Berita Kendari

Mengenal Pulau Pandan di Kelurahan Poasia, Nama Kawasan Pemukiman di Kota Kendari Sulawesi Tenggara

Inilah asal muasal penyebutan Pulau Pandan, nama kawasan pemukiman di Kelurahan Poasia, Kecamatan Abeli, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Penulis: Ifa Nabila | Editor: Sitti Nurmalasari
TribunnewsSultra.com/ Husni Husein
Inilah asal muasal penyebutan Pulau Pandan, nama kawasan pemukiman di Kelurahan Poasia, Kecamatan Abeli, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Inilah asal muasal penyebutan Pulau Pandan, nama kawasan pemukiman di Kelurahan Poasia, Kecamatan Abeli, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Secara geografis, pemukiman Pulau Pandan ini berada pada perbatasan Kelurahan Lapulu di sisi kiri dan Kelurahan Talia di sisi kanan.

Lurah Poasia, La Wati mengatakan Pulau Pandan bukanlah istilah pulau pada umumnya yang terpisah dengan daratan Kota Kendari.

Kata dia, melainkan nama Pulau Pandan dilontarkan sejak nenek moyang dulu yang telah bermukim di kawasan ini saat masa kolonial penjajahan Belanda.

"Sejak dulu disebut Pulau Pandan tapi bukan pulau. Dulu kelurahan ini dipisahkan bukit, di sisi kiri warga menyebut Pulau Pandan dan sisi kanan bukit disebut Kampung Baru," jelasnya pada Rabu (21/12/2022).

Baca juga: Mengenal Warung Makan Meohai di Kendari Sajikan Sinonggi Palumara, Idola Keluarga Sejak Tahun 2006

La Wati menerangkan dua kawasan ini pun akhirnya disebut Kelurahan Poasia, sebab asal muasal penyebutan Poasia pertama kali telah disematkan pada daerah ini.

"Ini pemekaran Kecamatan Poasia yang dibagi oleh Kecamatan Abeli dan Kecamatan Kambu. Karena sejak dulu penamaan Poasia ialah daerah ini," ucapnya.

Kepada tim Tribunnews Sultra, La Wati mengungkapkan sejarah penyebutan Poasia karena daerah ini merupakan kawasan pengasingan tawanan pada masa penjajahan.

"Poasia berasal dari bahasa Tolaki. Makanya daerah ini dulunya merupakan bentengnya penjajahan," terangnya.

Lanjutnya, penamaan Pulau Pandan pun telah berbekas hingga kini sejak daerah ini dimukim penduduk saat masa penjajahan Belanda menginvasi Kota Kendari.

Baca juga: Mengenal Pakaian Adat Dolomani dari Buton Sulawesi Tenggara Dipakai Presiden Jokowi di HUT RI 2022?

"Gunung yang dulunya memisahkan daerah Pulau Pandan dengan Kampung Baru akhirnya dibela untuk keperluan jalan saat masa kepemimpinan Gubernur Sultra, La Ode Kaimoeddin," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua RW II Pulau Pandan, Arifin Dulla menuturkan sebutan Pulau Pandan bermula karena dahulu kawasan ini berbentuk pulau yang dipenuhi tumbuhan pandan.

"Berbentuk pulau di mana memang banyak ditumbuhi tumbuhan pandan tapi pandannya tidak berwarna hijau pandan pada umumnya," jelasnya.

Secara keseluruhan, kawasan ini dihuni sebanyak 562 kepala keluarga yang mayoritas mata pencahariannya ialah sektor perikanan.

"Iya perikanan, tapi seiring perkembangan zaman banyak akhirnya yang bekerja sebagai buruh tambang juga Pegawai Negeri Sipil (PNS)," ungkapnya.

Baca juga: Mengenal Tari Lumense, Tarian Pengusir Roh yang Berasal dari Bombana Ditarikan pada HUT RI di Istana

Ia mengungkapkan kawasan Pulau Pandan ini sangat cocok dijadikan sebagai tempat menelaah situs peninggalan sejarah masa kolonial penjajahan Belanda.

"Iya masih ada itu puing-puing atau bekasnya. Dulu ada meriam tapi sudah dipindahkan di Kelurahan Kandai. Seperti kuburan kuno masa penjajahan masih bisa ditemukan," imbuhnya. (*)

(TribunnewsSultra.com/Husni Husein)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved