HUT 17 Konawe Utara

Makna Tari Kolosal Ditampilkan 1.000 Pelajar SMP pada HUT ke-17 Konawe Utara Sulawesi Tenggara

Berikut makna tari kolosal yang ditampilkan 1.000 pelajar SMP pada Hari Ulang Tahun atau HUT ke-17 Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra).

Penulis: Laode Ari | Editor: Aqsa
Laode Ari/ TribunnewsSultra.com
Koordinator Tari Kolosal, Sukrin Suhardi (kiri). Tarian kolosal akan ditampilkan dalam Festival Konasara yang menjadi rangkaian Hari Ulang Tahun atau HUT ke-17 Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Berikut makna tari kolosal yang ditampilkan 1.000 pelajar SMP pada Hari Ulang Tahun atau HUT ke-17 Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra).

Tarian tersebut akan ditampilkan 1.000 pelajar sekolah menengah pertama (SMP) pada puncak acara Festival Konasara yang menjadi rangkaian HUT.

Tari yang ditampilkan merupakan kolaborasi tari moanggo, gambus, musik bambu, tari modinggu, dan tari kreasi baru Konasara.

"Peserta tarian kolosal 1.000 orang, musik bambu 482, tari kreasi konasara dan modinggu 500 orang, serta moanggo dua penari dan gambus 7 orang," kata Koordinator Tari Kolosal, Sukrin Suhardi.

Ia menjelaskan tari kreasi konasara untuk mengangkat program dan kebijakan pemerintah Kabupaten Konawe Utara pada sektor pertanian, perkebunan, dan pendidikan.

Baca juga: Filosofi Formasi Tari Modinggu yang Bakal Ditampilkan saat HUT ke-17 Konawe Utara Sulawesi Tenggara

"Makna tarian untuk menunjukan program pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pendidikan melalui beasiswa," jelas Sukrin.

Sementara tari modinggu, kata Sukrin, ditampilkan untuk menumbuhkan kembali aktivitas budaya masyarakat suku Tolaki.

Tari modinggu menampilkan kegiatan masyarakat dahulu yang menumbuk padi agar terpisah dari gabah untuk menjadi beras.

"Jadi kami coba mengangkat tarian Modinggu untuk menghormati leluhur masyarakat suku Tolaki karena betapa sulitnya menumbuk padi sehingga bisa menghasilkan beras," ujarnya.

"Selain itu, ini juga menunjukan kepada generasi muda untuk menghasilkan padi itu tidak mudah sehingga kami menghormati melalui tarian ini," kata Sukrin.

Ia mengatakan di HUT ke-17 Konut tahun 2023, tari modinggu bisa dimaknai masyarakat untuk menjaga  semangat dan gotong royong.(*)

(TribunnewsSultra.com/La Ode Ari)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved