OPINI

OPINI Dilema Kesehatan Mental Ibu Pasca Persalinan: Antara ASI, Bayi dan Harmonisasi Keluarga

Mahasiswa S3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin 2024, Menuliskan Opini Kesehatan Mental Ibu Pasca Persalinan.

istimewa
Rahmawati, Mahasiswa Program Studi Doktor (S3) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Tahun 2024 

Sulit berpikiran jernih, berkonsentrasi, atau mengambil keputusan, tidak ingin bersosialisasi dengan teman dan keluarga, Kehilangan minat terhadap kegiatan yang biasa disukainya, putus asa, halusinasi (disorientasi dengan suasana nyata), Berpikir untuk melukai dirinya sendiri atau bayinya, bahkan munculnya pikiran tentang kematian dan ingin bunuh diri. 

Baca juga: OPINI: Pilkada dan Kepemimpinan Masa Depan Daerah

Beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan mental pada ibu pasca melahirkan diantaranya kurangnya dukungan sosial, psikologis, dan emosional dari pasangan dan keluarga terdekat, kondisi sosial ekonomi, riwayat trauma masa kecil, kesehatan mental sebelum dan selama kehamilan, riwayat gangguan mental pada keluarga. 

Solusi Pencegahan dan Penanganan Postpartum Blues membutuhkan pendekatan yang komprehensif diantaranya adalah : 

1. Perlunya edukasi dan informasi sejak masa kehamilan oleh tenaga kesehatan kepada ibu dan keluarga tentang persiapan mental dan perubahan pasca lahiran, serta cara merawat bayi sebagai upaya pencegahan terjadinya postpartum blues.

2. Pentingnya dukungan psikologis dan emosional dari suami dengan cara memberikan perhatian, komunikasi terbuka dengan pasangan sehingga ibu merasa didengarkan dan di pahami perasaannya, memberikan rasa aman dan nyaman bagi ibu, tidak memperlakukan ibu dengan sikap dan bahasa kasar yang menyakitkan perasaan ibu. 

3. Pentingnya dukungan instrumental dari suami, keluarga, dan tenaga kesehatan dalam membantu ibu menyesuaikan diri dengan peran barunya, membantu dalam merawat bayi, melakukan pekerjaan rumah, sehingga ibu memiliki kesempatan untuk merawat diri dan istirahat yang cukup. 

4. Pentingnya dukungan sosial dari komunitas sesama ibu akan memberikan kesempatan ibu untuk saling berdiskusi dan sharing informasi tambahan. 

5. Terakhir, Pentingnya melakukan skrining awal oleh tenaga kesehatan kepada ibu pasca melahirkan untuk mendeteksi kejadian postpartum blues sehingga dapat segera diberikan penanganan lebih dini, jika gejala postpartum blues berlanjut atau semakin parah, ibu disarankan untuk segera berkonsultasi dengan tenaga profesional, seperti psikolog atau konselor. Penanganan yang cepat dapat mencegah kondisi ini berkembang menjadi gangguan kesehatan mental yaitu depresi dan psikosis pasca melahirkan yang lebih serius.

Kesehatan mental ibu setelah melahirkan adalah aspek yang krusial dalam menjaga keharmonisan keluarga. Perubahan hormon, fisik, dan psikologis pasca lahiran memerlukan perhatian khusus, terutama terkait risiko postpartum blues.

Dengan dukungan yang tepat dan langkah-langkah pencegahan yang efektif, ibu dapat melalui masa transisi ini dengan lebih baik.

Sehingga ibu  ikatan kasih sayang anatar ibu dan bayinya dapat terjalin dengan baik dan diharapkan ibu dapat menyusui serta memberikan ASI secara optimal pada bayinya, melakukan perawatan pada bayi dan anak-anaknya, serta keharmonisan keluarga tetap terjaga. (*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved