TRIBUNNEWSSULTRA.COM, MUNA- Beginilah para pemuda berperan dalam mengembangkan potensi destinasi wisata Danau Ubur-ubur di Desa Lohia, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Sejumlah pemuda asli warga Lohia bergerak mandiri untuk memperkenalkan sebuah tempat unik dan menantang adrenalin.
Di mana, tempat tersebut merupakan wisata danau air asin yang hanya ada sembilan di Indonesia, salah satunya di Sulawesi Tenggara.
Konon katanya, ribuan ubur-ubur ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Menariknya, ubur-ubur ini tidak menyengat. Jenis hewan laut dengan struktur tubuh unik ini juga bahkan muncul di permukaan air dan berkerumun hingga berinteraksi dengan pengunjung.
Melihat potensi dan kekayaan alam yang dimiliki Desa Lohia, para pemuda lokal pun tak tinggal diam.
Tujuh pemuda lokal pun bergerak memfasilitasi siapa saja yang ingin menuju Danau Ubur-ubur.
Baca juga: Pj Gubernur Sultra ke Kampung Tenun Masalili dan Danau Napabale Muna, Janji Bantu Promosi di Medsos
Mereka adalah Alam (26), Aswan (26), Wahayu (27), Nas (24), Mario (22), Nirfan (28), Afdalul (18), dan Teguh (30).
Bagi mereka, hanya orang beruntung saja yang bisa melihat Danau Ubur-ubur yang berada terpelosok dan tersembunyi di kelilingi tebing tinggi.
Sehingga untuk bisa bertemu dengan ubur-ubur, butuh energi, mental dan semangat yang gigih.
Membentuk JSO yang merupakan akronim dari Jangan Salah Omong Group, mengelola destinasi wisata unggulan di Kabupaten Muna ini sejak awal tahun 2024 tepatnya pada Januari lalu.
Istilah Jangan Salah Omong ini pada dasarnya adalah kalimat sehari-hari yang diucapkan para pemuda.
Di mana, makna kalimat ini punya pesan mendalam untuk menghargai tempat yang dikunjungi.
"Jadi itu punya makna, bahwa orang-orang di sini menghargai 'kepercayaan' masyarakat setempat. Itu juga yang menjadi prinsip tim kami untuk menghargai siapapun yang datang di danau," kata Wahyu kepada TribunnewsSultra.com, Selasa (12/11/2024).
Tim mereka ini saling berbagi tugas untuk bisa melayani para pengunjung yang ingin datang melihat potensi destinasi wisata yang hanya ada di Sulawesi Tenggara.
Mulai dari penyediaan transportasi laut menuju titik destinasi, mendampingi pengunjung, hingga dokumentasi perjalanan.
Wahyu akan melakukan registrasi terlebih dahulu pada pengunjung yang akan memakai jasa layanan JSO Group.
Ia juga menjadi admin di akun Instagram @danaunapabale sebagai platform promosi.
Di mana, konten video ataupun foto dari hasil editan tangan seorang Nas.
Lalu, Mario yang berugas mendampingi pengunjung untuk pemakaian paddle board.
Baca juga: Pesona Keindahan Danau Biru Dekat dengan Laut di Desa Wisata Walasiho Kolaka Utara Sulawesi Tenggara
Selain itu, Alam, Aswan, Nirfan saling berkolaborasi menciptakan dokumentasi terbaik sebagai kenang-kenangan untuk para pengunjung dengan drone.
Sementara, Afdalul dan Teguh menjadi bagian tim yang membantu rekan-rekannya.
JSO Group ini memberikan paket perjalanan kepada pengunjung mulai dengan Rp 250 ribu saja untuk bisa menjajal semua spot wisata di Danau Napabale.
Pengunjung bisa melakukan aktivitas free dive melihat terumbu karang, menikmati pemandangan dengan berkeliling danau menggunakan perahu, berselancar dayung dengan paddle board, hingga menyapa danau ubur-ubur.
Pengembangan Potensi Danau Ubur-ubur
Berawal dari keresahan para tujuh pemuda ini, mereka pun kompak patungan untuk bisa mengembangkan dan memperkenalkan kekayaan alam yang dimiliki kampung halamannya.
Pada dasarnya Desa Lohia memiliki destinasi wisata utama yakni Danau Napabale.
Danau wisata air asin ini memiliki beberapa spot menarik yang bisa dieksplor.
Misalnya terowongan tersembunyi sepanjang 30 meter, ketenangan danau yang memberi rasa sejuk bagi yang melihatnya, terlebih suguhan pemandangan Napabale yang begitu eksotis.
Hal inilah yang dikembangkan Wahyu dan kawan-kawan. Mereka pun terbesit untuk menjadikan Danau Napabale lebih dikenal lagi di Sulawesi Tenggara hingga di Indonesia.
Nirfan menjelaskan kepada TribunnewsSultra.com, Selasa (12/11/2024) salah satu hal menarik yang bisa dijajal dan ikonik di kawasan Danau Napabale adalah Danau Ubur-ubur.
Masih berada dalam kawasan Desa Lohia, akses menuju Danau Ubur-ubur ini satu-satunya hanya melewati terowongan tersembunyi.
Baca juga: Wisata Danau Napabale di Desa Lohia Muna Sulawesi Tenggara, Asal Usul Nama Hingga Wahana Baru
Lokasinya pun tak begitu jauh, TribunnewsSultra.com sempat menjajal destinasi menantang adrenalin tersebut.
Hanya sekitar 7 menit saja menggunakan perahu nelayan yang telah disediakan JSO Group dari Danau Napabale menuju 'pintu masuk' Danau Ubur-ubur.
Akses masuk yang begitu terjal dan berliku, namun terbalas dengan keunikan yang disuguhkan ribuan ubur-ubur.
Pasalnya, danau ini bak terkurung dan di kelilingi tebing tinggi.
Bahkan, hewan laut itu muncul dipermukaan bak menyapa para pengunjung.
"Hanya mereka yang beruntung jika melihat ubur-ubur di sini," tuturnya.
Bagaimana tidak, kata alumni Universitas Muslim Indonesia di Makassar ini, Danau Ubur-ubur begitu ekslusif disuguhkan Tuhan untuk tanah Muna.
Letak yang tersembunyi, menjadikan destinasi ini begitu spesial.
Ketika menyambanginya pun butuh tenaga ekstra karena harus menaiki tebing dengan kondisi jalan terjal.
Meski begitu, tak perlu khawatir karena tentunya JSO Group siap mendampingi para pengunjung dengan penuh tanggungjawab.
"Kami ingin memberikan kesan bagi para pengunjung agar mereka bisa datang kembali menikmati destinasi wisata di sini," jelasnya.
Sehingga pelayanan adalah hal utama bagi para pemud di JSO Group.
Namun sejauh ini, JSO Group juga membatasi pengunjung untuk melakukan perjalanan ke Danau Ubur-ubur.
Hal tersebut agar menjaga habitat ubur-ubur tetap lestari dan kealamian kondisi alam serta tebing terjaga.
"Sebisa mungkin kami batasi, karena kalau terlalu banyak yang datang kita khawatir juga nanti kondisi alamnya rusak," tuturnya.
Sehingga, ia pun menjadwalkan setiap perjalanan pengunjung yang ingin menikmati trip di seluruh spot Danau Napabale termasuk Danau Ubur-ubur.
Nirfan dan kawan-kawan berharap Danau Napabale bisa mendapat perhatian dari pemerintah setempat.
Terlebih mendukung akses jalanan menuju lokasi destinasi wisata yang perlu mendapat perhatian.
Termasuk kondisi masuk Danau Napabane yang perlu rehabilitasi mulai dari fasilitas toilet untuk pengunjung hingga sejumlah usaha kecil para pedagang di sekitar danau.
"Karena tujuan kami juga pemuda bisa menghidupkan Danau Napabane lebih dikenal lagi ini karena ingin mendukung upaya masyarakat dalam mencari rezeki khususnya di Desa Lohia," tuturnya.
Selain itu, para nelayan yang biasanya menggunakan perahu untuk menangkap ikan kini bisa mencari penghasilan tambahan dengan menyewakan kendaraan lautnya untuk para pengunjung danau.
"Jadi semuanya bisa saling berdampak satu sama lain," tuturnya.
Bagi Nirfan, upaya yang dirinya lakukan bersama dengan keenam rekannya bukan sekedar mencari keuntungan semata.
Namun punya misi membangkitkan kondisi perekonomian serta destinasi wisata di Desa Lohia yang kini perlu dibangkitkan.
"Jujur saja waktu sebelum awal kami bergerak bersama melalui JSO Group ini, kondisi danau jarang disambangi," jelasnya.
Barulah setelah memulai membuka trip dengan konsep yang lebih kekinian dan menambahkan fasilitas paddle board membuat sensasi destinasi wisata di Muna ini lebih menarik hati pengunjung.
Konsep ekonomi kreatif pengelolaan pariwisata yang modern inilah ditawarkan JSO Group untuk mengembangkan destinasi di Desa Lohia, kampung halaman mereka. (*)
(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)