Berita Sulawesi Tenggara

Mengenal 9 Budaya Sultra, Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Ditetapkan Kemendikbud Ristek

Inilah sembilan budaya di Sulawesi Tenggara (Sultra) yang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia oleh Kemendikbud Ristek

Penulis: Dewi Lestari | Editor: Amelda Devi Indriyani
kolase foto (handover)
Inilah sembilan budaya di Sulawesi Tenggara (Sultra) yang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia oleh Kementrian Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) tahun 2024. 

6. Kasambu dari Muna, yakni ritual yang dilakukan masyarakat Muna pada usia 7-8 kehamilan pertama seorang perempuan. Ritual ini masih tetap dipertahankan walaupun ada pergeseran dalam hal penggunaan jasa Sando (Pemimpin doa keselamatan), dimana saat seorang Ibu melahirkan dipimpin dan digantikan oleh tenaga media.

Kasambu secara harafiah berarti suap atau kenyuap. Proses ini untuk memberi doa keselamatan, bahtera rumah tangga, dan menyambut kelahiran calon bayi. Prosesinya merupakan Sinkretisme antara ajaran Islam dengan kepercayaan leluhur. Sandi merupakan orang yang mengetahu tata cara upacara dan imam bertindak sebagai pemimpin doa keselamatan.

7. Pogiraa Adhara dari Muna, yakni tradisi budaya tarung kuda bagi masyarakat Muna. Tradisi ini berupa mempertarungkan dua ekor kuda jantan yang sudah dewasa dengan ukuran sama. Adu domba kuda ini dipimpin oleh seorang pawang yang sudah memiliki pengalaman.

Baca juga: Warisan Budaya Sulawesi Tenggara Masih Minim Terdaftar, Kemendikbudristek RI Minta Libatkan Kampus

8. Mowindahako dari Tolaki, yakni penyelesaian adat yang menandai penggabungan dua keluarga. Proses ini melibatkan dua keluarga mempelai, tokoh adat, tokoh agama, pemerintah dan masyarakat. Tradisi ini merupakan proses pernikahan masyarakat Tolaki.

9. Sajo Moane dari Buton dan Wakatobi, yakni tadian khas yang dapat dijumpai di Selatan pulau Kaledupa dan di Utara pulau Binongko. Personil tari Sajo Moane diharuskan laki-laki dan pada umumnya dilakukan untuk menyambut para tamu yang datang berkunjung.

Pada masa lalu, tarian ini ditampilkan untuk menyambut kepulangan para prajurit kerajaan dari medan perang. (*)

(Tribunnewssultra.com/Dewi Lestari)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved