Vaksinasi Covid 19 Sultra
Dokter Cek Tekanan Darah, Tak Ada Rekam Medik Pasien, Guru SMP di Baubau Tewas Seusai Divaksin
Diduga ada kesalahan prosedur atau kelalaian petugas medis saat skrining sebelum pasien disuntik vaksin Covid-19. Guru SMP di Baubau Meninggal Dunia.
Penulis: Risno Mawandili | Editor: Risno Mawandili
TRIBUNNEWSSULTRA.COM,BAUBAU- Seorang guru sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra), berinisial LHN (59), meninggal dunia seusai divaksin sinovac.
Diduga ada kesalahan prosedur atau kelalaian petugas medis saat skrining sebelum pasien disuntik vaksin Covid-19.
Menurut Rahmad Hidayat selaku anak guru SMP tersebut, dokter tak hati-hati menyuntik vaksin dan lugas memberi pemahaman kepada calon pasien.
LHN mengidap penyakit diabetes yang sudah berlangsung selama 15 tahun.
Penyakit itu berkomplikasi dengan hipertensi, lambung, dan ginjal.
"Dokter tahu penyakit bapak saya itu sudah belasan tahun, harusnya rekam medik serta dalam skrining itu. Harusnya sebelum disuntik vaksin di cek dulu gula darahnya, normal atau tidak," ujarnya lewat panggilan telepon, Sabtu (22/5/2021).
Baca juga: Disebut Salah Prosedur, Satgas Covid-19 Baubau Selidiki Dugaan Kematian Guru Usai Divaksin
Rahmad mengatakan, sudah mempertanyakan hal tersebut kepada dokter vaksinasi di hari kematian ayahnya.
Lanjutnya, dokter menyebut pasien sehat hanya berdasarkan tekanan darah dan pengakuan lisan.
Dokter juga mengetahui jika ayahnya sebulan lalu belum mengontrol gula darahnya karena menjalankan puasa ramadhan.
"Terakhir bapak saya cek itu sebelum bulan puasa, 20 Maret 2021. Harusnya bapak saya diminta cek kesehatan dulu sebelum disuntik vaksin," imbuhnya.
Alasan Dokter
Satgas Covid-19 Kota Baubau beralibi prosedur pemberian vaksin kepada guru meninggal dunia LHN (59), sudah benar.
Namun menurut Rahmad Hidayat, klaim Satgas Covid-19 tersebut sepihak dan tanpa dasar.
Baca juga: Respon Guru di Baubau Meninggal Usai Divaksin, Dinkes Kendari Minta Publik Tak Cepat Menyimpulkan
Kata Rahmad, berdasarkan penjelasan dokter di Puskesmas Wolio yang bertugas vaksinasi hari itu, LHN divaksin karena sebelumnya pasien gejala serupa juga mengikuti vaksinasi.
"Dokter berasumsi bahwa ada juga yang penyakit gula tetapi sudah divaksin juga. Dengan alasan itu mereka berani memberi vaksin kepada ayah saya," bebernya.