Siapa Baharuddin Lopa yang Dicontohkan Ganjar Pranowo saat Adu Gagasan Capres di UGM, Ini Profilnya
Calon presiden (capres) Ganjar Pranowo mencontohkan sosok Lopa ketika hadir sebagai narasumber dalam adu gagasan di Universitas Gajah Mada (UGM).
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Siapa Baharuddin Lopa yang dicontohkan Ganjar Pranowo saat adu gagasan capres di UGM? ini profilnya.
Calon presiden (capres) Ganjar Pranowo mencontohkan sosok Lopa ketika hadir sebagai narasumber dalam adu gagasan di Universitas Gajah Mada (UGM).
Ganjar beberapa kali mencontohkan Lopa, dimulai ketika membahas tema tentang "Korupsi dan Penegakan Hukum" dalam acara yang dipandu presenter Mata Najwa tersebut.
Lantas siapa Baharuddin Lopa?
Melansir Wikipedia, Prof Dr H Baharuddin Lopa SH MH adalah Jaksa Agung Republik Indonesia dari 6 Juni 2001 sampai wafatnya pada 3 Juli 2001.
Juga Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Indonesia ke-23, masa jabatan 9 Februari 2001 hingga 2 Juni 2001.
Lopa adalah lelaki kelahiran Desa Pambusuang, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar, pada 27 Agustus 1935.
Sebelum Jaksa Agung, ia pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi. Kemudian, antara tahun 1993-1998, duduk sebagai anggota Komnas HAM.
Pahlawan kebenaran dari tanah Mandar itu juga merupakan Bupati Mene yang pertama, era kepemimpinan Presiden Soekarno.
Baca juga: RUU ASN Disahkan Sebelum 28 November 2023? Nasib Honorer Belum Jelas, PPPK dan PNS Sudah Pasti
Baharuddin Lopa meninggal dunia pada 3 Juli 2001, diusia 65 tahun.
Meskipun sudah meninggal dunia, tetapi namanya tetap harum di Tanah Air. Bahkan menjadi contoh bagi seorang Jaksa Agung Republik Indonesia.
Bukan tanpa alasan mengapa Baharuddin Lopa menjadi contoh. Tirto pernah menuliskan sepak terjangnya dalam artikelnya yang berjudul "Kepergian Baharuddin Lopa Saat Membongkar Kasus Korupsi Besar".
Dalam artikel itu dijelaskan bagaimana Putra Mandar itu menangani kasus-kasus korupsi besar dengan kerugian ratusan miliar hingga triliunan rupiah.
Bahkan, Lopa sempat mengusut kasus perdata tentang kekayaan Presiden Soeharto.
"Sesuai hasil penelusuran Transparency International pada 1998, keluarga Soeharto ditaksir telah membegal uang negara hingga US$ 30 miliar selama memerintah. Maka itu, alih-alih hendak memidanakan, Lopa memilih mengejar Soeharto untuk diganjar sanksi perdata," tulis Tirto dalam artikel yang diterbitkan 3 Jul 2021.
Sementara itu, Kompas.com dalam artikelnya berjudul "Kejujuran Lopa" menuliskan bagaimana komitmen Baharuddin Lopa menolak parsel Lebaran.
Suatu ketika, menjelang Lebaran, Lopa menegaskan kepada anak buahnya untuk tidak menerima parsel Lebaran.
Ia menggelar jumpa pers yang di antaranya mengumumkan, seluruh aparat kejaksaan Sulawesi Selatan tidak terima hadiah dalam bentuk apa pun.
Ketika tiba di rumah, ia melihat ada dua parsel di rumahnya. ”Eh, siapa yang kirim parsel ke sini,” ucap Lopa dengan raut masam.
Seisi rumah bungkam karena tahu Lopa geram.
Lopa kemudian sangat terkejut ketika melihat salah satu parsel tersingkap 10 cm, lalu bertanya: ”Aduh, siapa yang membuka parsel ini?”.
Baca juga: Kemendes PDTT Buka Banyak Lowongan CPNS dan PPPK 2023, Cek Rincian Formasi serta Syaratnya
Ganjar Contohkan Baharuddin Lopa
Bakal calon Presiden dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo berbicara mengenai reformasi kepolisian.
Hal ini disampaikan Ganjar saat dalam dialog "3 Bacapres Bicara Gagasan" di Grha Sabha Universitas Gadjah Mada (UGM), pada Selasa (19/09/2023).
"Hari ini orang membicarakan polisi secara terbuka," kata Ganjar menjawab pertanyaan Najwa Shihab selaku pembawa acara, Selasa malam.
Dikatakannya, saat ini ada tim independen reformasi percepatan hukum, salah satunya Najwa Shihab.
Seharusnya, apa rekomendasi yang dikeluarkan tim ini digunakan untuk reformasi di tubuh kepolisian.
Saat ditanyakan wujud konkrit reformasi kepolisian, hal yang akan dilakukan seperti penguatan kelembagaan, apakah seleksi masuk, hingga profesionalisme.
Ganjar menjawab dengan mencontohkan Baharuddin Lopa.
"Dua satu sistem dua aktor. Tidak ada yang pernah mendengar pendekar keadilan yang luar biasa di kejaksaan, Baharuddin Lopa," katanya.
Ketika sistemnya baik, aktornya tidak baik ternyata tidak sukses. Ketika sistemnya kurang baik, aktornya lebih dominan maka bisa berjalan.
"Maka mesti dilakukan sistem yang kemudian diperbaiki, dan memilih aktor. Tentu ini bukan sesuatu yang mudah seperti saya sampaikan hari ini," imbuh Ganjar. (*)
Sumber:
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bicara Reformasi Kepolisian, Ganjar Mencontohkan Baharuddin Lopa"
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kejujuran Lopa"
Artikel ini telah tayang di tirto.id dengan judul "Kepergian Baharuddin Lopa Saat Membongkar Kasus Korupsi Besar"
Artikel ini telah tayang di Wikipedia dengan judul "Baharuddin Lopa"
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.