Berita Sulawesi Tenggara

Cuaca Panas Diselingi Hujan, BMKG: Sulawesi Tenggara Masuki Musim Kemarau Basah hingga Oktober 2025

Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tengah menghadapi kondisi cuaca yang cukup unik.

kolase TribunnewsSultra.com
BMKG SULTRA - Kolase foto Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Sulawesi Tenggara (Sultra), Aris Yunatas (kiri) dan foto arsip kondisi cuaca di kawasan Tugu Religi eks MTQ, Kota Kendari, Sultra, Selasa (16/9/2025) (kanan). (Kolase foto TribunnewsSultra.com) 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tengah menghadapi kondisi cuaca yang cukup unik.

Walaupun suhu udara terasa panas, tetapi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang kerap terjadi meski tidak berlangsung lama.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sultra menyebut fenomena ini sebagai musim kemarau basah.

"Update terbaru musim kemarau kita ternyata musim kemarau basah," kata Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Sultra, Aris Yunatas kepada TribunnewsSultra.com, Selasa (16/9/2025).

Musim kemarau basah merupakan kondisi kemarau dengan curah hujan di atas normal, sehingga tidak lagi identik dengan kekeringan.

Kendati Sulawesi Tenggara sedang berada di musim kemarau, tetapi hujan bisa saja terjadi dua sampai tiga kali dalam sepekan.

Berbeda dengan musim kemarau normal, hujan hanya terjadi satu kali dan tidak intens.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Sulawesi Tenggara 16 September 2025: Kendari, Kolaka, Konawe, Muna Berawan

Prediksi musim hujan juga berbeda di 15 kabupaten dan 2 kota se-Sultra.

Kabupaten kota tersebut terbagi menjadi wilayah daratan dan kepulauan.

Antara lain Kota Kendari, Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara, Kolaka, Kolaka Utara, Kolaka Timur, Bombana, wilayah daratan.

Kemudian Kota Baubau, Kabupaten Wakatobi, Konawe Kepulauan, Muna, Muna Barat, Buton, Buton Selatan, Buton Tengah dan Buton Utara merupakan wilayah kepulauan.

BMKG Sultra sebelumnya memprediksi awal musim kemarau pada Juli-Agustus dan masih berlangsung hingga saat ini, sedang puncaknya pada Oktober mendatang.

"Karena musim kemarau kita sifatnya basah, maka musim hujan kita yang biasanya diprediksi November-Desember sekarang maju jadi Oktober," jelasnya.

Lebih lanjut Aris menjelaskan, dampak positif dari kemarau basah terhadap sektor pertanian dan perkebunan di wilayah Sultra.

Baca juga: Nelayan di Sawa Konawe Utara Keluhkan Pendapatan Menurun Imbas Cuaca dan Area Penangkapan Ikan

Pertama, pertanian yang biasanya mengalami kekeringan kini mendapat asupan air dari musim kemarau basah ini.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved