Hal tersebut agar menjaga habitat ubur-ubur tetap lestari dan kealamian kondisi alam serta tebing terjaga.
"Sebisa mungkin kami batasi, karena kalau terlalu banyak yang datang kita khawatir juga nanti kondisi alamnya rusak," tuturnya.
Sehingga, ia pun menjadwalkan setiap perjalanan pengunjung yang ingin menikmati trip di seluruh spot Danau Napabale termasuk Danau Ubur-ubur.
Nirfan dan kawan-kawan berharap Danau Napabale bisa mendapat perhatian dari pemerintah setempat.
Terlebih mendukung akses jalanan menuju lokasi destinasi wisata yang perlu mendapat perhatian.
Termasuk kondisi masuk Danau Napabane yang perlu rehabilitasi mulai dari fasilitas toilet untuk pengunjung hingga sejumlah usaha kecil para pedagang di sekitar danau.
"Karena tujuan kami juga pemuda bisa menghidupkan Danau Napabane lebih dikenal lagi ini karena ingin mendukung upaya masyarakat dalam mencari rezeki khususnya di Desa Lohia," tuturnya.
Selain itu, para nelayan yang biasanya menggunakan perahu untuk menangkap ikan kini bisa mencari penghasilan tambahan dengan menyewakan kendaraan lautnya untuk para pengunjung danau.
"Jadi semuanya bisa saling berdampak satu sama lain," tuturnya.
Bagi Nirfan, upaya yang dirinya lakukan bersama dengan keenam rekannya bukan sekedar mencari keuntungan semata.
Namun punya misi membangkitkan kondisi perekonomian serta destinasi wisata di Desa Lohia yang kini perlu dibangkitkan.
"Jujur saja waktu sebelum awal kami bergerak bersama melalui JSO Group ini, kondisi danau jarang disambangi," jelasnya.
Barulah setelah memulai membuka trip dengan konsep yang lebih kekinian dan menambahkan fasilitas paddle board membuat sensasi destinasi wisata di Muna ini lebih menarik hati pengunjung.
Konsep ekonomi kreatif pengelolaan pariwisata yang modern inilah ditawarkan JSO Group untuk mengembangkan destinasi di Desa Lohia, kampung halaman mereka. (*)
(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)