TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menentang langkah Finlandia dan Swedia yang memutuskan untuk bergabung menjadi anggota NATO.
Sebagaimana diketahui bahwa pada Kamis (12/5/2022) lalu Finladia telah mengumumkan tentang rencananya dalam pengajuan keanggotaan NATO.
Sedangkan Swedia digadang-gadang akan menyusul langkah Finlandia beberapa hari ke depan.
Dilansir TribunnewsSultra.com dari Al Jazeera, Erdogan mengatakan tidak mungkin bagi Ankara untuk mendukung Swedia dan Finlandia bergabung dengan aliansi militer transatlantik itu setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Baca juga: Lepaskan Netralitas, Ini Alasan Finlandia Baru Umumkan Gabung NATO: Dipicu Perang Rusia-Ukraina
Sikap pemimpin Turki itu menandakan kemungkinan rintangan bagi rencana Finlandia dan Swedia untuk bergabung dengan NATO.
Berbicara kepada wartawan di Istanbul pada Jumat (13/5/2022), Erdogan mengatakan Turki, yang sudah menjadi bagian dari NATO, tidak memiliki "pandangan positif" tentang langkah negara-negara Skandinavia untuk mencari keanggotaan organisasi tersebut.
Yang mana dengan menuduh mereka sebagai "rumah tamu bagi organisasi teroris."
“Mereka bahkan anggota parlemen di beberapa negara. Tidak mungkin bagi kami untuk mendukung,” kata Erdogan tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Baca juga: Rusia Ancam Finlandia akan Ada Konsekuensi karena Susul Ukraina Ingin Gabung ke NATO
Untuk diketahui, Turki bergabung dengan NATO pada tahun 1952.
Turki telah berulang kali mengkritik Swedia dan negara-negara Eropa Barat lainnya karena penanganannya terhadap organisasi yang dianggap "teroris" oleh Ankara.
Termasuk Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi Suriah (YPG), serta para pengikutnya, hingga Cendekiawan Muslim yang berbasis di Amerika Serikat, Fethullah Gulen.
Ankara mengatakan bahwa Gulenis melakukan upaya kudeta pada 2016.
Baca juga: Rangkuman Hari Ke-78 Perang di Ukraina: Finlandia Gabung NATO untuk Berlindung dari Rusia
Namun Gulen dan para pendukungnya menyangkal tuduhan itu.
Finlandia Desak Gabung NATO 'Tanpa Penundaan'
Oposisi Turki dapat menimbulkan masalah bagi Swedia dan Finlandia mengingat semua 30 sekutu NATO harus dengan suara bulat menyetujui negara baru menjadi bagian dari aliansi militer yang dipimpin Amerika Serikat itu.