"Saya bertekad untuk melindungi rakyat Amerika dari ancaman teroris, dan saya akan mengambil tindakan tegas untuk melindungi negara ini," tambah presiden AS.
Baca juga: Prakiraan Cuaca BMKG di Kota Kendari Hari Ini 4 Februari 2022: Hujan Ringan Siang Hari Malam Berawan
Sementara itu, pejabat senior AS juga mengatakan bahwa setidaknya beberapa kematian warga sipil adalah akibat Al-Quraishi meledakkan bom.
“Pada awal operasi, target teroris meledakkan bom yang menewaskan dia dan anggota keluarganya sendiri, termasuk wanita dan anak-anak,” kata pejabat tersebut.
Sementaara itu, Hans-Jakob Schindler, mantan pejabat PBB dan direktur CEP, menyebut kematian Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi sebagai kemunduran besar bagi ISIS dalam hal kehilangan pemimpin kedua, tetapi ragu itu akan menjadi pengubah permainan.
ISIS diperkirakan mempersiapkan pembunuhan para pemimpinnya dengan rencana siapa yang akan mengambil alih.
Schindler mengatakan bahwa Quraishi "bukan pemimpin yang sangat transformasional" karena ISIS sudah mulai beralih dari kelompok yang menguasai wilayah di Irak dan Suriah ke jaringan internasional organisasi militan di bawah Baghdadi.
Baca juga: Lonjakan Covid-19 Tembus 27.000 Kasus per Hari, Jokowi: Sudah Diperkirakan dan Diantisipasi
Tapi Filiu berpendapat bahwa pembunuhan Al-Quraishi bisa lebih sulit untuk diatasi daripada Baghdadi.
Dia adalah seorang kepala operasional sejati yang eliminasinya berisiko mencegah kebangkitan kelompok militan, setidaknya untuk sementara.
Damien Ferre, direktur konsultan Jihad Analytics, mengatakan bahwa warisan Al-Quraishi akan menjadi penguatan cabang ISIS di Afghanistan, yang semakin aktif sejak Amerika Serikat setuju pada 2020 untuk menarik pasukannya dari negara itu.
Peneliti lain juga melihat munculnya cabang ISIS di sekitar Danau Chad di Afrika barat sebagai hal yang signifikan, dengan kelompok tersebut berhasil menarik pejuang dari jajaran kelompok teror Nigeria Boko Haram.
"Di front operasional pada masanya, ISIS mendapatkan kembali momentum pada 2020 sebelum melihat kualitas dan kuantitas serangannya turun tahun lalu," kata Ferre.
Pada 20 Januari, pejuang ISIS melancarkan serangan terbesar mereka sejak hilangnya kekhalifahan mereka hampir tiga tahun lalu, menyerang penjara Ghwayran di kota Hasakeh, Suriah timur laut yang dikuasai Kurdi untuk membebaskan sesama militan, memicu pertempuran yang menewaskan lebih dari 370 orang. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Sosok Abu Ibrahim Al-Hashimi Al-Quraishi, Pemimpin ISIS yang Tewas dalam Serangan AS di Suriah