Menyapa Nusantara

Pertanian Maju Kunci Kemakmuran Petani

Pengembangan sektor pertanian tidak dapat dilepaskan dari dua aspek utama, yaitu pembangunan pertanian dan pembangunan petani.

ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/rwa/aa.
PANEN PADI - Pekerja mengangkut gabah saat panen di persawahan Desa Gamong, Kaliwungu, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (14/2/2025). Pengembangan sektor pertanian tidak dapat dilepaskan dari dua aspek utama, yaitu pembangunan pertanian dan pembangunan petani. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/rwa/aa. 

Pembangunan petani tidak sekadar berbicara tentang peningkatan pendapatan, tetapi juga menyangkut aspek kemandirian dan daya saing dalam mengelola usaha pertanian.

Beberapa langkah strategis yang harus diperhatikan, antara lain peningkatan kapasitas petani, mencakup edukasi teknologi pertanian, manajemen keuangan, dan strategi pemasaran.

Akses terhadap modal dan kredit juga strategis agar petani memiliki daya dukung finansial untuk mengembangkan usaha pertaniannya.

Penguatan kelembagaan petani harus dipikirkan, seperti koperasi dan asosiasi petani, guna meningkatkan posisi tawar petani dalam rantai pasok.

Diversifikasi usaha penting untuk diprioritaskan agar petani tidak hanya bergantung pada satu jenis komoditas, tetapi juga memiliki alternatif pendapatan dari sektor lain yang terkait.

Peningkatan adaptasi terhadap perubahan iklim tidak kalah penting, dengan memperkenalkan metode pertanian berkelanjutan yang mampu menghadapi tantangan cuaca ekstrem.

Melalui pendekatan ini, petani tidak hanya menjadi objek pembangunan, tetapi juga subjek yang berperan aktif dalam menciptakan pertanian yang maju dan mandiri.

Swasembada pangan

Sejak kampanye Pemilihan Presiden 2024, Presiden Prabowo Subianto telah menegaskan komitmennya terhadap pencapaian swasembada pangan.

Itu sebabnya, setelah dirinya diberi kehormatan dan tanggung jawab oleh rakyat untuk mengelola bangsa dan negara dalam 5 tahun ke depan, Presiden Prabowo benar-benar berjuang keras untuk meraihnya dalam tempo yang sesegera mungkin.

Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa beberapa komoditas pangan strategis, seperti beras, jagung, kedelai, daging sapi, dan gula masih harus diimpor dalam jumlah besar.

Pada tahun 2024, Indonesia masih mengimpor lebih dari 4 juta ton beras. Di tengah kondisi produksi dalam negeri yang belum optimal, pemerintah berencana menghentikan impor beras pada 2025.

Kebijakan ini menimbulkan pertanyaan kritis terkait apakah Indonesia benar-benar siap mencapai swasembada pangan dalam waktu dekat?

Bayangkan, apa yang sebaiknya ditempuh bangsa ini, sekiranya iklim dan cuaca tidak berpihak kepada sektor pertanian dan kehidupan petani?

Faktor yang perlu diperhatikan, antara lain masih tingginya ketergantungan sektor pertanian terhadap perubahan cuaca. Dampak fenomena El Niño dan La Niña terhadap produksi pangan nasional harus diantisipasi dengan kebijakan mitigasi yang matang.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved