Sejarah Halal Bihalal Ramai Digelar Pasca Idul Fitri, Ajang Silahturahmi Sejak Zaman Bung Karno

Berikut ini sejarah halal bihalal ramai digelar sejumlah organisasi ataupun instansi pasca hari raya Idul Fitri.

Kolase TribunnewsSultra.com
ILUSTRASI- Berikut ini sejarah halal bihalal ramai digelar sejumlah organisasi ataupun instansi pasca hari raya Idul Fitri. Ternyata ajak silahturahmi ini menjadi tradisi di Indonesia yang sudah ada sejak zaman Bung Karno, Presiden pertama tanah air. Saat halal bihalal digelar, dihadiri hingga ratusan ataupun ribuan orang tergantung undangan dari penyelenggara. 

Istilah sungkem berasal dari bahasa Jawa yang berarti sujud atau tanda bakti.

Sungkeman adalah prosesi adat yang dilakukan oleh seseorang yang biasanya lebih muda kepada orang yang lebih tua dengan tujuan sebagai bentuk penghormatan ataupun sebagai bentuk permintaan maaf.

Selain sungkeman, juga ada istilah yang disebut dengan lahir batin.

Hal ini juga sering dilakukan oleh anak-anak hingga dewasa.

Lahir batin dilakukan dengan cara bersama sama menuju kepada rumah tetangga atau kepada sesepuh desa.

Intinya sama yakni sebagai bentuk penghormatan, silaturahmi serta sebagai wujud untuk saling memaafkan antar sesama warga.

Tujuan sungkeman saat Idul Fitri selain untuk menghormati, juga sebagai permohonan maaf, atau “nyuwun ngapura”.

Istilah “ngapura” bisa berasal dari bahasa Arab “ghafura” yang berarti tempat pengampunan.

Makna dari tradisi sungkem lebaran yakni wujud penyesalan dan permintaan maaf dari segala perbuatan buruk yang pernah dilakukan kepada orang tua.

Sebuah hubungan antara orang yang lebih tua dengan yang lebih muda akan dapat diperbaiki dengan tradisi sungkeman. (*)

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved