Saat itu, dia ikut mendampingi korban dugaan pelecehan tersebut hingga terancam drop out (DO) dari kampus.
Pelecehan tersebut kala itu menimpa seorang adik tingkatnya angkatan tahun 1996.
“Waktu itu modusnya kunjungan lapangan. Awalnya minta dipijat karena alasan sakit badan tapi kemudian tangannya ke mana-mana,” jelasnya.
Kejadian itu awalnya diceritakan salah satu teman korban.
Tapi kala itu, mereka tidak bereaksi karena belum memiliki bukti yang cukup kuat untuk menguatkan kasus dugaan pelecehan itu.
Baca juga: Oknum Dosen UHO Kendari Bantah Tudingan Lecehkan Mahasiswinya, Prof B: Hanya Sekadar Merangkul
“Nanti pas kejadian kedua. Modusnya juga sama, nah saat itu temannya tersebut diminta menjadi saksi,” katanya.
Kasusnya pun mencuat, mahasiswa kala itu menuntut sang dosen untuk dikeluarkan.
“Tapi saat itu universitas menugaskan dosen tersebut kuliah di luar daerah sehingga tidak mengajar lagi. Sedangkan, mahasiswinya tetap melanjutkan kuliahnya,” jelasnya.
Untuk itu, dia mendukung langkah yang kini ditempuh mahasiswi RN yang melaporkan dugaan kasus pelecehan dilakukan oknum dosen sekaligus guru besar FKIP UHO berinisial Prof B.
Dia berharap agar kasus tersebut benar-benar tuntas baik di pihak kepolisian maupun universitas agar bisa memberi efek jera.
Apalagi kejadian serupa sudah kerap berulang sejak lama, tak hanya di FKIP tapi juga fakultas lainnya.
“Itu tadi karena kejadian serupa sudah kerap terjadi. Di zaman saya kuliah juga beberapa kali terjadi di FKIP. Kalau yang mencuat itu sekitar empat kasus. Tapi saya yakin pasti banyak,” katanya.
“Kasihan kalau ada lagi korban. Karena biasanya korban itu lebih takut dan malu untuk melapor,” jelasnya menambahkan.
Apalagi, katanya, aksi serupa juga pernah dilakukan beberapa oknum dosen lainnya dan kabarnya masih terus berlanjut di fakultas tersebut.
“Jangan pula ini berkembang jadi tren dan jadi kebiasan. Sehingga pelakunya bisa-bisa bertambah banyak begitupun dengan korbannya,” ujarnya.