Perang kian Panas, Rusia dan Ukraina Kini Rebutan Kota Mariupol: Pertempuran Terjadi di Setiap Jalan

Update Perang: Kini Moskow dan Kiev sedang memperebutkan sebuah kota pesisir yang terletak di Ukraina bagian selatan, yakni Mariupol.

Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
Tangkapan Layar SKY News
Setidaknya 2 rudal dalam serangan Rusia menghantam markas pasukan militer Ukraina di Kota Mykolaiv pada Jumat (18/3/2022) atau hari ke 23 perang. Akibatnya sekitar ratusan tentara Ukraina tewas dalam serangan rudal Rusia tersebut. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Telah berlangsung hampir sebulan, perang antara pasukan militer Rusia dengan Ukraina semakin menjadi-jadi.

Kini kedua negara yang berkonflik itu sedang memperebutkan sebuah kota pesisir yang terletak di Ukraina bagian selatan, yakni Mariupol.

Dilansir TribunnewsSultra.com dari Al Jazeera, perebutan Kota pelabuhan Mariupol yang terkepung ini terjadi saat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta bantuan Israel untuk menekan kembali serangan Rusia di negaranya.

Ratusan ribu penduduk tetap terperangkap di Kota Mariupol yang telah dikepung dan dibombardir oleh pasukan Rusia selama lebih dari dua minggu.

Baca juga: Hari Ke-26 Perang: Senjata Rusia Kena Pabrik Pupuk Ukraina Bikin Amonia Bocor, Mal 10 Lantai Dibom

Penduduk bertahan dengan sedikit makanan, air, dan listrik.

Diketahui bahwa Rusia menginvasi Ukraina dengan skala penuh sejak Kamis, 24 Februari 2022 lalu.

Gubernur Regional, Pavlo Kyrylenko menyebutkan bahwa pertempuran berlanjut di Kota Mariupol pada Minggu (20/3/2022).

Disebutkan juga para pengungsi yang menangis dari kota yang hancur di Laut Azov menggambarkan bagaimana 'pertempuran terjadi di setiap jalan'.

Baca juga: Rusia Sebar Video Ngaku Selamatkan Warga Mariupol, Ukraina Geram dan Sebut Penculikan: Dipaksa Kerja

Dewan Mariupol juga mengatakan bahwa pasukan Rusia membom sebuah sekolah seni di mana 400 penduduk berlindung pada Sabtu (19/3/2022).

Gambar satelit menunjukkan pemandangan Teater Drama Mariupol lebih dekat sebelum pengeboman, saat kata
Gambar satelit menunjukkan pemandangan Teater Drama Mariupol lebih dekat sebelum pengeboman, saat kata "anak-anak" dalam bahasa Rusia ditulis dalam huruf putih besar di trotoar di depan dan di belakang gedung, di Mariupol, Ukraina, 14 Maret 2022. (Maxar via Reuters)

Tetapi jumlah korban belum diketahui.

Al Jazeera tidak dapat secara independen memverifikasi klaim tersebut.

Sedangkan Rusia tidak segera berkomentar tentang dugaan serangan itu dan membantah menargetkan warga sipil.

Baca juga: Kondisi Terkini Perang: Rusia Beri Batas Waktu Pasukan Ukraina untuk Serahkan Senjata di Mariupol

Adapun Zelenskyy menggambarkan pengepungan Mariupol oleh pasukan Rusia sebagai kejahatan perang.

“Melakukan ini (pengepungan) untuk kota yang damai adalah teror yang akan diingat selama berabad-abad yang akan datang,” ujar Zelenskyy pada Sabtu (19/3/2022) malam waktu setempat.

Pejabat kota mengatakan sedikitnya 2.300 orang tewas yang selanjutnya dimakamkan di kuburan massal.

Sementara itu, beberapa warga yang berhasil melarikan diri dari Mariupol memeluk kerabatnya sambil menangis saat mereka tiba dengan kereta api di Lviv, sekitar 1.100 kilometer (680 mil) ke barat pada Minggu (20/3/2022).

Baca juga: Hari Ke-26 Perang: Ukraina Tolak Tawaran Rusia untuk Serahkan Senjata agar Jalur Pengungsi Dibuka

“Pertempuran terjadi di setiap jalan. Setiap rumah jadi sasaran,” kata Olga Nikitina yang dipeluk kakaknya saat turun dari kereta.

“Tembakan meledakkan jendela. Apartemen itu di bawah titik beku.” lanjutnya

Selain itu, Maryna Galla nyaris lolos dengan putranya yang berusia 13 tahun.

Atas: Keadaan gedung Teater Drama Mariupol yang digunakan untuk warga sipil Ukraina berlindung sebelum diserang Rusia. Bawah: Sesudah serangan Rusia pada Rabu (16/3/2022).
Atas: Keadaan gedung Teater Drama Mariupol yang digunakan untuk warga sipil Ukraina berlindung sebelum diserang Rusia. Bawah: Sesudah serangan Rusia pada Rabu (16/3/2022). (Kolase Twitter Menteri Luar Negeri Ukraina @DmytroKuleba)

Galla mengatakan dia meringkuk di ruang bawah tanah sebuah pusat budaya bersama dengan sekitar 250 orang selama tiga minggu tanpa air, listrik atau gas.

Baca juga: Kota Mariupol Ukraina Dibombardir Membabi Buta oleh Rusia, Warga Kubur Korban Tewas di Pinggir Jalan

“Kami meninggalkan (rumah) karena peluru menghantam rumah-rumah di seberang jalan. Tidak ada atap. Ada orang yang terluka," kata Galla.

Galla menambahkan bahwa ibu, ayah, dan kakek-neneknya tetap tinggal.

Bahkan, lanjut Galla, tidak tahu jika ia telah pergi.

Diketahui bahwa dengan menguasai Mariupol akan membantu pasukan Rusia mengamankan koridor darat ke Semenanjung Krimea yang dicaplok Moskow dari Ukraina pada 2014.

Baca juga: Lagi-lagi Rusia Kerahkan Rudal Hipersonik Kinzhal, Hancurkan Tempat Bahan Bakar Ukraina

Adapun Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan 'operasi khusus' atau invasinya ini bertujuan untuk melucuti senjata Ukraina dan membasmi nasionalis yang berbahaya.

Namun, negara-negara Barat menyebutnya sebagai perang pilihan yang agresif.

Hingga akhirnya Barat telah menjatuhkan sanksi hukuman yang bertujuan melumpuhkan ekonomi Rusia.

Sementara itu, Badan Pengungsi PBB, UNHCR mencatat 10 juta orang kini telah mengungsi di seluruh Ukraina.

Baca juga: Zelenskyy: Siap Berunding dengan Putin Bahas Invasi Rusia-Ukraina, Jika Gagal Berarti Perang Dunia 3

Termasuk sekitar 3,4 juta yang telah melarikan diri ke negara-negara tetangga seperti Polandia.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB pada Sabtu (19/3/2022) tengah malam mengatakan sedikitnya 902 warga sipil Ukraina telah tewas.

Meskipun jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi.

Selain itu, Jaksa Ukraina mengatakan 112 anak telah tewas akibat perang ini.

(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved