Wisata Sulawesi Tenggara

Jejak Layang-layang Pertama Dunia di Muna, Naiki 117 Anak Tangga hingga Pemandangan Tebing Tinggi

Berikut ini menelisik jejak layang-layang pertama di dunia di Desa Liangkabori Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara (Sultra). 

Kolase TribunnewsSultra.com
Berikut ini menelisik jejak layang-layang pertama di dunia di Desa Liangkabori Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara (Sultra). Sebagai tanda peradaban masa lampau yang tak terbantahkan dengan hadirnya bukti gua di kawasan Liangkabori. 

Masih dalam penelitian Wolfgang Bieck, dijelaskan bahwa bahan pembuatan layang-layang dari Muna ini tidak asal. 

Karena, terbuat dari bahan alam yang ditemukan di area kawasan Liangkabori. 

Misalnya saja, seperti daun kolope atau umbi hutan atau gadung, kulit bambu, serat nanas, dan tali.

Di zaman dulu kata La Mondoi, manusia di Pulau Muna membuat layang-layang dan menerbangkannya untuk menjadi tanda masa menanam telah tiba. 

Layang-layang diterbangkan pun saat angin berembus dari timur ke barat. 

"Ini juga sebagai tanda ada orang di kebun yang menerbangkan layang-layang, dan permainan zaman dulu," tuturnya. 

Selain itu, adapula yang mengungkapkan bahwa simbol diterbangkannya manusia zaman dulu adalah ingin menjangkau langit. 

Di mana konon katanya masyarakat Muna dulu ingin mencapai langit dengan cara menerbangkan layang-layang.

Selain bisa melihat gua, para pengunjung juga dapat menyaksikan seperti apa layang-layang yang digambar di Gua Sagipatani ini. 

La Mondoi mengungkapkan dimensi layangan Kaghati Kolope dapat mencapai 1,9 meter dan lebar 1,5 meter. 

Bisa diterbangkan meski dari fisik terlihat gampang rapuh karena dari dedaunan. 

Namun tak perlu khawatir, karena layang-layang tersebut bisa diterbangkan dan dibutuhkan angin yang lebih kencang dari biasanya. 

Angin yang biasa digunakan adalah angin timur yang kerap bertiup pada Juli sampai September. 

Pada momen itu biasanya juga akan digelar festival Kaghati Kolope sebagai hiburan dalam menerbangkan beberapa layangan yang menarik dengan tujuan melestarikan kebudayaan hingga jejak sejarah di Pulau Muna

Berjalannya waktu, destinasi gua yang ada di kawasan Desa Liangkabori mulai dikembangkan menjadi objek wisata pada 1976 di bawah naungan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulawesi Selatan Kemendikbudristek. 

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved