Kualifikasi Piala Asia 2027

Dianggap Skandal Turning Face, Timnas Thailand Mengulang Kesalahan Era Pelatih Kiatisuk?

Tim Thailand bermain tanpa energi, kalah dari lawan yang dulunya dianggap "underdog". Sehingga membuat Masatada Ishii tiba-tiba dipecat.

Penulis: Muhammad Israjab | Editor: Muhammad Israjab
Twitter/@idextratime
Timnas Thailand baru saja tiba-tiba memecat pelatih Masatada Ishii. Ketegangan meningkat ketika pelatih Jepang tersebut angkat bicara menyalahkan Federasi Sepak Bola Thailand. 

Liga Thailand dulu menjadi kebanggaan daerah, menghadapi banyak kesulitan. Pendapatan menurun, sponsor menarik diri, banyak klub yang belum menerima gaji, dan kekurangan dana operasional.

Dalam konteks tersebut, suara antara klub dan Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT) tak lagi selaras. FAT dikritik karena kurangnya transparansi dalam manajemen dan pengambilan keputusan yang emosional.

Baca juga: Prediksi Bhayangkara FC Vs Persijap Skor, H2H dan Line Up: The Guardian Impresif di Kandang

Sejak menjabat, beliau dikagumi karena citranya yang dinamis dan penuh semangat, tetapi di saat yang sama juga terlibat dalam banyak kontroversi.

Mulai dari campur tangan yang mendalam dalam pekerjaan profesional, konflik dengan beberapa pimpinan klub, hingga keputusan mengejutkan terkait personel di tim nasional.

Pemecatan Polking adalah contoh tipikal. Keputusan ini bukan hanya salah dalam hal keterampilan profesional.

Tetapi juga mencerminkan kurangnya kesabaran dalam berpikir manajemen. Ketika semua masalah internal mulai dari kualitas turnamen domestik, konflik organisasi, hingga orientasi pelatihan pemain muda.

Tak ada yang menyalahkan Thailand karena memimpikan Piala Dunia. Itu adalah impian yang sah bagi semua negara sepak bola.

Namun, impian itu hanya bisa terwujud jika dibangun di atas fondasi yang kokoh, bukan keputusan tergesa-gesa atau pergantian pelatih kepala yang terus-menerus.

Kiatisuk pernah berkata setelah meninggalkan tim nasional Thailand.

"Dalam olahraga, kita bisa menang, kalah, atau seri, tidak ada yang menang selamanya. Kami kalah dalam banyak pertandingan, tetapi tidak kehilangan cinta dari para penggemar."

"Namun, saya mendapat tekanan yang terlalu besar dari presiden FAT (Bapak Somyot Poompunmuang pada tahun 2017) dan Komite Eksekutif Asosiasi Sepak Bola Thailand."

"Saya meninggalkan posisi pelatih kepala agar FAT bisa membawa tim ini maju. Saya menyesal tidak bisa membawa tim ini ke final Piala Dunia hanya dalam 1 tahun."

Targetnya terlalu tinggi. Sangat sulit untuk mencapainya, dan saya pergi untuk memberi ruang bagi seseorang yang lebih baik. Semua orang ingin tim ini lolos ke Piala Dunia."

"Tetapi kami juga harus menyadari siapa diri kami. Ketika tim kalah, semua orang mengkritik saya."

Baca juga: Persib Vs Persis Solo Prediksi Skor, H2H dan Line Up: Misi Sulit Laskar Sambernyawa di Bandung

"Saya sudah bersama tim Thailand selama total 20 tahun, saya tidak ingin pergi, tetapi saya juga tidak bisa menerima kritik seperti itu," katanya.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved