Kualifikasi Piala Asia 2027

Dianggap Skandal Turning Face, Timnas Thailand Mengulang Kesalahan Era Pelatih Kiatisuk?

Tim Thailand bermain tanpa energi, kalah dari lawan yang dulunya dianggap "underdog". Sehingga membuat Masatada Ishii tiba-tiba dipecat.

Penulis: Muhammad Israjab | Editor: Muhammad Israjab
Twitter/@idextratime
Timnas Thailand baru saja tiba-tiba memecat pelatih Masatada Ishii. Ketegangan meningkat ketika pelatih Jepang tersebut angkat bicara menyalahkan Federasi Sepak Bola Thailand. 

Tetapi juga membantu tim memenangkan Piala AFF dua kali, mempertahankan posisi nomor satu di Asia Tenggara, dan menciptakan gaya bermain yang impresif.

Kontraknya diputus hanya karena kekalahan 1-2 dari Tiongkok di Kualifikasi Piala Dunia 2026, yang sebenarnya bukan "bencana". 

Namun, ambisi FAT didorong keinginan untuk mencapai babak ketiga kualifikasi Piala Dunia telah melampaui batas.

FAT harus mencari pelatih yang lebih baik daripada Mano dan dari sana menunjuk Ishii sebagai pelatih kepala.

Namun kini, hasil di bawah Masatada Ishii mengecewakan para penggemar. Tim Thailand bermain tanpa energi, kalah dari lawan yang dulunya dianggap "underdog".

Lebih penting, semangat juang, yang merupakan kekuatan tim ini tampaknya telah hilang.

Sejarah terkadang terulang dengan pahit. Hampir 10 tahun lalu, Timnas Thailand juga terjerumus ke dalam pusaran serupa.

Baca juga: Biang Kerok Kekalahan PSIS Semarang Lawan Deltras FC, Coach Ega Singgung Ada Pemain Tak Konsisten

Dengan Kiatisuk Senamuang sang legenda yang memimpin "Gajah Perang" mendominasi kawasan dan lolos ke babak kualifikasi ketiga Piala Dunia 2018.

Saat itu, pencapaian Kiatisuk (rasio kemenangan 50 persen) sangat impresif, tetapi karena keinginan untuk "mencapai level kontinental".

FAT memutuskan kontrak dan mencari "pelatih yang lebih berkelas" untuk membawa Thailand lebih jauh.

Hasilnya? Setelah Kiatisuk pergi, sepak bola Thailand jelas mengalami kemunduran. Pelatih-pelatih asing yang berganti-ganti, dari Rajevac hingga Nishino.

Berjuang melawan krisis kepercayaan diri dan konflik internal. Baru setelah Polking kembali, Thailand perlahan-lahan stabil dan kembali menjadi tim nomor satu ASEAN

Setelah pemecatan Polking, tragedi lama kembali terulang. Ishii pernah dipuji sebagai "ahli taktik" belum mampu membantu Thailand kembali ke kekuatan aslinya.

Sekali lagi, tim Thailand terbebani oleh ambisinya sendiri. Pergantian pelatih terus-menerus menimbulkan kekacauan, seperti halnya periode pasca-Kiatisuk.

Faktanya, masalah sepak bola Thailand saat ini bukan hanya pelatih timnas. Di balik keputusan pergantian pelatih terdapat sistem yang bermasalah.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved