kesehatan, baik bagi pendonor maupun penerima darah.

Bagi pendonor, donor darah dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung, kanker, dan stroke, serta menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.

Selain itu, donor darah juga bermanfaat untuk menurunkan berat badan secara alami karena proses donor membakar kalori.

Baca juga: OPINI: Aneurisma Otak: Si Silent Killer yang Tak Pernah Memberi Peringatan

Tak hanya itu, setiap kali melakukan donor, pendonor juga mendapatkan kesempatan untuk mendeteksi dini penyakit serius seperti HIV, hepatitis B dan C, serta sifilis melalui pemeriksaan darah yang dilakukan sebelum proses transfusi.

Bagi penerima, darah yang didonorkan adalah sumber kehidupan, baik untuk korban kecelakaan, pasien operasi, ibu yang mengalami komplikasi persalinan, hingga pasien dengan penyakit kronis seperti thalassemia dan kanker.

Setiap tanggal 14 Juni, dunia memperingati Hari Donor Darah Sedunia, momen yang mengingatkan kita bahwa satu kantong darah bukan hanya bisa menyelamatkan hingga tiga nyawa, tetapi juga memperkuat kesehatan dan rasa kemanusiaan dalam diri pendonor.

Data dari Unit Donor Darah di Sulawesi Tenggara menunjukkan bahwa golongan darah O merupakan yang terbanyak, yakni sekitar 40 persen, diikuti oleh B (30 persen), A (20 persen), dan AB (8–10 persen).

Informasi ini penting dalam pengelolaan stok darah, terutama untuk memastikan ketersediaan darah pada situasi darurat dan untuk golongan yang lebih langka.

Mengacu pada standar WHO, kebutuhan darah suatu wilayah idealnya adalah 2 persen dari jumlah penduduk per tahun.

Dengan populasi Provinsi Sulawesi Tenggara sekitar 2.824.589 jiwa, dibutuhkan sekitar 56.492 kantong darah setiap tahun.

Baca juga: OPINI: Dominus Litis dan Kewenangan Penegak Hukum

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved