Sejarah dan Legenda Gunung Semeru, Dipercayai Sebagai Paku Bumi Hingga Berkaitan Adanya Pulau Jawa
Begini sejarah dan legenda Gunung Semeru, dipercaya sebagai paku bumi hingga berkaitan dengan adanya Pulau Jawa.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Desi Triana Aswan
TRIBUNNEWSSULTRA.COM- Begini sejarah dan legenda Gunung Semeru, dipercaya sebagai paku bumi hingga berkaitan dengan adanya Pulau Jawa.
Seperti diketahui, Semuru adalah gunung aktif di Indonesia, bahkan tercatat sebagai yang tertinggi di Pulau Jawa.
Gunung Semeru terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (Jatim).
Semeru kembali menjadi perbincangan bahkan sampai trending topic Twitter, Senin (5/12/2022).
Gunung Semeru dideteksi kembali erupsi pada Minggu (4/12/2022) pukul 02.46 WIB.
Baca juga: Pelaku Pembusuran Petugas Lapas di Gunung Jati Kendari Tertangkap, Polisi Beberkan Motifnya
Kabar erupsi Gunung Semeru ini pun beredar di media sosial.
Sederet video viral atau postingan foton kondisi terkini Gunung Semeru ramai berseliweran.
Faktanya, erupsi Gunung Semeru yang terjadi bertepan satu tahun dengan sebelumnya.
Tepatnya pada tahun 2021, dimana awan panas guguran (APG) terpantau meluncur dari puncak Semeru pada 4 Desember 2021 pukul 15.20 WIB.
Sebelum erupsi di tahun 2021, Gunung Semeru memiliki catatan panjang yang pernah terjadi.
Mulai dari sejarah hingga legenda adanya Gunung Semeru ini.
Gunung Semeru dipercayai sebagai paku bumi yang berkaitan erat dengan adanya Pulau Jawa.
Sejarah dan Legenda
Gunung Semeru adalah salah satu gunung aktif di Indonesia.
Baca juga: Pria asal Lombok yang Tendang Sesajen di Lokasi Terdampak Erupsi Gunung Semeru Ditangkap di Bantul
Bahkan diklaim memiliki kisah tertua dan ada hubungan dengan kebudayaan Hindu di India.
Gunung ini memiliki puncak bernama Mahameru yang berarti Gunung Tertinggi.
Lantas seperti apa perjalanan Gunung Semeru di Indonesia?
Semua bermula saat Pulau Jawa masih terombang ambing di tengah lautan.
Ya, zaman dulu sebelum berpenghuni, Pulau Jawa bak berenang di lautan.
Baca juga: Terungkap Identitas Pria dalam Video Viral yang Buang dan Tendang Sesajen Semeru: Asal Lombok Timur
Pulau ini kemudian oleh dewa Shiva yang juga dikenal Batara Guru menginginkan agar pulau Jawa dihuni oleh manusia.
Sayangnya, pulau ini belum menancap di bumi.
Sehingga, belum bisa berpenghuni. Sampai akhirnya, Dewa Brahma dan Dewa Wisnu mengambil Mahameru di Tanah Jambudvipa (India) untuk di tancapkan di Jawa.
Untuk memindahkan Mahameru, Dewa Wisnu kemudian menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa dan menggendong gunung itu di punggungnya.

Sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura.
Mahameru kemudian di bawa ke Jawa dan ditancapkan di Jawa tepatnya di daerah Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang di era modern.
Gunung yang dipercaya sebagai paku bumi itulah yang kemudian disebut dengan Gunung Semeru hingga saat ini.
Sementara itu, menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuno Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15, pada dahulu kala Pulau Jawa mengambang di lautan luas, terombang-ambing dan senantiasa berguncang.
Baca juga: Gunung Semeru Erupsi, Bupati Lumajang Thoriqul Haq Tetapkan Status Tanggap Darurat 30 Hari
Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.
Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.
Dewa-dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa.
Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas.
Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau Jawa.

Ketika gunung Meru dibawa ke timur, serpihan gunung Meru yang tercecer menciptakan jajaran pegunungan di pulau Jawa yang memanjang dari barat ke timur.
Akan tetapi ketika puncak Meru dipindahkan ke timur, pulau Jawa masih tetap miring, sehingga para dewa memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya di bagian barat laut.
Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Pananggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru.
Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau Jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.
Baca juga: Tanggapan Kemenag atas Aksi Pria yang Buang Sesajen Ruwatan Erupsi Semeru: Sengaja Sakiti Hati Warga
Lingkungan geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu.
Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung di antara bumi (manusia) dan Kayangan.
Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewata, Hyang, dan makhluk halus.
Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali.
Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali.
Baca juga: Maling Jarah Warung Korban Erupsi Gunung Semeru, Ketahuan Curi Sepeda hingga Perkakas Dapur
Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru.
Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci.
Sejarah Erupsi
Sebagai gunung berapi aktif, Semeru memiliki catatan panjang sejarah erupsi yang terekam sejak 1818.
Catatan panjang Gunung Semeru ini membuat masyarakat setempat yang berada di area tersebut kerap kali was-was.
Namun, seakan terbiasa dengan kondisi sekitar.
Baca juga: Penjelasan Saksi dan Respon Presiden Jokowi Dilempari Kertas Saat Tinjau Bencana Gunung Semeru
Dilansir dari Kompas.com melalui laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), letusan gunung Semeru yang terekam pertama kali adalah pada 1818, tepatnya pada 8 November 1818.
Namun, rentang waktu 1818-1913, tidak banyak informasi yang terdokumentasikan.
Hingga pada 1941-1942, mulai terekam aktivitas vulkanik Semeru dengan durasi panjang.
Menurut PVMBG, lelehan lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942.
Kala itu, letusan Semeru mencapai lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400-1.775 meter.
Bahkan, material vulkanik akibat erupsi gunung Semeru sampai menimbun pos pengairan Bantengan.
Aktivitas vulkanik gunung Semeru tercatat terjadi secara beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955-1957, 1958, 1959, dan 1960.
Sebagai gunung berapi aktif, erupsi Semeru tidak berhenti sampai di sana.
Pada 1 Desember 1977, terjadi guguran lava yang menghasilkan APG dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar.
Saat itu, volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta m3.
Baca juga: Penjelasan Saksi dan Respon Presiden Jokowi Dilempari Kertas Saat Tinjau Bencana Gunung Semeru
Awan panas juga turut serta mengarah ke wilayah Besuk Kobokan. Catatan PVMBG, aktivitas vulkanik terus berlanjut pada 1978 sampai 1989.
PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008.
2 Februari 1994
Pada 2 Februari 1994, tercatat ada sembilan kali letusan gunung Semeru.
Aktivitas vulkanik ini mengakibatkan munculnya asap putih tebal dengan ketinggian mencapai 50 meter.
23 Desember 2002
PVMBG juga mencatat erupsi pada 23 Desember 2002, yakni delapan kali letusan dalam sehari serta guguran lava pijar pascaerupsi yang memasuki bagian hulu Besuk Kembar sejauh 250 meter.
20 Januari 2004
Pada 20 Januari 2004 terjadi awan panas yang masuk ke Besuk Bang sejauh 2.500 meter.
Kemudian, pada 7 Oktober 2004, kembali terjadi luncuran awan panas dengan jarak 1.000 meter ke Besuk Bang.
29 Desember 2005
Pada 2005, gunung Semeru menunjukkan aktivitas vulkanik dengan luncuran awan panas yang masuk ke Besuk Bang sejauh 1.000-2.500 meter.
Mei 2008
Pada 2008, gunung Semeru beberapa kali kembali mengalami erupsi, yakni pada rentang 15-22 Mei 2008.
Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.
Desember 2020
Hingga pada 1 Desember 2020 mulai pukul 01.23 WIB, gunung Semeru kembali mengalami erupsi yang diikuti guguran awan panas mencapai 2-11 km dari puncak.
Awal dan akhir 2021 Erupsi gunung Semeru pada 2021 bermula dari 16 Januari sekitar pukul 17.24 WIB.
Menurut laporan pengamatan visual sementara, tampak asap meluncur ke arah tenggara yang diduga dari kawah Jonggring Kaloko berwarna kelabu pekat.
Adapun jarak luncur APG gunung Semeru kurang lebih sekitar 4,5 km.
Hingga mendekati akhir 2021, gunung Semeru kembali erupsi pada 4 Desember 2021.
Berikut ini beberapa destinasi atau tempat wisata danau di area Gunung Semeru :
1. Ranu Pani
Ranu Pani atau Ranu Pane berlokasi di Desa Ranu Pani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Ranu Pani merupakan gerbang masuk pendakian Gunung Semeru dan disinilah pendaki mendaftarkan diri sebelum melakukan aktivitas pendakian.
Danau ini merupakan danau vulkanik dengan luas sekitar satu hektare.
2. Ranu Regulo
Selain Ranu Pani, Ranu Regulo juga merupakan salah satu danau indah lain di Gunung Semeru.
Danau ini masih terletak di Kecamatan Senduro dengan ketinggian mencapai 2.100 mdpl.
Letaknya lumayan dekat dari Ranu Pani dan Danau Regulo memiliki luas 0,75 hektare.
Danau ini juga bisa untuk berkemah, seperti Ranu Pani.
3. Ranu Darungan
Ranu Darungan merupakan yang berada di Desa Mulyoarjo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. (4)
Danau ini berada di ketinggian 830 mdpl dengan luas sekitar 0,25 hektare denga Salah satu keunikannya yakni pohon rekisi yang mengelilingi danau.
4. Ranu Kumbolo
Pemandangan Ranukumbolo di Gunung Semeru.
Danau dengan ketinggian 2.389 mdpl ini merupakan ikon Gunung Semeru.
Ranu Kumbolo berada di jalur pendakian menuju puncak Mahameru, tepatnya setelah pos keempat. Ranu Kumbolo memiliki luas 15 hektare.
Banyak pendaki berkemah di sekitaran danau ini untuk lanjut ke puncak Mahameru.(*)
(Tribunnews.com/Kompas.com/TribunnewsSultra.com/Desi Triana)