Idulfitri 2025

Kapan Lebaran 2025? Kemenag Ungkap Prediksi Idul Fitri 1446 Hijriyah, Jadwal Sidang Isbat 1 Syawal

Kapan Lebaran 2025? Kementerian Agama (Kemenag) RI ungkap prediksi Hari Raya Idul Fitri 1446 H berpotensi bersamaan.

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Aqsa
Kolase foto dok Kemenag.go.id dan laman PP Muhammadiyah
IDUL FITRI 2025 - Kolase foto Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Abu Rokhmad saat memimpin Rapat Persiapan Sidang Isbat Awal Syawal 1446 H di kantor pusat Kemenag, Jakarta, pada Selasa (18/3/2024), serta surat Maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1446 Hijriyah. Abu Rokhmad memprediksi Hari Raya Idul Fitri 2025 akan dirayakan secara bersamaan oleh Pemerintah dan Muhammadiyah pada Senin, 31 Maret 2025. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, JAKARTA - Kapan Lebaran 2025? Kementerian Agama (Kemenag) RI ungkap prediksi Hari Raya Idul Fitri 1446 H berpotensi bersamaan.

Untuk menentukan 1 Syawal 1446 Hijriyah di mana umat Islam merayakan Idulfitri, Kemenag sudah merapatkan jadwal sidang isbat.

Sidang penetapan (isbat) 1 Syawal 1446 H akan berlangsung pada Sabtu, 29 Maret 2025, atau bertepatan hari ke-29 bulan Ramadan.

Sedangkan, Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah sebelumnya telah menetapkan 1 Syawal 1446 Hijriyah jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.

Penentuan awal Syawal tersebut berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid lembaga ini.

Sementara, Nahdlatul Ulama (NU) sejauh ini belum menentukan kapan Lebaran 2025.

Demikian pula, pemerintah melalui Kemenag RI yang masih menunggu hasil sidang isbat.

Baca juga: Gubernur Sulawesi Tenggara Sediakan Mudik Gratis Lebaran 2025, Ini Jadwalnya, Rute Bus dan Kapal

Dengan penggunaan metode hisab dan rukyat dalam penentuan awal Syawal.

Sebelumnya, umat Muslim di Indonesia sudah melaksanakan ibadah puasa Ramadan sejak Sabtu, 1 Maret 2025 lalu.

Seiring penetapan 1 Ramadan 1446 H berdasarkan pada keputusan sidang isbat pada Jumat, 28 Februari 2025.

Lantas kapan Lebaran 2025 setelah pelaksanaan ibadah puasa bagi umat Muslim tersebut?

Simak ulasan selengkapnya dihimpun TribunnewsSultra.com berikut ini.

Termasuk pelaksanaan Idul Fitri 2025 yang diprediksi berpotensi bersamaan pada tahun ini.

Pernyataan Kemenag RI

Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag Abu Rokhmad memprediksi Hari Raya Idul Fitri 1446 H akan dirayakan secara bersamaan oleh Pemerintah dan Muhammadiyah pada Senin, 31 Maret 2025.

Hal ini berdasarkan perhitungan hisab dan rukyatul hilal yang menunjukkan bahwa hilal mungkin tidak terlihat pada 29 Maret.

Sehingga bulan Ramadan akan digenapkan menjadi 30 hari.

Abu Rokhmad, menjelaskan, bahwa meskipun secara teori hilal tidak akan tampak, rukyatul hilal tetap dilakukan sebagai bagian dari ajaran Islam, siar keagamaan, dan layanan pemerintah kepada umat.

“Hisab maupun rukyat tetap kita lakukan, karena keduanya merupakan perintah agama dalam menentukan awal bulan hijriah,” kata Abu di Kantor Kemenag, Jakarta, Kamis (21/3/2025).

Tahun ini, pemantauan hilal dilakukan di 30 titik pengamatan, lebih sedikit dibanding awal Ramadan 2025 yang mencapai 125 titik.

Meskipun demikian, proses ini tetap penting untuk memverifikasi hasil perhitungan hisab.

Baca juga: Pencairan THR Karyawan Swasta 2025, Cara Hitung Besarannya, Tenggat Waktu H-7 Idul Fitri 2025

“Pemantauan hilal adalah integrasi antara ilmu fikih dan ilmu astronomi," jelasnya.

"Meskipun secara teori hilal tidak bisa diamati, rukyatul hilal tetap kita lakukan,” ujar Abu Rokhmad menambahkan.

Kemenag akan menggelar sidang penetapan (isbat) awal Syawal 1446 H pada 29 Ramadan yang bertepatan 29 Maret 2025.

Jadwal sidang isbat sebelumnya disampaikan Abu Rokhmad di kantor pusat Kemenag, Jl MH Thamrin, Jakarta, pada Selasa (18/3/2024).

“Kami akan menggelar sidang isbat awal Syawal, pada 29 Maret 2025,” ujar Rokhmad saat memimpin Rapat Persiapan Sidang Isbat Awal Syawal 1446 H.

“Sebagaimana biasanya, sidang isbat selalu digelar pada tanggal 29 Syakban untuk menetapkan awal Ramadan.”

“29 Ramadan untuk menetapkan awal Syawal, dan 29 Zulkaidah untuk menetapkan awal Zulhijjah,” lanjut Abu Rokhmad. 

IDUL FITRI 2025  - Foto ilustrasi Hari Raya Idul Fitri. Kementerian Agama (Kemenag) RI ungkap prediksi Hari Raya Idul Fitri 1446 H atau Lebaran 2025 secara bersamaan.
IDUL FITRI 2025 - Foto ilustrasi Hari Raya Idul Fitri. Kementerian Agama (Kemenag) RI ungkap prediksi Hari Raya Idul Fitri 1446 H atau Lebaran 2025 secara bersamaan. (Kolase TribunnewsSultra.com)

Penggunaan metode hisab dan rukyat dalam penentuan awal Syawal merupakan pelaksanaan dari ajaran Islam. 

Menurut Abu Rokhmad, hal ini sejalan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 Tahun 2024 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. 

Dalam fatwa itu disebutkan, penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, dilakukan berdasarkan metode hisab dan rukyah oleh Pemerintah RI cq Menteri Agama dan berlaku secara nasional.

Secara hisab atau perhitungan astronomi, lanjut Abu Rokhmad, ijtimak atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 jam 17.57.58 WIB. 

Berdasarkan data astronomi, saat terbenam matahari, posisi hilal berkisar antara minus tiga di Papua dan minus satu di Aceh.

“Data-data astronomi ini kemudian kita verifikasi melalui mekanisme rukyat,” kata Abu Rokhmad.

Abu Rokhmad mengatakan setidaknya ada dua dimensi dari proses pelaksanaan Rukyatul Hilal. 

Pertama, dimensi ta'abbudi. 

“Rukyat sejalan sunnah Nabi yang sudah dilakukan sejak dulu untuk melakukan rukyat saat akan mengawali atau mengakhiri puasa,” jelasnya.

“Sunnah ini dipertegas oleh Fatwa MUI bahwa penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah berdasarkan metode hisab dan rukyat,” lanjutnya.

Kedua, dimensi pengetahuan. 

Rukyat merupakan proses konfirnasi atas data-data hisab dan antronomis. 

“Apa yang telah dihitung secara astronomi, kita konfirmasi di lapangan melalui rukyat,” ujar Abu Rokhmad.

“Sebagaimana awal Ramadan, kita akan gunakan alat yang canggih dalam proses rukyat,” katanya menambahkan.

Proses Rukyatul Hilal rencananya akan dilakukan di 33 titik. 

Menurut Abu Rokhmad, ada satu titik rukyatul hilal di setiap provinsi, kecuali Bali.

“Di provinsi Bali dalam suasana Nyepi. Sehingga rukyatul hilal tidak kita gelar di sana. Kita saling menghormati," katanya. 

Abu Rokhmad menambahkan, proses sidang isbat akan diawali dengan Seminar Posisi Hilal Awal Syawal 1446 H.

Seminar berlangsung pada pukul 16.30 WIB sampai menjelang magrib. 

Kemenag mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, dan perwakilan ormas Islam. 

Diundang juga perwakilan dari LAPAN, BMKG, BRIN, Planetarium Bosscha, dan instansi terkait lainnya.

Sidang isbat akan digelar sekitar pukul 18.45 WIB yang berlangsung secara tertutup. 

Hasil sidang isbat akan diumumkan melalui konferensi pers oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.

PP Muhammadiyah

Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sebelumnya telah menetapkan Lebaran 2025 jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.

Penetapan ini, dilakukan berdasarkan metode hisab hakiki wujudul hilal yang sudah menjadi pedoman bagi Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan hijriah.

Menurut Muhammadiyah, ijtimak jelang Syawal 1446 H terjadi pada Sabtu, 29 Maret 2025 pukul 17.59:51 WIB.

Saat itu, tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta berada (f = -07° 48¢ LS dan l = 110° 21¢ BT) = -01° 59¢ 04⊃2; sehingga hilal belum wujud.

Umur bulan Ramadan 1446 H pun, menurut Muhammadiyah, disempurnakan (istikmal) menjadi 30 hari.

Dengan demikian, warga Muhammadiyah yang mengikuti keputusan tersebut, dapat merayakan Idul Fitri pada Senin, 31 Maret 2025, tanpa harus menunggu keputusan pemerintah melalui sidang isbat.

“Demikian maklumat ini disampaikan agar menjadi pedoman bagi warga Muhammadiyah dan dilaksanakan sebagaimana mestinya," kata Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhammad Sayuti.

Hal tersebut disampaikannya melalui Konferensi Pers di Kantor PP Muhammadiyah, Kota Yogyakarta, pada Rabu (12/2/2025) lalu.

Idul Fitri Menurut NU

Nahdlatul Ulama (NU) sejauh ini belum menentukan kapan Idul Fitri 2025 dilaksanakan. 

Dikutip dari Kompas.com, (14/3/2025), dalam tradisi NU, penentuan 1 Syawal dilakukan dengan metode rukyatul hilal (pemantauan hilal). 

Metode tersebut dilakukan dengan melakukan observasi langsung apakah hilal (bulan sabit) sudah muncul atau belum. 

Observasi bulan akan dilakukan pada 29 Ramadhan di berbagai wilayah Indonesia. 

Jika hilal terlihat, maka esok harinya akan ditetapkan 1 Syawal. 

Namun, jika hilal belum terlihat, maka puasa digenapkan menjadi 30 hari dan 1 Syawal jatuh pada tanggal berikutnya. 

Meski menggunakan metode rukyatul hilal, NU juga tetap mendasari observasi dan perhitungan falak.(*)

(TribunnewsSultra.com/Desi Triana Aswan, Tribunnews.com/Fahdi Fahlevi/Sri Juliati, Kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved