Kisah Pilu Orangtua Santriwati yang Dirudapaksa Guru Pesantren di Bandung: Mau Urus 2 Bayi Korban
Kisah pilu yang dialami orangtua santriwati yang dihamili guru pesantren di Bandung Jawa Barat, hingga korban lahirkan 2 anak perempuan.
Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
Kondisi serupa juga terjadi di kantor P2TP2A Garut ketika para orangtua yang tidak tahu putrinya menjadi korban pencabulan guru pesantren diberi tahu kasus ini.
Hingga akhirnya mereka dipertemukan pertama kali di kantor P2TP2A Bandung sebelum dibawa ke P2TP2A Garut.
Selain berat menerima kenyataan, para orangtua korban juga kebingungan dan khawatir akan masa depan dan lingkungan tempat tinggal anaknya.
"Di kecamatan ini (lingkungan rumah korban), saya sampai datang beberapa kali nengok yang lahiran, ngurus sekolahnya, ketemu tokoh masyarakatnya," jelasnya.
Menurut Diah, kasus ini sangat menguras emosi semua pihak, apalagi ketika psikologi korban dan orangtuanya diterapi oleh tim psikolog P2TP2A.
Baca juga: Ustaz Pesantren di Bandung Cabuli 12 Santriwati hingga Melahirkan 8 Bayi, Iming-iming Jadikan Polwan
"Sama, kita semua juga marah pada pelaku setelah tahu ceritanya dari anak-anak, sangat keterlaluan, kita paham bagaimana marah dan kecewanya orangtua mereka," katanya.
P2TP2A sendiri menawarkan berbagai solusi kepada korban dan orangtuanya perihal posisi bayi yang dilahirkan dari aksi cabul guru ngajinya.
Apabila para orangtua tak mau mengurusnya, P2TP2A siap menerima anak tersebut.
Lantaran disebutkan bahwa para orangtua korban bukan tergolong orang-orang yang mampu.
Orangtua korban kebanyakan berprofesi sebagai buruh harian lepas, pedagang kecil, dan petani yang tadinya merasa untung anaknya bersekolah gratis di pesantren itu.
"Alhamdulillah, yang rasanya mereka (awalnya) tidak terima, namanya juga bayi, cucu darah daging mereka, akhirnya mereka rawat, walau saya menawarkan kalau ada yang tidak sanggup, saya siap membantu," bebernya.
Baca juga: Ini Wajah Sosok Guru Pesantren Hamili 10 Santriwati, Pelaku Mengajar di 3 Pesantren
Begitu pula dengan orangtua HW, melahirkan 2 bayi perempuan dari aksi rudapaksa guru ngajinya itu.
Diah mengungkapkan bahwa anak pertama HW berusia 2,5 tahun dan beberapa bulan lalu bayi kedua pun lahir.
Dikatakannya bahwa orangtua dan HW mau merawat kedua anak tersebut.
"Saya nengok ke sana (rumahnya), menawarkan (bantuan) kalau enggak sanggup merawat, ternyata mereka tidak ingin dipisahkan anaknya, dua-duanya perempuan," jelas Diah.