Hari Amal Bhakti ke-78, Ini Jejak Dokter Dalam Sejarah Berdirinya Kementerian Agama RI
Peringatan Hari Amal Bhakti Kementrian Agama RI diperingati setiap 3 Januari, dan tahun 2024 ini Kementerian Agama RI telah memasuki usia yang ke-78.
Penulis: Dewi Lestari | Editor: Amelda Devi Indriyani
Menteri Agama H.M. Rasjidi menyampaikan pidato yang disiarkan oleh RRI bahwa berdirinya Kementerian Agama adalah untuk memelihara dan menjamin kepentingan agama serta pemeluk-pemeluknya.
Akhirnya setiap tanggal 3 Januari diperingati sebagai Hari Amal Bakti Kementerian Agama.
Seiring berjalannya waktu, Kementerian Agama Republik Indonesia pernah dipimpin oleh 24 orang Menteri Agama, dimana salah seorang diantaranya berlatar belakang dokter yaitu Laksda TNI (purn) dr. Tarmidzi Taher.
Ia merupakan Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya tahun 1964. Selama hampir tiga dasawarsa, ia meniti karier di TNI AL diantaranya menjadi Perwira Kesehatan di KRI Irian.
Kemudian, Kepala Dinas Pembinaan Mental TNI-AL, dan akhirnya menjadi Kepala Pusat Pembinaan Mental ABRI.
Baca juga: Cara Menghindari Kanker Serviks Disosialisasikan Saat Rakernas ke-3 IDI di Kendari Sulawesi Tenggara
Setelah pensiun dari militer dengan pangkat Laksamana Muda, tokoh kelahiran Padang 7 Oktober 1936 ini diangkat sebagai Sekjen Departemen Agama Indonesia selama lima tahun, sampai akhirnya diberi amanah sebagai Menteri Agama Kabinet Pembangunan VI periode 1993-1998.
Selama menjabat menteri agama beliau meninggalkan legacy berupa pengembangan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) dan pembentukan Dana Abadi Umat (DAU).
dr Tarmizi Taher pernah menulis buku Medical Ethics pada tahun 2023. Dalam bukunya tersebut beliau menjelaskan bahwa perkembangan ilmu kedokteran di dunia modern tidak lagi hanya sebatas kajian medis sesuai ilmu kedokteran konvensional.
Namun, sudah harus melibatkan disiplin keilmuan yang lain seperti psikologi, filsafat dan agama.
Saat ini ada tren baru dalam dunia kedokteran yang melibatkan pendekatan non-medis, yakni mental dan spiritual.
Kondisi tersebut ternyata dimanfaatkan oleh kementerian agama dengan melakukan transformasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri dari awalnya Institut Agama Islam Negeri menjadi Universitas Islam Negeri.
Konsekuensi dari alih status tersebut mengharuskan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam untuk membuka program studi dan fakultas non keagamaan, dan salah satu fakultas yang dibuka adalah Fakultas Kedokteran.
Sejumlah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam telah mempunyai Fakultas Kedokteran. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tercatat sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri pertama yang membuka Fakultas Kedokteran.
Kemudian, disusul UIN Alauddin Makassar dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dan hingga saat ini UIN Wali Songo Semarang dan sejumlah UIN lainnya sedang melakukan persiapan pembukaan Fakultas Kedokteran.
"Fakultas kedokteran di lingkungan kementerian Agama diharapkan memiliki kekhususan tersendiri, yang tidak hanya mengajarkan ilmu kedokteran murni, namum membekali para mahasiswanya dengan perspektif keagamaan," tuturnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.