Idulfitri 2025
Kapan Lebaran 2025? Kemenag Ungkap Prediksi Idul Fitri 1446 Hijriyah, Jadwal Sidang Isbat 1 Syawal
Kapan Lebaran 2025? Kementerian Agama (Kemenag) RI ungkap prediksi Hari Raya Idul Fitri 1446 H berpotensi bersamaan.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Aqsa
Abu Rokhmad menambahkan, proses sidang isbat akan diawali dengan Seminar Posisi Hilal Awal Syawal 1446 H.
Seminar berlangsung pada pukul 16.30 WIB sampai menjelang magrib.
Kemenag mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, dan perwakilan ormas Islam.
Diundang juga perwakilan dari LAPAN, BMKG, BRIN, Planetarium Bosscha, dan instansi terkait lainnya.
Sidang isbat akan digelar sekitar pukul 18.45 WIB yang berlangsung secara tertutup.
Hasil sidang isbat akan diumumkan melalui konferensi pers oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.
PP Muhammadiyah
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sebelumnya telah menetapkan Lebaran 2025 jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.
Penetapan ini, dilakukan berdasarkan metode hisab hakiki wujudul hilal yang sudah menjadi pedoman bagi Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan hijriah.
Menurut Muhammadiyah, ijtimak jelang Syawal 1446 H terjadi pada Sabtu, 29 Maret 2025 pukul 17.59:51 WIB.
Saat itu, tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta berada (f = -07° 48¢ LS dan l = 110° 21¢ BT) = -01° 59¢ 04⊃2; sehingga hilal belum wujud.
Umur bulan Ramadan 1446 H pun, menurut Muhammadiyah, disempurnakan (istikmal) menjadi 30 hari.
Dengan demikian, warga Muhammadiyah yang mengikuti keputusan tersebut, dapat merayakan Idul Fitri pada Senin, 31 Maret 2025, tanpa harus menunggu keputusan pemerintah melalui sidang isbat.
“Demikian maklumat ini disampaikan agar menjadi pedoman bagi warga Muhammadiyah dan dilaksanakan sebagaimana mestinya," kata Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhammad Sayuti.
Hal tersebut disampaikannya melalui Konferensi Pers di Kantor PP Muhammadiyah, Kota Yogyakarta, pada Rabu (12/2/2025) lalu.
Idul Fitri Menurut NU
Nahdlatul Ulama (NU) sejauh ini belum menentukan kapan Idul Fitri 2025 dilaksanakan.
Dikutip dari Kompas.com, (14/3/2025), dalam tradisi NU, penentuan 1 Syawal dilakukan dengan metode rukyatul hilal (pemantauan hilal).
Metode tersebut dilakukan dengan melakukan observasi langsung apakah hilal (bulan sabit) sudah muncul atau belum.
Observasi bulan akan dilakukan pada 29 Ramadhan di berbagai wilayah Indonesia.
Jika hilal terlihat, maka esok harinya akan ditetapkan 1 Syawal.
Namun, jika hilal belum terlihat, maka puasa digenapkan menjadi 30 hari dan 1 Syawal jatuh pada tanggal berikutnya.
Meski menggunakan metode rukyatul hilal, NU juga tetap mendasari observasi dan perhitungan falak.(*)
(TribunnewsSultra.com/Desi Triana Aswan, Tribunnews.com/Fahdi Fahlevi/Sri Juliati, Kompas.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.