Berita Konawe Utara

‘Harta Karun’ yang Hilang di Desa Boedingi, Kampung Suku Bajo Sulawesi Tenggara Sejak Tahun 2009

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potret Desa Boedingi Kecamatan Lasolo Kepulauan, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara dari udara. Nampak area bukit habis terpangkas alat berat. Disinilah kekayaan alam nikel dikeruk untuk dijual oleh sejumlah perusahaan yang beroperasi di Desa Boedingi. 241 jiwa (2023) tinggal dan hidup di kelilingi aktivitas pertambangan.

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KONUT- Kepala Desa Boedingi, Aksar menunjukkan sejumlah foto tentang pemandangan desanya pada tahun 2009 sebelum banyak dihuni warga dan masih berstatus dusun.

Potret tersebut kini berbanding 180 derajat dengan saat ini. Nampak dalam foto, kondisi Boedingi begitu sejuk.

Pohon-pohon masih lebat dari kejauhan terlihat asri, tak ada satupun yang dibabat. Belum lagi kondisi laut yang tidak secokelat saat ini. Laut Boedingi dulu berwarna hijau segar di area tepi perkampungan. Rumah-rumah papan warga yang berdiri di atas lautan masih nampak alami.

Namun saat 2023, kondisi Boedingi sudah tak dingin seperti namanya. Jika panas maka akan begitu terik. Lalu saat musim hujan, sedimen turun ke area pemukiman warga. Bahkan biasanya air laut menutupi timbunan jalan yang telah dibuat warga. Dua pelabuhan jeti raksasa juga dibangun di samping kiri dan kanan desa.

"Kita mau apa mi  juga, yang punyanya (penguasa)," tuturnya pasrah.

Aksar juga sempat mengungkapkan dulunya, Desa Boedingi menjadi tempat beroperasinya budi daya mutiara. Sebuah bangunan kecil budidaya mutiara yang ada di pulau seberang Desa Boedingi pun masih tersisa. Sebagai jejak pernah adanya ladang mutiara di tempat itu. Namun kini tinggal nama.

“Saya masih kecil juga dulu,” jelasnya mengingat masa itu.

Baca juga: Menerka Masa Depan Warga Desa Boedingi Kampung Suku Bajo Kala Dikepung Tambang Nikel

'Ada yang hilang dari Desa Boedingi', Kelurahan Boedingi, Kecamatan Lasolo Kepulauan, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.

Kalimat ini nampaknya sangat pas untuk menggambarkan kondisi Desa Boedingi dulu dan sekarang.

Desa yang hanya sepanjang 2,5 kilometer ini banyak menyimpan keindahan jarang diketahui. Bagi mereka yang mampir tahun 2023, tentunya akan melihat lokasi desa ditinggali 66 kepala keluarga itu kurang dari 100 rumah, mayoritas Suku Bajo. Bermukim di tepi laut Desa Boedingi. Tak ada yang tinggal di atas bukit. Ciri khas Suku Bajo pada umumnya.

Diapit sejumlah gugusan pulau, Boedingi terletak tepat di belakang tempat wisata  andalan Konawe Utara, Pulau Labengki. Kondisinya berbeda jauh jika disandingkan.

Labengki yang indah panoramanya begitu eksotis, jauh berbeda dengan Desa Boedingi kini gersang dengan banyak cukuran. Pohon-pohon dulunya kokoh berdiri di atas bukit, sengaja ditumbangkan untuk mengeruk harta ore nikel di bawah tanah Desa Boedingi.

Kekayaan sumber daya alam nikel ini yang mencapai ratusan hingga ribuan ton, menjadikan Boedingi lebih indah dari tampilannya, tak seperti Labengki. Bagi investor tentu, ini menjadi santapan lezat untuk digarap lalu menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Sampai pada tahun 2012, Desa Boedingi akhirnya resmi dihuni sejumlah perusahaan tambang untuk siap mengambil jatah kekayaan nikel.

Sejauh mata memandang, nampak desa yang dihuni 241 jiwa (2023) itu nyaris gundul dicukur alat berat perusahaan pertambangan nikel. Tak ada yang menempati area atas bukit. Semua warga hidup di rumah yang dibangun di atas air laut.

Halaman
1234